Selasa, 27 Maret 2012

Cakar - Cakar Hitam Masa Lalu

kalimayaartgalery

            Adzan isya’ telah berlalu. Jamaah sholat isya masjid al Ikhlas pun berangsur-angsur kembali ke rumahnya. Pun dengan Xixi yang telah berada di masjid sejak waktu ashar tadi. Dengan irama yang teratur, diayunkan langkah kakinya menuju rumah yang ditempatinya. Rumah mungil bercat kuning yang bertempat di ujung gang dekat masjid al-Ikhlas. Rumah yang dibelinya dari sisa uang tabungannya.
“ Dasar sundal. “ maki seorang ibu ketika  berpapasan dengannya.
            Xixi tak menjawab makian tersebut. Hanya suara istighfar yang terlontar dari bibirnya. Seulas senyum yang setengah dipaksakan tersungging dari bibirnya yang mungil. Senyuman untuk menutupi luka hatinya, setiap kali kata-kata hinaan menghampirnya. Telinganya yang terbungkus jilbab serasa sudah kebal, karena setiap hari mendengar makian dan cemoohan warga. Namun dia selalu berusaha bersabar menghadapi semua hinaan itu. Setiap cemoohan yang diterimanya, dibalasnya dengan do’a-do’a kebaikan. Do’a-do’a yang selalu dipanjatkannya di setiap waktunya. Tak ingin dia berlama-lama terlarut rasa dendam dan sakit hati.
“ Hee Sundal, ditunggu sama pelangganmu itu. “ kata seorang ibu lain saat berpapasan di dekat rumahnya. Tatap mata sinis dan penuh kebencian terlihat di matanya.

Minggu, 25 Maret 2012

Anakku Bukan Esktrimis II


http://icus2ays.blogspot.com/2009/01/intifadah.html
“ Dorrr…..dorrr….dorrr “ bunyi tembakan dari sniper yang berlindung di beberapa gedung terus memburu langkah-langkah kecil Ali yang lincah berlarian di atas puing-puing bangunan. Tumpukan batu bata dan bahan bangunan lainnya merupakan pemandangan harian yang selalu menyambut sinar matahari di bumi Gazza. Pun dengan bunyi tembakan yang yang terus memburu tubuh kurus Ali Bin Suhail, bocah kurus berusia 15 tahun bersenjatakan ketapel yang selalu tergantung di lehernya.
                        Ali adalah putera Abu Suhail yang mati terbunuh dua tahun yang lalu. Abu Suhail terbunuh saat pasukan Israel menyerang sebuah masjid di Gazza. Abu Suhail yang sedang sholat subuh berjamaah menjadi korban berondongan senapan mesin bersama puluhan jamaah lainnya. Bangunan masjid tempat mereka sholat rata dengan tanah dihujani tembakan mortir dan bom yang dijatuhkan pesawat pembom Israel.
        

Selasa, 20 Maret 2012

Keteguhan Hati


Hari-hari terus berganti. Hubungan Xixi dan Iqbal semakin dekat. Kedekatan yang mereka jalani semakin membuat warga di sekitar tempat tinggal Xixi panas. Bagaimanapun mereka tahu siapa Iqbal. Berasal dari keluarga seperti apa pemuda tampan tersebut. Sejujurnya di hati kecil ibu-ibu sekitar rumah Xixi, menganggap hubungan itu tidak sepantasnya. Iqbal, putera seorang pemuka agama yang mereka hormati menjalin hubungan dengan seorang mantan pelacur.
Banyak ibu-ibu yang merasa, Iqbal lebih pantas mendapatkan wanita yang lebih baik. Bahkan ada beberapa orang ibu yang rela menyodorkan anak gadis ataupun saudara perempuannya yang masih gadis agar Iqbal mau mengawininya. Namun tak ada tanggapan dari pemuda tersebut.

Kamis, 15 Maret 2012

Belenggu Masa Lalu


kalimayaartgallery
             Mentari yang perlahan mulai meninggi mengiring langkah-langkah kaki Iqbal dan Xixi yang berjalan bersisian meninggalkan masjid Agung Al Akbar Surabaya. Langkah-langkah kaki yang menuntun mereka ke area taman di depan masjid. Sambil berbincang mereka terus berjalan menjauh dari halaman masjid.
“ Kita duduk di sini saja ya? “ tanya Iqbal sambil menjatuhkan pantatnya ke pangkuan kursi taman yang kosong. Kursi kayu bercat hitam yang berdiri kokoh di atas pijakan ke empat kaki-kakinya. Semilir hembusan angin membawa aroma bunga-bunga yang bermekaran di sekitarnya.
            Xixi tak menjawab pertanyaan itu. Dia hanya mengikuti langkahnya dengan duduk di kursi sebelah Iqbal. Tempatnya yang terbuka dan dipayungi sebuah pohon yang menawarkan kesejukan.   Tangannya yang terlindung baju kurung panjang tersembunyi di balik kerudung birunya yang panjang.

Rabu, 07 Maret 2012

Pertemuan

tausiyah.wordpress.com


            Diiringi sinar matahari yang masih panas membakar kulit, Iqbal menuju ke masjid al Ikhlas. Secarik kertas yang diperoleh dari petugas adminitrasi rumah sakit kemarinlah yang menuntun langkahnya ke masjid tersebut. Xifana Adestya Maharani, nama yang tercantum di kertas tersebut begitu menarik perhatiannya. Terbayang wajah wanita yang kemarin pingsan saat terserempet angkot. Wajahnya yang putih dipadu dengan kerudung biru sungguh suatu pemandangan yang menyejukkan hati. Meski hanya sesaat melihatnya, kenangan itu membekas di hatinya.
            Namun sesungguhnya bukan hal itu yang membuatnya ingin bertemu. Keinginannya bertemu murni hanya ingin tahu bagaimana keadaan gadis yang kemarin diantarnya ke rumah sakit. Seberapa parah luka yang dideritanya saat ini.  Hembusan angin seakan ikut mendorong langkahnya untuk segera bertemu dengannya.
“ Assalamu alaikum.” Iqbal menyapa seorang bapak-bapak tua yang tengah duduk di teras masjid. Tangannya terus memutar tasbih. Bibirnya yang dipait kulit pipi yang mulai mengeriput terus berkomat-kamit membaca dzikir.

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...