Kamis, 24 Oktober 2013

Senja


http://www.tripadvisor.co.id/Attraction_Review-g317103-d3464524-Reviews-Pulau_Merah_Beach-Banyuwangi_East_Java_Java.html

Deburan ombak mengiringi matahari yang semakin dalam tergelincir. Setapak demi setapak terangnya berganti, menyapa hembusan bayu yang menyodorkan uap garam. Wisatawan yang sedari tadi menunggu momen itu segera beranjak berdiri. Ditinggalkan aktifitas yang mereka lakukan. Permainan ataupun aktifitas lain tak lagi menarik selain momen ini. Tatap mata mereka menantang sinar mentari yang memantul di atas gulungan ombak, bersaing dengan buih yang berlarian menuju pantai. Tak mereka hiraukan silau yang menyapa. Momen itu terlalu indah untuk dilewatkan.

Sabtu, 12 Oktober 2013

Lentera Untuk Bahtera Rapuh


https://www.facebook.com/Kalimaya.Art.Gallery

Kamu datang lagi. Masih seperti resep obat dari dokter, kamu datang sehari tiga kali. Aneka bunga setia berada dalam genggaman tanganmu di pagi dan soremu berkunjung. Sesaat setelah memutar knop pintu, bunga-bunga itu kausodorkan padaku. Aroma mewangi yang khas selalu menyapa hidungku, menarik angan untuk melukis aku dan kamu di awang-awang, menari bersama diaroma awan tipis melayang. Hatiku benar-benar dibuainya. Aku seperti Ainun, cinta sejati Habibie, sang tekhnokrat dari Makasar.
            Masih seperti yang tercatat dalam memoriku ini, ceria wajahmu bangkitkan semangat ini. Entah kenapa, saat binar matamu menatap, saat senyummu hadirkan kilau gigimu yang putih mengkilat, sakit ini seperti sadar diri, dia pergi. Dia pergi dan enggan kembali sampai waktunya kakimu berlalu pergi, kembali memasungku dalam sendiri.
Tersanjungkah aku, jika ternyata aku menyukai sikapmu? Berlebihkah aku, jika anggap hadirmu adalah anugrah terindah di detik-detik hidupku yang menyempit? Tidak tahu diriku aku, mencintai sosokmu yang mendekati sempurna. Aku takut rasaku ini akan berakhir duka. Duka untukmu. Duka untukku.

Kamis, 10 Oktober 2013

Citra Sebuah Jiwa


http://kisah-kisahislamdancinta.blogspot.com/

Aku hanya wujud bernama
Menikmati gemeretak jemari tangan yang lelah
Ataupun kesemutan merajah tapak kaki yang menapak lumpur-lumpur basah
Tak termakan buaian tangan-tangan kuli tinta
Sebarkan jala-jala pelemah jiwa

Aku nama yang berjiwa
Citra dan cita selaras di dada
Mengejar mimpi yang tiada sempurna
Kembang tidur sejak aku belia

Selasa, 08 Oktober 2013

Galery Cinta



http://madebayak.files.wordpress.com/2012/08/exotisme-gadis-bali-65x75cm-spray-paint-on-plastic-trash-2012.jpg

Binar matamu menyambut langkahku mendekat. Tatap mata indahmu mantabkan langkah untuk segera datang menghampiri. Sorot tajamnya yang lembut, tidak mampu aku hitung dengan deretan bilangan biner yang sempat aku pelajari. Satu,..dua…tiga dan deret angka itu tiada mampu menggambarkan bagaimana tatap matamu itu, seperti penerang jiwaku yang sempat gulana dihampakan cinta.
            Tanpa banyak kata, hanya berteman suara gantungan kunci yang bergemerincing, engkau berdiri, menghambur dalam pelukku. Tatap mata aneh, datang menjaring kita dari berbagai sudut tak lagi kau hiraukan. Engkau memelukku, menciumi pipi ini dengan buas, kita seperti sejoli yang lama terpisah, seakan di ruang itu hanya ada kau dan aku, seakan kita telah lama terpenjara dinding waktu dan jarak. Sambil berbisik aku berusaha menahan bibirmu, agar tidak terus menyerang pipi dan bibirku, menuntunmu ke balik pilar yang minim sorotan mata.
            Seperti tadi, kau masih belum puas melepas rindumu. Tiada sempat aku berbasa-basi, tanganmu tetap melingkari leher. Tapi kau pasif, tiada aksi lanjutan yang kauberikan. Rasa penasaran mengulum otakku, melihat sepasang bibir merah merekah terbuka di depan mataku. Auranya menggoda, menghisapnya dalam kubangan kepicikan pikir. Aku mencoba bertahan dari sesapan nafsu yang berusaha menjatuhkanku dalam kenistaan. Deru nafas dan debaran jantungku tiada menentu, bersanding dengan wajah memerah menahan gejolak nafsu yang sedang kulawan.

Minggu, 06 Oktober 2013

Ujian Untuk Amara



“Kenapa mereka selalu bergunjing tentangku?”
Hitam bola matamu bertumpu pada sumbunya, menatapku yang berada di seberang meja dengan tajam. Seakan-akan aku ini ikut bersalah, bergunjing tentangmu. Bibir tipismu sedikit manyun, memamerkan warnanya yang merah delima, warna yang selama ini membuatku jatuh cinta. Bulu-bulu tipis antara hidung dan bibirmu semakin jelas terlihat, dalam sorotan lampu yang tepat di atasmu. Hidungmu yang mungil, kembang-kempis memompa dan menghisap udara secara bergantian.
“Amara, tenangkan dirimu. Jangan emosi begini.”
“Tenang katamu? Ar, Enam bulan aku dijadikan bahan gunjingan. Enam bulan aku jadi bahan olok-olokan, dan kamu hanya memintaku tenang?”
Engkau berdiri. Dua tanganmu menekan meja, menyangga tubuhmu yang kau condongkan ke arahku. Alis matamu yang tebal dan mempesona, hampir menyatu, mengikuti kerutan di dahimu. Engkau seperti tidak percaya dengan apa yang baru saja aku katakan.

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...