Saat menikmati liburan hari raya galungan, secara tak sengaja malam ini saya menyaksikan acara ” MATA NAJWA ” di metro tv. Pada acara tersebut Najwa Shihab kedatangan tamu Adib dari redaksi majalah Roling Stone Indonesia dan Jerinx personel band punk Indonesia asal Bali Superman Is dead yang membahas revolusi musik Punk yang mewarnai peristiwa politik di luar negeri terutama di Inggris dan Amerika serikat.
Menarik sekali saat kedua narasumber secara bergantian membahas musik punk. Dari sejarah awal terbentuknya aliran punk sampai pengaruhnya ke peta politik di negara-negara Eropa dan Amerika. Menurut Jerink musik punk awal terbentuknya merupakan wujud pemberontakan terhadap masyarakat sekitar yang mengkotak-kotakkan masyarakat dalam berbagai klasifikasi masyarakat dari cara penampilannya. Para Punker ingin berjuang untuk memperoleh kesetaraan dalam hidup. Bukan untuk memperjuangkan kebenaran versi mereka, hanya pengakuan bahwa mereka setara dengan anggota masyarakat lain.
Masih menurut Jerinx bahwa komunitas punx berjuang untuk masyarakat yang dikucilkan seperti para pencinta tatoo, orang-orang transgender, kaum lesbi dan homo. Pada perkembangannya akhirnya anak-anak punk juga ikut meperjuangkan agar orang-orang yang terjangkit HIV/AIDS tidak dikucilkan oleh masyarakat. Dan menuntut kesetaraan dalam status sosial dengan tanpa menganggap bahwa anak punk itu paling benar ataupun menyalahkan komunitas lainnya.
Sedang menurut redaktur majalah Roling Stone Indonesia, Musik Punk yang dipelopori oleh band asal Inggris Sex Pistols asal London merupakan musik anti kemapanan yang bertujuan menyindir kebijakan-kebijakan penguasa yang kadang menyengsarakan rakyatnya. Bahkan dalam salah satu lagunya, Sex Pistols sampai membuat lagu God Save The Queen sama seperti judul lagu kebangsaan kerajaan Inggris untuk mengkritisi kekuasaan monarkhi Inggris yang dipimpin sang Ratu.
Setelah kemunculan Sex Pistols bermunculan band-band punk yang terus berjuang untuk menyuarakan pemberontakan terhadap kesewenang-wenangan penguasa. Pada rentang waktu 1980-1984 punk semakin merebak di belahan dunia lainnya. Pada 1980 di Amerika terbentuk band Dead Kennedys sebagai protes atas kebijakan perang Amerika di Vietnam yang berujung kekalahan. Sementara di Inggris muncul band-band The Crass, Conflict dan Discharge.
Pada awal 2000-an muncul beberapa band punk yang cukup terkenal dan yang paling fenomenal adalah saat Green Day menyanyikan lagu AMERICAN IDIOT sebagai bentuk protes terpilihnya Goerge Bush Jr sebagai presiden. Tak hanya sampai di situ saja, untuk memprotes perang Iraq Green Day juga menelurkan lagu Wake Me Up When September End sebagai bentuk protes anti perang.
Perjuangan Green Day menentang Bush Jr dan kebijakannya juga diikuti banyak musisi beken Amerika dan negara lainnya. Sebut saja Kanye West, Linkin Park, U2. NOFX serta beberapa musisi besar lainnya untuk menyuarakan penentangan terhadap kebijakan perang di Afganistan dan Iraq oleh presiden Bush Jr.
Perkembangan musik punk di luar negeri juga merambah ke dalam negeri. Muncullah band-band punk beserta komunitasnya di berbagai daerah dan kota besar Indonesia. Beberapa band punk bahkan sempat meluncurkan lagu bertema kritik sosial sebut saja band asal Bandung KOIL yang berduet dengan pentolan Dewa 19 Ahmad Dhani dengan lagunya ” Kenyataan dalam dunia fantasi”, Masih ada lagi band CCCC yang pernah ikut GGRC beberapa tahun yang lalu dengan lagunya ” Revolusi”. Serta yang paling banyak penggemarnya di Indonesia Superman Is Dead ( SID ) asal Bali dengan lagu-lagunya yang bertema sosial dan tampilan mereka yang cool abis.
Sebenarnya bukan hanya komunitas punk dan band-bandnya saja yang bersuara atas ketidakadilan di negeri ini. Jauh sebelum hingar bingar SID dan teman-temannya menyuarakan hal itu, sudah ada Iwan Fals dan Slank yang sejak kemunculannya pertama kali mayoritas lagunya berisi kritikan sosial untuk para pemimpin negeri ini beserta para aparatnya.
Kita tentu masih ingat bagaimana Iwan Fals mengkritisi anggota DPR dengan lagu ” surat Untuk Wakil rakyat”. Atau lagu ” Bongkar” yang mengkritisi korupsi dan kesewenang-wenangan penguasa saat itu. Terus lagu ” Bento ” yang full kritik sosial ataupun kolaborasi Iwan Fals dengan Setiawan Djody dan beberapa musisi beken di grup Kantata Takwa dan Kantata Samsara.
Sementara Slank juga berjuang mengkritisi para pejabat negeri ini dengan lagunya: Bendera setengah tiang, Seperti para koruptor ataupun lagu-lagu lainnya. Selain Slank dan Iwan Fals masih ada Elpamas asal Pandaan Jawa Timur dengan lagu Pak Tua dan Rumah Sangat Sederhana Sekali yang mengkritisi pak Harto. Serta masih banyak lagi musisi-musisi yang menyuarakan adanya perubahan lewat musik, walau dengan bahasa yang tidak sekasar dan sevulgar mereka.
Setelah melihat serta membaca sejarah perjuangan para musisi Punk dalam memperjuangkan hak mereka. Serta mempelajari kiprah para musisi tanah air dalam upayanya melakukan perubahan ke arah yang lebih baik lagi untuk negara ini lewat musik, saya sempat bertanya dalam hati saya ” Perlukah revolusi negara ini melalui gerakan musik seperti yang selama ini terjadi di luar negeri?” Hanya waktu dan itikad baik dari semua element bangsa ini untuk melakukan perubahan yang lebih baik. Seperti kalimat ” Tuhan tidak akan merubah nasib suatu kaum, jika kaum tersebut tidak mau merubahnya. “
Maukah kita merubahnya untuk lebih baik? Pasti lebih banyak yang mau berubah lebih baik lagi entah lewat media musik, puisi, karya sastra ataupun cara-cara lain yang produktif dan tidak destruktif. Sudah saatnya bangsa ini bangkit dari keterpurukan yang ada. Bagaimanapun caranya jika memang itu baik, kenapa tidak kita coba?
Akankah kita terus menunggu munculnya Gayus-Gayus generasi selanjutnya? Akankah kita menanti makelar-makelar seperti Nazarudin semakin bergentayangan? Akankah kita biarkan generasi sesudah kita tertipu keseksian Malind Dee? Atapun menunggu bangsa ini semakin terpuruk oleh kejahatan-kejahatan lainnya. Permapokan yang merajalela? Narkoba yang terus bergentayangan? Sudah saatnya rakyat bangkit dengan berbagai cara melawan ketidak beresan ini. Mari berjuang untuk Indonesia yang lebih baik.
Denpasar, 07072011.0204
Note:
- Tulisan diolah dari berbagai sumber: Scribd, Indonesiaindonesia, Infogue serta Wikipedia
- Terinspirasi dari tayangan Mata Najwa di Metro Tv
Tidak ada komentar:
Posting Komentar