http://mimpi1m.heartline.co.id/inspirasi.php?idinspiration=3 |
“
Beib, jadikan hari ini kita fitting baju pengantin? “ mataku terus membaca sms
yang telah aku kirimkan sejam yang lalu. Hingga kini sms balasan yang aku
tunggu-tunggu darimu tak pernah muncul. Beberapa kali aku telepon hp-mu, selalu
mesin penjawab yang menerima. “ lupakah kamu dengan apa yang telah kita
sepakati beberapa hari yang lalu? “ gumamku sambil terus berharap. Sekali lagi
sms itu aku kirim, masih tak ada jawaban.
Janji dengan desainer baju pengantin
semakin mendekat, sedekat detakan jantungku yang semakin kencang bertalu. Asa
dan do’a semakin lancar terucap dari bibirku, mengharapkan kamu tiba-tiba hadir
di depanku, berdiri mengembangkan senyum manis yang selalu aku rindu. Aku tak
perlu alasan pembenaran telepon atau sms yang tiada terjawab, tapi butuh
hadirmu yang akan kembali satukan retakan-retakan asa yang semakin luas
menyebar. Bersama sederet tanya yang semakin menggebu di hati.
Belokan terakhir menuju rumahmu
telah aku lalui. Hanya jalan komplek sepanjang 100 meter lagi yang akan aku
tempuhi. Bayangan rumah dan wajahmu semakin membesar di pelupuk mataku, sebesar
rasa bingung yang masih menyelaputinya. Mataku tercekat. Kakiku seakan terikat
di atas pijakannya. Kulihat motor Dennisa terparkir di sisi kiri mobilmu.
“
Kenapa dia ada di sini? “ Aku mematikan motorku dan turun. Bergegas aku
berjalan menuju pintu rumah. Ketika tanganku akan mendorong pintu rumah yang
sedikit terbuka, tanganku tertahan. Manja suara Dennisa saat bercakap denganmu
menahanku. Tawa riangmu saat menimpali kemanjaannya membakar nalarku.
“
Kejamnya dirimu padaku. “ gumaman lirih mengiringi tubuhku yang mendadak lemah
tersandar di dinding rumah. Aku terus mendengarkan percakapanmu dengan Dennisa
yang semakin serius. “ Jadi selama ini kamu lebih mencintai Dennisa dari pada
aku? “ kembali aku bergumam. Aku kumpulkan sisa tenaga yang aku punya. Aku
kuatkan hati dan tubuhku untuk tegak berdiri. Setapak demi setapak aku menjauhi
rumahmu. Dengan hati yang hancur aku meluncur. Motor kulajukan lagi tanpa ada
asa tentangmu yang tersisa.
_
_ _
“
Beib, benar kamu lebih mencintaiku dibandingkan Allia? “ tanya Dennisa sambil
menyandarkan kepalanya di dada lapang Jemmy. Tangannya memainkan rambut hitam
lurus yang tergerai. Wajah cantik, tubuh semampai dan senyum manis yang selalu
menghiasi bibirnya. Insan mana yang tak akan tergoda jika melihatnya.
“
Aku lebih mencintaimu Nis. “ sahut Jemmy.
“
Terus kenapa kamu mau menikahi Allia, bukannya melamarku? “
“
Aku harus melakukannya Nis. Sebelum meninggal dunia, papanya telah mendonorkan
matanya untuk papaku. Papa yang sempat mengalami kebutaan karena suatu
kecelekaan, akhirnya bisa melihat lagi. Aku berhutang budi pada keluarganya. “
“
Tapi kan tidak harus menikahinya Beib? “
“
Tidak bisa Nis. Aku tak ingin membuat Papa membenciku. Setiap kali aku melihat
mata Papa, aku seperti melihat almarhum papa Allia sedang memandangiku dan
berharap untuk menikahi Allia yang telah lama memendam cintanya padaku.
Meski…..“ Jemmy yang sedang berbicara dengan Dennisa tersentak kaget. Raungan
suara motor yang berjalan menjauhi rumahnya begitu akrab di telinganya. Dia
segera berdiri dan berlari menuju gerbang rumah. Sesampainya di depan gerbang,
matanya masih sempat melihat laju motor yang baru saja meninggalkan rumahnya.
“
Allia…” teriaknya. Beberapa orang yang sedang berada di jalan kompleks sontak
menoleh ke arahnya, tapi tidak dengan yang dipanggilnya. Tubuhnya semakin
menjauh bersama laju motornya. “ Damn it, aku lupa ada janji untuk flitting
baju pengantin dengannya. “ rutuk Jemmy kesal.
“
Allia? “ tanya Dennisa yang sudah berdiri di sampingnya dengan raut muka kaget.
Wajah cantiknya mendadak memucat. Kulitnya yang putih semakin memutih, hingga
nyaris seperti tiada teraliri darah. Tubuh semampainya serasa tiada lagi
berotot. Matanya melihat tubuh salah satu sahabat karibnya itu menjauh.
“
Iya, Allia datang. Aku harus mengejarnya. “ Sahut Jemmy sambil berlari masuk
rumah. Sesaat kemudian dia kembali dan
bergegas masuk ke mobil CRV putih yang sedari tadi terparkir. Begitu telah
berada di jalan, dia segera memacu mobilnya ke arah rumah Allia. Sejenak
kemudian dia telah melihat Allia di depannya. Laju motornya goyah.
“
Allia berhenti. “ teriak Jemmy yang sudah mensejajari Allia. Yang diperintah
tidak mau berhenti. Laju motor maticnya semakin cepat. Jemmy tak mau tinggal
diam, dia segera mempercepat laju mobilnya dan mendahului Allia. Dia langsung
berhenti dan turun dari mobil. Dihampirinya Allia yang juga menghentikan
motornya.
“
Allia, biar aku jelaskan semuanya. “
“
Tidak perlu Jem. Aku sudah mendengarkan semuanya. Aku tahu perasaan cinta ini
tak sepantasnya aku pertahankan hingga membuatmu terbelenggu. Aku bodoh dan tak
pernah menyadari itu. Semua perhatianmu padaku hanyalah sebatas perasaan ingin
membalas budi saja. Tak ada rasa cinta di hatimu. Cintamu hanya untuk dia,
karibku sendiri. Rasa cintaku hanya menjadi onak dalam kehidupan kalian. “
“
Allia…” bentak Jemmy.
“
Apa? Bukankah memang itu kenyataannya? “
“
Allia, dengarkan dulu penjelasanku. “ pinta Jemmy sambil memegang bahu Allia
yang masih duduk di sadel motor dan berusaha menyandarkan tubuh mungil Allia ke
dadanya. Allia yang tingginya hanya 158 cm segera menepiskan tangan Jemmy.
“
Tak perlu lagi ada penjelasan. Angan-anganku sudah menjadi kenangan. Harapanku
tinggallah harapan, meski cinta ini masih ada untukmu. Apakah rasa ini akan
sama denganmu? Masih berdebar saat kita bertemu lagi? Masih ingin beradu senyum
seperti yang pernah aku lakukan? Aku tak pernah tahu. Yang jelas saat ini aku
ingin semuanya berakhir di sini. Takkan ada lagi cintaku di hatimu “
“
Tapi Al…”
“
Sudah tak ada yang perlu diperdebatkan lagi Jemmy. Daripada membiarkan hati
kita bersatu dalam cawan retak, biarkan rasa cinta ini aku korbankan. Aku tak
ingin ada penyesalan nantinya. Aku sakit, kamu pun sakit merasakannya. Kita
sama-sama merasakannya. Aku relakan cintaku pergi, daripada sakit hati akan
terus aku rasa. Aku berharap kamupun melakukan hal yang sama. “
“
Tapi …”
“
Sudahlah, Dennisa lebih membutuhkanmu dibandingkan aku. Rawatlah dia baik-baik.
Aku yang bodoh, tak pernah menyadari jika ada cinta di antara kalian berdua.
Jodoh tak pernah bisa dipaksakan. Tak selamanya cinta akan bersatu. Relakan aku
pergi. Sekali lagi Dennisa lebih membutuhkanmu. “ Sahut Allia. Dia segera
membelokkan motornya dan berlalu.
Jemmy
diam. Tubuhnya tersandar di CRV putih yang masih melintang di jalan.
Siluet-siluet keakraban yang pernah terjalin dengan Allia kembali bermain di
kepalanya. Bergantian menari bersama bayang-bayang Dennisa yang selalu manja
setiap kali mereka bersama. Saat sebuah klakson menghentak telinganya, dia
segera tersadar. Dia bergegas masuk ke mobil
dan meluruskan posisi parkirnya.
_
_ _
Aku
menangis tersedu di atas tempat tidur. Wajahku tertutup bantal putih yang
selama ini setia menemaniku tidur. Ingin rasanya aku menghilangkan
bayangan-bayangan Jemmy dan Dennisa, namun tak pernah bisa. Berkali-kali
membolak-balikkan bantal, hingga menutupi wajah, bayangan mereka berdua semakin
akrab menyapa benakku. Kenangan-kenangan indah yang pernah kami bertiga alami
semasa kuliah begitu dalam terlukiskan.
“
Kenapa aku tak pernah sadari jika mereka berdua telah lama menjalin cinta. “
rutukku sambil memindahkan bantal yang menutupi wajah. Mataku masih sembab. Air
mata pun belum lagi kering membasahi ke dua pipiku. “ Aku harus merelakannya. “
“
Jika mata telah tersilap rasa, bayang
hitam pun akan muksa. Jika cinta telah meraga sukma, apalah daya logika takkan
mampu bicara. Mimpi-mimpi akan hadir bersapa puja kata Menafikan nyata yang
bersiap menerpa. Relakan, agar tak ada sesal kemudian. Ikhlaskan, meski sakit
akan kau rasakan. Berat, memanglah berat rasanya. Tapi takdir tak akan mampu
dilanggar paksa. “ Aku segera mengirimkan sms yang baru saja kuketikkan
pada Jemmy. Begitu laporan sms terkirim masuk, hp segera aku matikan. Sim
cardnya aku keluarkan dan kubuang ke tempat sampah. “ Maafkan aku. Aku tak akan
bisa lagi menerima sms ataupun telepon darimu. Cukup sekali aku menjadi onak
dalam kisah cintamu dengan Dennisa. “ kataku lirih.
Aku
kembali merebahkan tubuhku. Bayangan kejadian 6 bulan yang lalu kembali,
secara tak sengaja aku melihat tulisan tangan Dennisa di diary pink
pemberianku. Dia mengeluhkan sakit kenker indung telur yang dideritanya. Sejauh ini
hanya keluarganya saja yang tahu akan hal itu. “ Dennisa, semoga kau bahagia
dengan Jemmy. “ harapku.
Denpasar,
07102012.0338
Masopu
Note
:
Cerita terinspirasi dari syair lagu di bawah ini. Lagu berjudul “ Benthet Cingkire “
karya Atang Arthuro-Nanank YZ dan dinyanyikan oleh Chy Chy Viana dengan iringan
musik dari OmpRock.
Angen-angen,
mung bisa ngangen
Arep-arep,
mung bisa ngarep
Setuhune,
welas iki mageh kecantol ring ati
Opo
ta podo, rasan riko lan isun
Mageh
deg-degan, noleh celingukan
Kepingin
nyawang, adu eseman
Tapi
isun, yo wedhi kejeglang
Timbangane
benthet cingkire
Banguro
gelas dinggo silure
Timbangane
ruwet mburine
Banguro
welas dinggo tumbale
Isun
loro, riko loro
Padha-padha
yo nyandang rasa
Timbangane
ati hang lara
Myakne
wes welas dililakeno
Lilo
sing Lilo, riko kudu lilo
Pastine
jodho ding keneng dipaksa
Abote
abot demene ring ati
Sing
selawase welas dadi siji.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar