Rabu, 21 Desember 2011

Secercah Cahaya Gerimis

http://iib-ibrims.blogspot.com/2011_05_01_archive.html
Rinai gerimis perlahan membumi. Matahari yang sempat berbagi, kini kembali bersembunyi. Menghilang dalam buaian selimut sang awan. Malu,  jika nantinya sinar putih keperakannya terurai menjadi aneka warna yang elok di pandangan. Sementara dinginnya hawa di pagi itu kian terasa menusuk tulang, pun bagi Iqbal yang pulang berlari pagi.

Iqbal yang terjebak gerimis segera berlari menuju ke teras rumah kosong di seberang sebuah apartemen. Rumah besar yang tepat berapa di depan apartemen tersebut, terlihat bersih dan rapi. Sambil menunggu gerimis mereda, dia sibuk bercerita dengan seorang bapak penjaga rumah. Lelaki berusia sekitar 45 tahun tersebut adalah lelaki pendatang yang ditugaskan oleh sang majikan untuk menjaga rumahnya. Sementara sang majikan lebih banyak berada di Jakarta dan kota Denpasar untuk mengurusi bisnis restorannya.

Senin, 19 Desember 2011

Siluet Seraut Wajah Di Ujung Senja

http://www.kaskus.us/
Senja telah menjelang. Langit yang biru perlahan berganti warna kemerahan. Semakin dalam matahari tenggelam ke ufuk barat, bias kemerahan itu semakin menebal sebelum nantinya hilang berganti dengan jelaga hitam yang semakin memekat. 

Iqbal yang telah lama menjalankan tugas di kota kelahirannya bergegas untuk pulang. Mobil dinas dari perusahaan yang setia menemaninya kini dikemudikannya sendiri. Toyota Avanza hitam keluaran terbaru tersebut perjalan tenang menyusuri jalanan dari kantor ke rumah orang tuanya. Jalanan mulus yang berhias aneka bunga terjajar rapi dalam pot-pot besar. Sementara di beberapa titik tertentu barisan pohon akasia dan ketapang menjadi perindang jalan dari panas dan hujan yang datang menerpa.

Sabtu, 17 Desember 2011

Mawar 07

" Al, kamu tunggu di mobil saja ya! " kataku pada Allanis yang sedari tadi duduk manis di sampingku. Allanis wanita hitam manis dengan rambut keriting terurai sampai ke punggungnya. Kulitnya hitam manis dipadu dengan bentuk bibir mungil menggantung di bawah hidungnya yang mancung. Alisnya yang tebal menambah kesan manis yang ada padanya.

" Aku mau ikut kamu Jon. Masak gak boleh sih? " rengek manja Allanis sambil menarik lengan bajuku lembut. Matanya genit menggoda.

" Gak usahlah Al. Aku gak lama, paling hanya sekitar 15 menit saja. " jawabku pelan seraya turun. Tanganku segera menggenggam kamera yang sedari tadi menggantung di leherku. Sementara Allanis memilih untuk diam di dalam honda jazz yang aku parkir di depan sebuah rumah tua peninggalan jaman Belanda.

Minggu, 11 Desember 2011

Vonis Terakhir

Waktu terus berlalu. Xixi dan Daniel terus berusaha untuk berkonsultasi dengan beberapa dokter. Rangkaian test mereka lakukan. Dari satu rumah sakit ke rumah sakit yang lain rela mereka lakukan. Hingga akhirnya sesuai dengan kesepakatan mereka berdua, mereka akan melakukan test terakhir ke dokter yang direkomendasikan dokter Widodo. Dan hari ini hasil test tersebut akan mereka ketahui.

Seperti pemberitahuan yang diberikan dokter Septian, sore ini mereka akan diberitahu tentang hasil medical mereka berdua. Daniel dan Xixi memilih datang lebih awal dari waktu yang telah disepakati. Sebelum bertemu dengan dokter Septian, mereka berdua berjanji untuk saling menguatkan. Apapun hasil test yang mereka terima hari ini, mereka harus kuat. Itulah janji mereka berdua.

Kamis, 08 Desember 2011

Pukulan Ke Dua

http://dreesc.wordpress.com/2010/06/24/terpuruk/
Xixi dan Daniel duduk tertegun. Di seberang meja yang memisahkan mereka duduk dokter Widodo dengan wajahnya yang kalem dan bersahaja. Raut muka Xixi dan Daniel berubah-ubah dengan cepat. Tak beraturan seperti segumpal kertas yang telah lecek dimainkan tangan. Kadang datar. Kadang tegang. Di lain waktu kelihatan tak percaya. Hanya satu yang pasti dari mereka berdua, sorot mata mereka sama-sama terpaku dengan lembaran kertas yang mereka pegang.

Hampir sepuluh menit lamanya mereka terpaku dalam tatap mata tak percaya. Hanya komunikasi sunyi dengan lembar kertas di tangan saja yang mereka berdua lakukan. Sementara dokter Widodo hanya diam melihat perubahan raut muka mereka berdua. Dia sadar kalau mereka berdua butuh waktu untuk menguasai diri. Saat ini rasa tak percaya masih mencengkeram pikiran mereka. Ketakpercayaan akan hasil medical yang mereka jalani kemarin.

Minggu, 04 Desember 2011

Rangkaian Test

http://cutcaster.com/
Seperti apa yang dikatakan oleh dokter Widodo kemarin, hari ini Xixi akan melakukan medical check up untuk mencari penyakit apa yang sesungguhnya mendera dirinya beberapa waktu yang lalu. Dan karena janji itulah, Kini dirinya tengah bersiap untuk kembali mengunjungi dokter Widodo di rumah sakit Dr. Soetomo. Dengan masih ditemani oleh pembantunya yang setia, Xixi keluar dari apartemennya. Saat itulah sebuah taxi berhenti di depan pintu masuk apartemenya. Dari dalam taxi turun sesosok lelaki yang begitu dikenalnya.

" Mas Daniel! " pekik Xixi begitu lelaki yang turun dari taxi membalikkan badannya. 

Jumat, 02 Desember 2011

Mencari Second Opinion

http://cantigi.net/2011/10/sindoro/
Tetes-tetes embun menghiasi pepucukan rumput dan bunga-bunga yang rapi berjajar di halaman apartemen tempat tinggal Xixi. Sejak pulang dari rumah sakit, baru hari ini Xixi terbangun di pagi hari dengan kondisi tubuh yang lebih baik dari yang sudah-sudah. Kemilau warna perak yang membias ketika menyambar embunan di pagi itu begitu indah untuk dinikmati. Nyanyian kenari dan tekukur laksana orkestra hidup di telinganya. Merdu menjalar ke setiap bagian tubuhnya. Relaksasi yang begitu menggodanya untuk terus menikmatinya.

Sejuknya udara di pagi itu mampu membangkitkan semangat baru dalam hidupnya. Merdu kicauan burung piaran tetangganya seperti stimulan yang memacu nyala asa yang sempat terlunta luka. Dibulatkan tekadnya untuk mencari second opinion untuk penyakit yang di deritanya. Apalagi kondisi tubuhnya kini telah membaik. Tak ada alasan lagi baginya untuk bermalas-malasan menunggu kesembuhan tanpa daya dan upaya yang diusahakan. 

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...