Kamis, 20 Oktober 2011

Penjaja Cinta

Amnesty internasional
Bulan temaram membakar gelap yang menyelimuti bumi. Meski keindahan sinarnya kini telah terserap sorot mercury yang menerangi jalanan kota malam ini, sang bulan tak patah arang menyinari sisi-sisi gelap kota yang tidak tersinari mercury. 

Ferdy mengendarai blazer merah marunnya memecah jalanan yang mulai sepi. Sementara di jok sebelah kiri terlihat Xixi duduk berbalut gaun pesta berwarna hitam. Dengan balutan rok mini dan high heelsnya, Xixi terlihat anggun dan mempesona. Sejauh ini dia belum tahu kemana Ferdy akan mengajaknya malam ini. Saat dia melihat jam tangan yang melingkar manis di lengannya yang putih mulus, jarumnya telah menunjuk tepat ke angka 9.


" Fer, sebenarnya kita ini mau kemana sih? Sedari tadi kok hanya mutar-mutar tak ada tujuannya? " tanya Xixi memecah keheningan yang tersaji di dalam kabin mobil tersebut.

" Sudah ikut saja Xi. Nanti kamu pasti tahu. Yang penting kan kita bisa heppy-heppy terus." jawab Ferdy sambil memberi isyarat Xixi untuk diam dan berhenti bertanya. Setelah itu tangan kirinya segera memasukkan cd lagu Dream theatre yang  segera memenuhi kabin mobil tersebut dengan suara gedebag-gedebug pukulan drum mike portnoy.

Mobil terus melaju dengan kecepatan sedang. Jalanan yang mulai sepi terlihat begitu tenang. Sementara di kiri kanan jalan tampak beberapa warung lesehan sedang rame pengunjung. Ferdy terus menikmati hentakan alunan musik dream theatre dengan ikut bersenandung. Senandung dari mulutnya segera terhenti saat hp-nya tiba-tiba berdering.

" Halo Den. Bagaimana sudah siap belum? " tanya Ferdy sesaat setelah mengurangi volume musiknya.

" Sip Fer. Kamu bawa saja sekarang Xixi kemari. Pelanggan kita sudah menunggu nih. " jawab Denny dengan antusias.

" Ok Den. 5 menit lagu aku akan sampai. " 

" Ok cepetan ya. Kasihan nih tamunya gak sabar melihat Xixi." 

" Dealnya berapa Den?" tanya Ferdy.

" 2,5 juta untuk semalam Fer. Bagaimana menurut kamu? "

" Bagus Den. Ini lebih mahal dari yang dulu-dulu." 

Setelah Denny menutup teleponnya, Ferdy segera memacu blazernya tersebut ke arah hotel yang dimaksudkan oleh Denny. Selama dalam perjalanan, Ferdy memberi pengarahan-pengarahan kepada Xixi. Xixi yang telah terpengaruh dengan kata-kata Ferdy hanya diam mengangguk-angguk saja. Dia tak banyak berkata untuk membantah semua omongan Ferdy. Baginya yang terpenting adalah bisa tetap bersenang-senang sambil berharap Ferdy terus berada di sampingnya.

Tak lama kemudian Ferdy membelokkan mobilnya ke areal parkir sebuah hotel mewah yang punya sejarah hebat di masa lalu. Hotel yang pernah menjadi saksi heroik perjuangan bangsa ini merebut kemerdekaannya. Begitu turun dari mobil, Ferdy dan Xixi segera berjalan menuju ke lobi hotel tersebut. Sesampainya di sana, Denny menyambut mereka dengan wajah berseri-seri.

Kembali Ferdy dan Denny membicarakan apa yang mereka bahas di telepon tadi. Sementara Xixi hanya mendengarkan saja. Seraut senyum terseungging dari bibirnya, saat Denny kembali mengulang harga yang pelanggan pertama Xixi berikan. Dengan uang segitu, dirinya dan Ferdy dapat menikmati kehidupan mewahnya.

Ferdy dan Denny segera berdiri mengajak Xixi menuju kamar yang telah disewa oleh pengusaha asal Jakarta tersebut. Dengan lift mereka naik ke lantai 5 hotel tersebut. Sesampainya di kamar yang dituju, Denny segera mengetuk pintun kamar tersebut. Tak lama kemudian muncul lelaki tambun berkulit putih. Begitu melihat tubuh Xixi, lelaki tersebut membelalakkan mata sipitnya.

" Wah.... wah... wah cantik banget Den. Kamu memang tahu banget seleraku." kata lelaki tersebut dengan sorot mata tak berkedip.

" Ah bos bisa saja. Kan bos sudah beberapa kali datang ke sini dan selalu meminta saya menyediakan wanita untuk guling bos. So pastilah saya tahu apa kegemaran bos." jawab Denny.

" Hahahahahaha. Sudah sana pergi. Aku mau segera bobo nih. " kata lelaki tambun tersebut sambil menyerahkan amplop coklat ke tangan Denny.

" Baik Bos. " jawab Denny sambil memberi isyarat ke Xixi untuk masuk mengikuti lelaki tambun tersebut.

Setelah sang bos dan Xixi masuk dan menutup pintu, Denny pergi meninggalkan pintu kamar hotel tersebut. Ferdy segera mengikuti dirinya. Mereka berdua berjalan menuju kembali ke areal parkir. Setelah itu dengan mengendarai mobil Denny, mereka berdua bergerak ke arah sebuah diskotek yang ada di kota tersebut. Mereka telah sepakat, esok pagi mereka akan datang menjemput Xixi.

Denpasar.20102011.0204

Masopu

Note :
  • Untuk membaca tulisan sebelumnya Silahkan baca di bagian 1, 2,                    
  • Maaf jika ada kesamaan nama tokoh dan cerita. Ini hanya fiksi belaka.

3 komentar:

  1. Tulisanmu makin hari makin mantap :) gw sering diam2 main kesini nikmati puisi2mu :)

    BalasHapus
  2. Terima kasih Jingga.
    Berarti gak salah ni aku banyak nyuri ilmu dari orang lain termasuk dari kamu.
    Meski dah gak pernah koment di kompasiana, tapi kalau buka biasanya diusahain mampir.
    Sekali lagi makasih ya

    BalasHapus

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...