Rabu, 28 Agustus 2013

17, Keramat Terindah

http://swaranda.blogspot.com/2012/03/hadiah-terindah-dari-allah-taala.html


            Seperti air yang terus mengalir, begitupun dengan alunan langkah sepatuku, setapak demi setapak langkahnya terus mendekati akhir. Sungguhpun aku ingin berhenti sesaat, menikmati sejuknya udara di lembah itu ataupun derasnya hembusan angin di puncak bukit Kintamani. Sungguhpun aku masih ingin bersalaman dengan sesanak saudara yang datang, tapi langkah ini enggan untuk berhenti. Langkah ini seperti terus menarikku menuju titian panjang, dua dunia yang terpisah.
            Aku….
            Tanggal 16 ramadhan pemuda itu datang lagi padaku. Seperti pada kedatangannya yang telah lalu, selalu dia bertanya tentang apa yang dirasanya aneh dari lakuku. Dia selalu protes dengan aktifitasku yang berlebih. Dan nasehat-nasehatnya tentang ini-itu. Tapi bukan itu yang menyentuh ulu hatiku. Sebuah tanya di akhir pertemuan itu, “Kenapa saat menjelang subuh, aku selalu mengitari masjid ini 17 kali?”
            Aku tidak ingat lagi bagaimana semua bermula. Yang aku ingat hanyalah saat aku mengawali ritualku, usiaku sudah menginjak 34 tahun. Usia dimana harusnya hati ini sudah matang dan mantap hidup dengan 1 istri serta minimal 1 anak yang menemani hari-hariku, meniti indahnya kebersamaan. “kemana saja aku selama ini, hingga tersesat dari hakikat hidupku sebagai insan kamil ciptaan sang Khalik?” Itulah tanya yang mengawali ritualku saat itu.

Sabtu, 17 Agustus 2013

Kembali Bermimpi

Lama kulelap
Pada wanginya masih tersesap
Lupa langkah tak boleh mengendap
Pada cerita tak bersayap

Lama kuterlupa
Dupa dewata hilir mudik bersama puja
Agungkan asa tiada terpatah
Walau kaki terrantai lelah

Luka Dalam

Terselip di antara bebatu
Hitam, Beku
Tak terusik, manikam terharu

Kebas, termakan Panas meranggas
Iba di ujung laras
Tak terusik, lara membekas

Denpasar, 02082013.2340

Masopu

Dua Sisi

Bermain di dua kaki
Injak sana, berlalu mendekat
Ulurkan tangan, salam persahabatan

Bermain di dua kaki
Ucap manis, laku serupa sembilu
Sebelah merangkul, sebelah memukul
Dua laku satu waktu

Senyawa Asa

http://my.opera.com/angahyorkaef/albums/showpic.dml?album=10217932&picture=136525892
Luka
senyawa asa yang terbang arungi badai
Sembab, Lembab, terjerembab
Berkeping, terurai hujan, larut dalam lumpur
Layu dimangsa air melimpah

Luka, Tiada kan nyata
Saat asa menyatu bersama sepoi sang bayu
Tanpa haluan, terturut arus, tertambat di antah-berantah
Terserak serupa spora
Tertetes hujan, asa baru bersemi
Mencari jalan menjadi nyata

Denpasar, 16082013.1430

Agung Masopu

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...