Kamis, 01 Januari 2015

10 Momen Hebat dalam Sejarah AC. Milan


1. Kalahkah Juventus 1-7
Rivalitas AC Milan dan Juventus, yang disebut sebagai ‘dua tim terbesar Italia’, memanas setelah laga ini.Juventus mulai mendominasi liga dan ‘menguasai’ kota Turin menyusul berakhirnya era Il Grande Torino akibat tragedi Superga yang menimpa sang rival sekota pada 4 Mei 1949.Turin diguyur hujan deras ketika Milan datang berkunjung pada 5 Februari 1950. Meski skuatnya dikabarkan kelelahan, Juventus tetap difavoritkan untuk mengalahkan Milan. Namun yang terjadi justru sebaliknya. La Vecchia Signora dipaksa bertekuk lutut oleh Milan yang dimotori trio Gre-No-Li ( Gunnar Gren, Gunnar Nordahl, Nils Liedholm).Nordahl sendiri mencetak hat-trick dan Milan menang telak 6-1. Kemenangan fantastis ini masih hidup di hari para tifosi Milan bahkan hingga sekarang.

2. Scudetto 1951
Setelah Perang Dunia II, AC Milan menjelma jadi salah satu tim terdepan di persepakbolaan Italia. Dengan serangan berpusat pada trio Gre-No-Li asal Swedia, Milan merajalela.Milan meraih Scudetto 1951 dan itu merupakan awal dari sederet kesuksesan yang mereka rengkuh pada era tersebut. Di antaranya adalah Scudetto 1955, 1957 dan 1959 serta dua gelar dari Copa Latina pada 1951 dan 1956.Gre-No-Li sendiri kemudian menjadi cetak biru tim-tim Milan di masa depan.

3. European Cup 1963 vs Benfica
Di era 1960-an, nama Nereo Rocco mengemuka berkat sistem permainan baru yang diperkenalkannya, yaitu catenaccio.Dengan sistem inilah, plus perekrutan pemain-pemain seperti Gianni Rivera dan Jose Alafini, Milan sukses menjinakkan Benfica 2-1 di Wembley untuk merengkuh trofi European Cup pertamanya pada 1963.Poros pertahanan Milan di laga tersebut tak lain adalah Cesare Maldini.Beberapa dekade berselang, sang putra Paolo Maldini sukses mengikuti jejak Cesare mengangkat trofi kompetisi antarklub paling elit di ranah Eropa.

4. European Cup & Intercontinental Cup 1969
Inter Milan besutan Helenio Herrera mendominasi di era 1960-an dan membuat AC Milan tenggelam dalam bayang-bayang sang rival sekota.Namun, gara-gara itu pula, Milan terlecut untuk bangkit dan mendapatkan hasilnya di akhir dekade tersebut setelah sukses menciptakan keseimbangan tim yang solid.Pada tahun 1969, Milan berhasil menaklukkan Ajax yang dilatih Rinus Michels dan dimotori pemain legendaris Johan Cruijff dengan skor meyakinkan 4-1 di Santiago Bernabeu untuk merebut gelar European Cup keduanya. Setelah itu, Milan juga mengangkat trofi Intercontinental Cup perdananya dengan menjinakkan Estudiantes berkat kemenangan 3-0 di San Siro dan skor 1-2 di La Bombonera (agregat 4-2).Milan menutup dekade yang penuh rasa frustasi itu dengan akhir nan gemilang.

5. Silvio Berlusconi 1986
Silvio Berlusconi dicintai karena dialah yang menyelamatkan AC Milan dari periode kelam usai kembali dari Serie B ke kasta tertinggi Italia.Pada 20 Februari 1986, Berlusconi mengambil alih Milan, menginvestasikan dana dalam jumlah besar, dan menghindarkanRossoneri dari kebangkrutan.Berlusconi lalu merekrut Arrigo Sacchi sebagai pelatih serta memperkuat skuat Milan dengan tambahan amunisi baru berkelas dunia dalam diri trio Belanda Ruud Gullit, Marco van Basten dan Frank Rijkaard.Selain dicintai para pendukung Milan, Berlusconi juga dibenci kubu rival karena mereka menilai kekuatan finansial Milan didapat berkat pengaruh sang bos baru di dunia politik.Namun, tak bisa dibantah bahwa Berlusconi lah yang sudah mengembalikan Milan ke level elit setelah sebelumnya sempat tenggelam.

6. AC. Milan vs Maradona 1987/88
Pada musim tersebut, AC Milan meraih Scudetto pertamanya sejak 1979. Sampai sekarang, Scudetto itu adalah Scudetto tersulit yang pernah dimenangi oleh Milan.Dipimpin pelatih brilian Arrigo Sacchi dan diperkuat sederet talenta istimewa dari Franco Baresi, Mauro Tassotti, Ruud Gullit hingga Marco van Basten, Milan ternyata tak bisa begitu saja merajai Italia.Penyebabnya adalah Napoli. Napoli merupakan saingan berat Milan waktu itu. Selain memiliki bintang-bintang seperti Careca dan Circo Ferrara, skuat Napoli juga dihuni seorang pemain legendaris bernama Diego Maradona.Setelah bersaing dari awal, Milan akhirnya berdiri di puncak Italia dengan keunggulan hanya tiga poin dari Napoli. Selisih tiga poin itu didapat Milan berkat kemenangan dramatis 3-2 di Naples pada penghujung musim.

7. AC Milan & Steaua Bucureti 1989
AC Milan meraih gelar European Cup ketiganya dengan menghancurkan Steaua Bucuresti 4-0.Masing-masing dua gol dari Ruud Gullit dan Marco van Basten membawa Milan era Sacchi/Berlusconi menghajar habis sang wakil Rumania di Camp Nou pada 24 Mei 1989.Saat itu, persepakbolaan Italia merupakan yang terbaik di dunia dan Milan adalah klub yang berdiri di puncaknya.Pada tahun itu juga, Rossoneri menciptakan reputasi hebat di Eropa, yang mereka pegang sampai sekarang.

8. Kalahkan Barcelona 4-0 1994
Pada titik ini, European Cup sudah berganti nama menjadi Liga Champions.AC Milan merengkuh gelanya yang kelima dengan mempermalukan raksasa Spanyol Barcelona, yang memiliki Romario dan Hristo Stoichkov, pada partai final 18 Mei 1994 di Athena.Dilatih master tactician Fabio Capello dan diperkuat pemain-pemain hebat dari belakang sampai depan semisal kiper Sebastiano Rossi, Mauro Tassotti, Paolo Maldini, Demetrio Albertini, Zvonimir Boban, Marcel Desailly, Dejan Savicevic serta Daniele Massaro, Rossoneri menggilasBlaugrana empat gol tanpa balas.Massaro mencetak dua gol, sedangkan Savicevic dan Desailly masing-masing menyumbang satu.Trofi elit Eropa, dipadu dengan catatan impresif 58 laga tak terkalahkan di Serie A antara 1992 sampai 1994, pun menegaskan status Milan era tersebut sebagai salah satu tim terbaik sepanjang sejarah.

9. Kalahkan Inter Milan 0-6
Selisih skor setelak ini dalam Derby Della Madonnina mungkin sulit kita saksikan lagi di masa mendatang.AC Milan menang dengan sangat meyakinkan. Skor 6-0 yang tercipta pada 11 Mei 2001 ini merupakan rekor kemenangan terbesar dalam bentrokan dua rival sekota ini di Serie A.Gianni Comandini mencetak dua gol di babak pertama. Federico Giunti menjadikannya 3-0 di awal babak kedua sebelum Andriy Shevchenko memperparah luka Inter dengan brace-nya. Di penghujung laga, Serginho menutup pesta.

10. Balas Dendam di Athena
Gelar European Cup/Liga Champions terkini yang diraih AC Milan adalah pada 2007 silam. Itu merupakan gelar ketujuh Rossoneri di kompetisi elit ini.Milan memenanginya dengan cara terbaik – dari sudut pandang mereka, yakni dengan mengalahkan tim yang di dua edisi sebelumnya membuat sang raksasa Italia gigit jari Istanbul. Tim itu adalah Liverpool.Pada final tahun 2005, Milan dibuat menangis oleh The Reds setelah keunggulan tiga gol di babak pertama musnah pada paruh kedua dan mereka kalah lewat adu penalti.Dua tahun berselang, Milan dan Liverpool bertemu lagi di partai puncak Liga Champions. Kali ini, duel bertempat di Olympic Stadium, Athena.Jalan ceritanya berbeda. Filippo Inzaghi membawa Milan memimpin 2-0 dengan golnya pada menit 45 dan 82. Tak seperti laga dramatis di Istanbul, Liverpool hanya bisa menipiskan selisih skor melalui Dirk Kuyt satu menit jelang bubaran.Skor akhir 2-1 dan Milan pun sukses membalaskan dendam atas Liverpool sekaligus kembali menegaskan diri sebagai klub nomor satu di Eropa.Sukses Milan itu semakin komplet dengan jatuhnya gelar top scorer dan pemain terbaik turnamen kepada maestro mereka asal Brasil, Kaka. (Sumber: Bola.net)

Jumat, 23 Mei 2014

Takdir Terakhir

Dia ada
Dia menggoda
Dengan nada pentatonik membahana

Dia di sini
Menanti hari berimaji
Saat jemari tak henti menari
Meniti inchi berpori

Dia di sini
Dengan goresan tinta yang pernah terhenti
Pada koma dimana nalar tlah mati
Hingga desirnya tak lagi nyaring bernyanyi

Dia disini
Bukan menanti penghapus koma pada narasi basi
Bukan pula untuk celoteh tiada henti
Dia disini tuangi hati, untuk titik yang tak pantas disesali

Dia di sini
Goreskan tanda bacanya sendiri
Tak untuk takdirnya yang tlah mati
Tapi untuk bab baru tanpa elegi.

Denpasar. 23052014-2017

Masopu

Bermula pada kata, cerita kan tertata.
Bermula pada kata, gaungnya membahana
"WDY"

Rabu, 12 Maret 2014

Menteri Alim itu....



http://zentangle.blogspot.com/2010/03/paradox-q.html
Bogor, 09 September 2013
Aku bergidik, sejak mengenalmu, baru kali ini kamu menatapku dengan begitu tajamnya. Sorot matamu yang setengah melotot seperti bilah-bilah anak panah Sri Krisna yang mencoba mengoyak tubuh lawannya di padang Kurusetra. Sorot itu menciutkan hatiku yang tidak pernah takut menghadapi marabahaya. Investigasiku dalam beberapa kasus kerusuhan, pembunuhan berantai dan kasus pelik lainnya, sukses aku taklukkan. Semua karena dukungan moril darimu. Tapi entah kenapa kini kau tidak setuju dengan rencanaku untuk menyelidiki kasus kecelekaan Lancer EX yang terjadi dinihari kemarin? Padahal kasus itu nilai jualnya sangat tinggi di mata awak media sepertiku.
"Sadarkahh kau? Selama ini dirimu seperti ilalang di savana. Jangankan hembusan angin ribut, sepoi angin yang lembut membelai tubuhmu saja sudah cukup membuatmu berisik?" Katamu pelan, seakan tanpa semangat. Kau berkata tanpa kebanggaan seperti yang selama ini selalu kau tiupkan tentang profesiku. Biasanya kau orang pertama yang berdiri menyemangatiku saat gelisah seperti ini. Tapi kini, entah kenapa kau berubah. Kau seperti orang lain di mataku.
"Maksudmu apa?" Aku kebingungan melihatmu bersikap seperti itu.
"Profesimu itu." katamu mantab. “Aku tidak perlu lagi sembunyikan kegundahan yang selama ini terus menghantui malam-malamku. Aku takut kehilangan dirimu hanya untuk sebuah kesia-siaan semata. Hanya untuk nilai jual tanpa pesan moral. Itu hanya pepesan kosong media murahan.
"Wartawan? Apa yang salah dengan profesiku sebagai wartawan investigasi?" mukaku memerah seperti kepiting di panggangan. Jujur aku tersinggung dengan ucapannya. Aku berusaha menahan rasa tidak enak yang tiba-tiba saja menggelegak. Entah kenapa rasa itu semakin kuat merajahi hati. Aku memang

Sabtu, 08 Februari 2014

Tersudut

http://felinophobia.wordpress.com/category/phobia/
"Tidak. Kamu tidak boleh melakukannya."
Telapak tangannya memegang pundakku. Seperti berusaha menahan nyala lilin yang hampir padam, matanya menghujam pusaran korneaku.
Dia tahu saat ini aku terseret di nadir. Dia tahu aku butuh tongkat kecil untuk menopang langkah yang mulai goyah. Karena itu dia berusaha menjadi penopangku.
"Tidak....?"
Aku melotot, melawan tatapannya.
"Apa kamu tahu betapa sakitnya aku? Aku serupa remah-remah roti di antara serbuan ribuan semut. Mereka mencari sisi terlemahku, untuk mencabik dan menyeretnya sepanjang jalan. Aku seperti sosok tidak berguna di mata mereka, selain persembahan untuk sang ratu yang siap bertelur, usai mencerna tubuhku."
Aku berusaha melepaskan tangan Tsiefana dari pundak. Sambil membuang muka, aku memalingkan wajah. Bukan aku tidak mencintainya, tapi serombongan semut merah yang bebaris menarik mangsa, buatku muak.
"Hei kemana perginya Joey, si karang pelindung pantai? Bukankah selama ini dia tegar meski sapuan ombak tak henti menghajar? Adakah dia telah runtuh, tergerus angkuh lidah pembunuh?"

Senin, 03 Februari 2014

(re-write) Lintang Lonthar



Kemirih, 21 Februari 1970
            Mbok nawi oleh, isun nyilih picise sulung. Nang omah sing nono beras maning. Kang Karta sing oleh pedamelan. (Mbak, kalau boleh aku pinjam uangnya dulu. Beras di rumah habis. Kang Karta belum dapat kerjaan).” Pinta Karti, adikku sambil menimang-nimang Siti, anak semata wayangnya yang baru berusia 16 bulan.
            Dia tahu semalam aku baru pulang mentas di desa Lemah Bang. Setiap kali pentas, uang saweran yang aku dapat pasti banyak. Semua orang tahu, Onah adalah primadona panggung. Bintang panggung yang selalu menghadirkan keriuhan tersendiri saat dia menari. Ada pameo di penikmat tari Gandrung Sing Onah, sing ono pesona (tiada onah, tiada pesonanya)
            Aku merogoh buntalan kecil di bawah bantal. Kukeluarkan beberapa keping uang yang aku dapatkan semalam. Sambil tersenyum, aku sodorkan uang-uang itu pada adikku yang paling kecil. Sedari kecil dia memang paling aleman terhadapku. Hingga kini pun, saat sudah berkeluarga, dia masih seperti itu.
            Iki, picis isun gawean disik. (Ini, pakailah uangku dulu).”
            Seperti yang sudah-sudah, dia menerima uang itu dengan mata berbinar. Rasa bahagia tergambar di matanya. Sejujurnya dia lebih cantik dariku. Matanya yang bulat, seperti sasadara manjer kawuryan1. Rambutnya yang hitam, ngandan-ngandan2. Gelombangnya yang halus dan rapi seperti riak kecil air laut yang membelai pasir pantai Blimbing sari.  Andai mau, dia bisa jadi bintang pertunjukan sepertiku, bahkan melebihiku. Tapi dia tidak berbakat menari sepertiku, itu kenapa dia tidak tertarik mengikuti jejakku.

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...