Tempatku Belajar Menuangkan Ide, Merangkai kata dan Peristiwa menjadi sebuah cerita.
Rabu, 02 Februari 2011
Siluet Dua Hati
Dear diary
Aku mau cerita ni sahabat terbaikku. Yang selalu mau menjadi tempat curahan segala keluh kesah hidupku. Dalam suka dan dukaku, kau selalu setia menemaniku meski kau tak akan pernah mampu memberiku solusi untuk setiap masalahku. Tapi setidaknya hadirmu, memberiku sedikit ketenangan dalam hiudupku.
Diary……….
Aku mengenal mas Arya sejak 3 bulan yang lalu. Sepanjang waktu itu, aku semakin terpikat oleh elok lakunya serta lembut tutur katanya. Aku ingin dia menjadi kekasih hatiku. Aku ingin dia segera berkata ” Aku Cinta Kamu ” kepadaku. Bahkan seringkali mimpi itu terus menemaniku.
Diaryku sayang………..
Aku meski mengharapkan dia melakukannya, sesungguhnya aku masih bingung sama dia. Perhatiannya kepadaku sesungguhnya wujud apa sih? Tapi aku tak peduli. Yang jelas aku sudah lama jatuh cinta kepadanya. Sejak pertama bertemu aku telah menyukainya, meski aku belum tahu apakah dia juga menyayangiku.
Diaryku yang manis……..
Bantu aku dengan do’amu ya, semoga dia juga merasakan hal yang sama. Aku tak ingin dia hanya memberiku angin surga. Aku ingin perhatiannya selama ini adalah wujud cinta kasihnya untukku. Do’ain aku ya Diaryku.
Segera Widya menutup diary pink kesayangannya, sambil terus berharap dan berdo,a semoga Arya mempunyai rasa yang sama dengannya. Setelah menciumnya, segera dia taruh diary tersebut di bawah bantalnya dengan menyimpan harapan besar agar ketemu Arya dalam mimpi indahnya.
==============
Aku masih duduk termangu di pinggiran pantai. Kembali aku teringat dengan kata-kata Dhani tadi siang.
” Arya, kamu tidak bisa mendiamkan masalah ini terus. Secara gak langsung sikapmu telah membuka peluang untuk Widya menyalah artikan sikapmu. Kamu harus tegas sekarang, agar jangan sampai masalah ini terus berlarut. Semakin lama kamu mendiamkan masalah ini, semakin besar harapan Widya terhadapmu. Dan saat kamu memutuskan nanti, efeknya untuk dia semakin buruk. Segera buat keputusan ya. Mana Arya yang dulu begitu tegas membuat keputusan. Jangan jadi cengeng kayak gini ya!!!” Nasehat Dhani itu begitu mengganggu aku.
Memang semua nasehat itu benar. Aku tak boleh membiarkan masalah ini berlarut-larut. Aku harus segera menjelaskan kepada Widya, jika kebaikanku selama ini adalah wujud kasih sayang seorang kakak terhadap adiknya. Aku sudah menganggap dia seperti adikku. Dan tak mungkin aku bisa mencintainya saat ini. Karena cintaku hanya untuk Eliza Nur.
Segera aku ambil hp-ku. Tak berapa lama tanganku segera sibuk mengetik sms ke Widya.
” Wid kutunggu kau di Hard Rock jam 7 malam. Ada hal penting yang harus aku bicarakan denganmu.”
Segera kukirim sms tersebut kepada Widya. Tak lama kemudian widya membalas sms tersebut dan menyatakan bersedia menemuiku.
==================================
Jarum jam baru saja mendekati pukul 19.00 saat langkah kaki dan tatapan mataku menemukan sosok Widya sedang duduk termangu sendiri di meja no. 13 yang terletak di sudut ruangan dengan temaram lampunya yang menyejukkan pandangan mata. Dia menggunakan baju biru yang merupakan warna kesukaannnya dan merupakan hadiah ulang tahunnya yang ke-21 dariku. Hadiah itu aku berikan beberapa waktu lalu saat aku menghadiri acara ulang tahunnya di rumah orang tuanya. Dia kelihatan begitu dewasa dengan pakaian tersebut.
” Hai Wid! Dah lama datangnya?” tanyaku menyapa dia sambil duduk di depannya.
” Baru mas, ni juga belum sempat minuman mas. Mau pesan apa ni biar sekalian saja ya?” Tanya Widya
” Capucino saja Wid” Kataku sambil menunduk untuk mebenarkan posisi dudukku.
Setelah itu untuk beberapa saat aku dan dia sama-sama terdiam hanyut dalam alam lamunan masing-masing. Aku jadi bingung harus memulainya dari mana. perlahan-lahan aku terus menghirup nafas dengan teratur agar hatiku semakin tenang. Hampir selama setengah jam aku dan Widya terdiam dalam lamunan masing-masing.
” Wid boleh aku mulai bicara sekarang ya?” Tanyaku sambil meminum capucino yang dah lama terhidang di mejaku, setelah aku yakin jika hatiku telah siap mengutarakannya.
” Silahkan mas. Ada masalah apa nih?” kata Widya
” Wid, Benarkah kamu mempunyai rasa cinta terhadapku?”
” Mas Arya kenapa menanyakan hal itu mas?”
” Wid aku hanya ingin memastikan sebelum aku menentukan sikap.”
” Mas aku memang tertarik sama mas sejak mengenal mas Arya 3 bulan yang lalu mas. Kenapa mas?” tanya Widya sambil menggeser duduknya sedikit ke belakang agar bisa bersandar.
” Wid aku minta maaf, aku memang menyayangimu. Tapi aku telah mempunyai seorang kekasih Wid. Itu kenapa aku kesini mengajakmu. Untuk menjelaskan semuanya ke kamu tentang hal itu. Rasa sayangku ke kamu hanyalah sayang seorang yang ingin menjadi kakakmu. Tak lebih” Kataku sambil menyerahkan liontin yang telah aku buka sebelumnya ke Widya. Di liony=tin tersebut terpasang fotoku dan Eliza Nur berdampingan.
” Jadi mas sudah punya pacar. Dan ternyata mas adalah pacar mbak Eliza yang di rawat di RS tempat kita ketemu itu mas?” Tanya Widya.
” Iya, dia pacar aku dan memang waktu itu aku menjaganya. Atas permintaan dia aku tak boleh cerita ke kamu.”
” Kenapa mas?”
” Karena dia gak ingin semua orang tahu hubungan kami. itu kenapa kami jarang terlihat bersama.” Jawabku menjelaskan.
” Bukankah dia menderita suatu penyakit yang sangat parah mas? Dan memungkinkan dia tuk tidak bisa mempunyai keturunan?” Tanya widya.
” Benar Wid. tapi aku mencintainya dan siap menerima dia apa adanya.” Sambil menerima liontin yang diserahkan kembali kepadaku oleh Widya.
” Terus apa mas gak menyesal dengan keputusan mas?”
” Tidak Wid. Apapun adanya dia, itulah yang terbaik yangTuhan kirim buatku. Dan aku percaya semua itu hanyalah batu ujian buatku. Jika lulus kemulian akan menantiku di kehidupan nanti Wid” kataku
” Baiklah mas, meski aku berat menerima kenyataan ini tapi aku menyadari keputusanmu. Aku salut dengan kejujuran dan kesetianmu mas. Maaf jika aku telah mengganggu hari-harimu. Bolehkah aku menjadi adikmu mas?” Tanya Widya sambil menahan kristal-kristal bening yang mulai mengalir di pipinya.
” Aku bersyukur kalau kamu mau jadi adikku Wid” kataku.
” Ijinkan aku menciummu sebagai adik mas” kata Widya.
” Ok wid. Aku ijinkan kamu melakukannya.” Jawabku
Perlahan Widya datang kepadaku, kemudian memeluk dan mencium aku. Ya ciuman seorang adik angkat terhadap kakaknya. Dengan iringan lagu ” Hidupmu Hidupku” dari Zigas yang mengalun sahdu di telinga kami berdua. Aku merasakan gejolak jiwanya yang mencoba bertahan dari keruntuhan karena rasa yang tiada berbalas.
Tak terasa waktu terus berlalu. seiring berakhirnya lagu tersebut, aku meminta ijin pulang dulu. Segera aku berdiri dan kembali memeluknya untuk sekedar berpamitan dan mencoba menguatkan hatinya.
Denpasar, 02022011.1452
Masopu
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
ngiri ni sama Mas Agung. aku udah seminggu ini gak nulis apa-apa :( sibuk sama urusan sekolah
BalasHapusWaduh jangan Ngiri Lu. Aku juga sudah seminggu ini gak nulis di blog.
BalasHapusHanya mengedit cerbungku, untuk aku jadikan satu cerita utuh.
salam