Sabtu, 05 Februari 2011

Wahsyi, Budak Hitam yang Menginspirasi


Dalam suatu kesempatan rihlah, kumpul-kumpul sesama teman tki, dipandu Ustadz yang biasa kasih materi dalam setiap pengajian dan beberapa teman mahasiswa Umul Quro University. Saya ikut hadir, senang hati dan rasa muda kembali kumpul bersama anak-anak muda yang penuh semangat, acara yang digelar malam hari di Muzdalifah cukup meriah. Atas inisiatif seorang ustadz acara diisi semacam kuis yang pertanyaanya seputar masalah agama.

Peserta kuis dibagi tiga kelompok, kuis berjalan seru dan menegangkan, sementara sebagian teman sibuk menyiapkan konsumsi dengan bakar sate. Dari salah satu pertanyan, peserta kuis kurang sigap menjawab, panitia melempar pertanyaan kepada khalayak, saya asal angkat tangan dan menjawab dengan tepat, hadiahnya sebuah buku yang bagus yang sudah disiapkan panitia, berupa buku yang berkisah tentang 60 sahabat Rosaulullah. s.a.w.

Jawaban saya adalah Wahsyi, adapun pertanyaannya adalah “siapa yang membunuh Saidina Hamzah ra, paman Baginda Nabi, Rosullulah.s.a.w. diperang Uhud”



Sejarah mencatat Wahsyi berhasil membunuh paman Nabi Muhamad s.a.w. Hamzah bin Abdul Muthalib sang Singa Allah dimedan perang Uhud atas perintah tuannya Hindun bin Utbah, sebagai pembalasan atas terbunuhnya Ayah, paman serta saudaranya di perang Badar. Terbunuhnya Hamzah membuat Rosulullah saw sempat menanggung duka yang mendalam.

Siapakah Wahsyi.

Wahsyi bin Harb adalah seorang budak kulit hitam berasal dari Ethiopia atau ketika itu biasa disebut Habasyah Negri di tanduk Afrika. Kebanyakan orang-orang Habasyah pandai menombak, namun keahlian Wahsyi melempar tombak melebihi rata-rata, lontaranya tombaknya selalu tepat sasaran, nyaris sempurna. Misinya dalam perang Uhud adalah membunuh Rosulullah saw dan Hamzah. Sebelum diterjunkan di medan perang Uhud, Wahsyi harus mempelihatkan keahliannya, semacam tes pendahuluan.

Di dalam film the Mesagge, film kolosal garapan seorang sutradara asal Syria Mustafa Akkad yang menceritakan kisah perjuangan Rosulullah s.a.w, digambarkan bagaimana Wahsyi memperlihatkan keahlianya melontar tombak sebelum terjun kemedan perang Uhud. Digambarkan disitu seorang penari yang bergarak dengan dinamis terus berputar sambil menghentakan kaki mengikuti irama musik, sementara semacam tusuk konde yang pangkalnya berbentuk gelang dipasang digelung sang penari, Wahsyi membidik dari kejauhan dan melontarkan tombaknya dengan kekuatan penuh, tombaknya tepat nyeplos melewati gelang tersebut, tanpa disadari sang penari.

Setelah usai perang Uhud dan Wahsyi berhasil membunuh Hamzah, Hindun sang majikan sangat puas dengan hasil kerja Wahsyi, tuntas sebagian kesumat dendam. Seperti dijanjikan sebelumnya Wahsyi mendapatkan kebebasan. Lepas belenggu Budak atas dirinya. Wahsyi mendapati dirinya sebagai Tuan atas dirinya sendiri. Wahsyi sudah sejajar dengan penduduk Mekkah yang lain. Kehidupan yang selalu di dambakan mereka yang berstatus budak ketika itu.

Dalam perjalanan hidupnya setelah kebebasannya sebagai budak Wahsyi kemudian menetap di Mekkah dalam waktu yang cukup lama, dan ketika tentara Muslim menaklukan Mekkah Wahsyi melarikan diri ke Taif, namun ketika Taif juga takluk ketangan pasukan Muslim, Wahsyi menghadap Rosullulah s.a.w mohon ampun dan menyatakan masuk Islam.

Selama hidupnya Wahsyi amat menyesali peristiwa terbunuhnya Hamzah ra ditangannya, yang membuat Rosullulah bersedih dan berpaling dari dirinya, namun Wahsyi menyadari dan menerima kenyataan ini, diriwayatkan kemudian Wahsyi tidak pernah mendekat Rosullulah s.a.w dikarenakan khawatir akan membangkitkan kesedihan Rosullulah saw, kemudian Wahsyi bertekad bagaimana bisa menggembirakan hati Rosullulah saw. Wahjsyi pergi meninggalkan Mekkah menyebarkan Islam di banyak Negri, sampai mendapat kesempatan yang meringankan hati dan rasa berdosanya.

Pada masa kekhalifah Abu Bakar As-Shiddiq terjadi pemberontakan dan pemurtadan besar-besaran dari kaum muslimin, Bani Hanifah mengakui Musailamah Al-Kadzdzab yang mengaku sebagai Nabi, kemudian Abu Bakar As-Shiddiq segera memerangi Musailamah Al-Kadzdzab. Disinilah Wahsyi bergabung dengan pasukan kaum Muslimin dan berhasil membunuh Musailamah Al-Kadzdzab seburuk-buruknya manusia sebagaimana dengan tombak yang sama ia telah membunuh orang yang terbaik setelah Nabi Muhammad s.a.w (Hamzah bin Abdul Muthalib ra).

Wahsyi seorang yang amat menyadari dan dapat memaksimalkan potensi yang ada pada dirinya. Dari seorang yang hanya berstatus Budak dengan hanya satu keahlian sebagai penombak yang mahir. Wahsyi mampu mengangkat derajat kehidupannya, walau sejarah mencatat dia pernah tergelincir dalam langkahnya.

Dari sirah nabawiyah, syaihk shafiyyur-rahman dan beberapa sumber.
Tulisan Bapak Achmad Syaukani di kompasiana ( sudah Ijin untuk share )

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...