Rabu, 09 Februari 2011

Fitnah

Jum’at, 4 februari 2011
Ku lihat seorang perwira polisi datang menghampiriku sesaat sebelum aku mengambil dan membawa jenasah kakakku Arya yang telah menjalani ekskusi hukuman matinya tadi pagi sehabis sholat subuh. Setelah bersalaman denganku dan beberapa anggota keluargaku yang ikut mendampingi ke lapas tempat kakak menjalani sisa hidupnya tersebut.
” Mas ini ada beberapa benda yang dititipkan untuk mas sesaat sebelum Arya menjalani hukumannya tadi pagi ” Kata perwira polisi tersebut.
” Apakah ada pesan terakhir dari mas Arya pak untuk anggota keluarga, teman ataupun saudaranya pak? ” Tanyaku sambil menerima beberapa helai pakaian, dua buah sarung, sebuah kopyah serta Al Qur’an pemberianku dulu yang selalu menemaninya di hari-hari terakhirnya. Semua itu sudah dibungkus rapi olehnya.
” Tidak ada mas. Beliau hanya menitipkan itu semua untuk disampaikan kepada keluarga yang menjemput jenasahnya. Itu saja mas.” Kata perwira tersebut.
” Terima kasih pak telah menyampaikan amanat terakhir dari mas Arya kepada kami pak” Kataku lagi sambil membuka selembar surat yang terselip di antara lembaran-lembaran tulisan ayat suci al-quran yang diserahkan polisi tersebut kepadaku. Segera aku buka surat tersebut.
Untuk adikku Agung
Assalamualaikum wr.wb
Maafkan aku tidak bisa menjaga dirimu sampai kamu dan adikmu Liza menikah seperti amanat yang telah Ayah dan Ibu amanatkan sebelum beliau meninggal dunia.
Aku titipkan adikmu Liza dan istriku Henny serta anakku Dhani untuk kau jaga sebaik-baiknya. Jaga mereka sebaik-baiknya. Jangan sampai kau lukai hati dan perasaan mereka.
Dik, aku ingin jasadku dimakamkan disamping makam ayah dan ibu. Ini sebagai bukti kalau aku sangat sayang dan menghormati mereka, jadi tak mungkin aku melakukan hal yang bisa memalukan mereka.
Sedang untukmu, bersabar ya menghadapi semua cobaan ini. Percayalah kakakmu bukanlah pelaku semua tuduhan keji tersebut. Jika nantinya kamu menemukan bukti yang menyatakan aku tak bersalah, Maafkan mereka dik. Jangan kau lumuri hatimu dengan api dendam. Aku percaya terhadap dirimu.
Kakakmu
Arya
Dengan mata berkaca-kaca aku segera melipat surat terbeut. kembali aku teringat saat beberapa bulan yang lalu aku menjenguk mas Arya. Beberapa minggu setelah kasasi hukuman mati yang diberikan untuk kakak ditolak. Dia menceritakan jika selama ini ada yang membenci dia dan berniat menjatuhkan usahanya yang telah berjalan beberapa tahun dengan sangat baik. Tapi mas Arya tidak menceritakan siapa orang tersebut. Menurut dia, percuma aku tahu, bukannya menyelesaikan masalah, malah akan memperumit masalahnya, apalagi dia tidak punya bukti kuat atas praduganya tersebut.
Setelah semua urusan selesai segera aku dan rombongan yang ikut mengambil jenasah mas Arya pulang ke rumah keluargaku untuk segera mengurusi acara pemakaman mas Arya.
==========================================================
5 Tahun sebelumnya
Malam ini seperti biasa aku belajar di ruang tengah rumah mas Arya sambil menemani Dhani bermain. Bocah laki-laki berusia 1,5 tahun tersebut bermain dengan riang. Dia termasuk anak yang tidak terlalu rewel, asal mainan yang diinginkan sudah diambilkan, maka dengan ceria dia akan memainkannya sendiri kadangkala sampai capek dan tertidur sendiri di atas karpet yang selalu mengalasi ruang tengah tersebut. Sementara ibunya, mbak Henny sedang membereskan sisa makan malam saya dan Liza. Tak berapa lama kemudian mbak Henny masuk ke ruang tengah untuk menemani Dhani bermain sambil biasanya bercerita dengan aku.
Aku dan Liza adikku awalnya tinggal bersama Ayah dan Ibu, Tapi setelah beliau berdua meninggal karena kecelakaan setahun yang lalu aku dan Liza dijemput mas Arya unttuk tinggal di rumahnya. Kata mas Dhani waktu itu biar dia bisa mengawasi dan mengurusi segala sesuatunya tentang kami sampai kami menikah kelak. Hal itu menurut mas Arya adalah wasiat ayah dan ibu beberapa hari sebelum kecelakaan itu merenggut nyawa mereka.
Saat jam dinding menunjukkan pukul 21.30 akhirnya mas Arya pulang. hampir setiap hari mas Arya pulang jam segitu. Setelah semua karyawan toko pakain yang dia kelola sudah pulang. Saat pulang biasanya dia membawa sedikit kue yang sempat dibelinya di jalan.
Sejak baru memulai usahanya mas Arya memang terkenal sebagai pribadi yang rajin, ulet dan tekun. Jadi tak heran jika tokonya maju pesat. Selain sikap tekun dan keuletan dia, mas Arya menurut karyawannya adalah orang yang supel, murah senyum, sangat perhatian terhadap karyawannya dan dalam berjualan dia tidak mementingkan keuntungan yang besar, asal barang lancar dia sudah cukup senang meski hasilnya tak seberapa besar.
Kemajuan usaha mas Arya sedikit banyak berpengaruh pada kehidupan keluarganya. Mereka kini bisa tinggal di rumah yang layak untuk ukuran kota kabupaten seperti tempat kami tinggal ini. Seringkali keberhasilan mas Arya memberi inspirasi bagi tetangga-tetangga kiri kanan kami untuk gigih dan giat berusaha sepertinya. Namun tak jarang juga menyebabkan rasa iri pada orang-orang tertentu. Tapi hal itu tak membuat mas Arya berbalik membenci mereka. Dia tetap menganggap mereka sahabat dan tak segan membantunya saat mereka butuh.
Tapi malam ini, terlihat mas Arya agak kusut mukanya gak tahu apa yang terjadi. Dia memang tipe orang yang suka menutupi suatu masalah sampai masalah tersebut dirasanya sudah selesai dan andai diceritakan tak akan memperburuk masalah. Mas Arya memang sikapnya paling mirip dengan almarhumah Ibuku. Pandai menyelesaikan masalah tanpa menghadirkan masalah baru. Ya mereka berdua sangat sabar dan bijaksana.
“ Mas kenapa kok kelihatan kusut begitu?”Tanyaku
“ Gak apa-apa Gung, hanya kecapekan saja tadi banyak pengunjung di toko. Kamu dah makan belum?” mencoba mengalihkan pembicaraanku tadi.
“ Sudah mas tadi makan bareng Dhani dan Mbak Henny serta Liza. Mas Arya sudah makan belum?”
“ Sudah tadi sempatin mampir di ayam goreng yang di perempatan itu gung. Ya sudah sana istirahat. Besok kamu kuliah pagi kan.Dhani biar aku pindahin ntar”
“ Iya mas aku kuliah pagi besok. Aku tidur dulu ya” Jawabku sambil melangkah ke kamarku yang terletak di tengah.
====================================================================

Beni mondar-mandir diruangannya. Di depannya nampak Rama dan Zaki yang merupakan orang kepercayannya. Dia terus berjalan mondarimandir sambil sesekali melihat keluar dari jendela ruangannya. Dia terus memperhatikan Toko pakain yang ada di seberang jalan. Ya toko pakain itu maju pesat. Mengalahkan toko pakain warisan orang tuanya. yang sudah sepuluh tahun lebih buka. Sedang toko di seberang jalan tersebut baru 4 tahunan buka, tapi omzetnya meningkat pesat tiapbulannya.
“ Hei kalian lihat tokonya Arya di sana? Kenapa toko itu begitu cepat berkembangnya mengalahkan toko kita ini?” tanya benny memecah kebisuan diantara mereka.
“ Bang Benny tahu, mereka jualan baju murah banget bang bahkan mungkin untungnya sangat tipis. Kalau abang mau saingan sama mereka kenapa gak abang gak jualan semurah mungkin saja bang. Asal dapat untung.” Jawab Zaki.
“ Aku sudah lakukan itu Zak, tapi tetap aku masih kalah ramai dengan mereka.”
“ Kasih discount atau apalah gitu bang, agar konsumen beralih ke kita”
“ Hal itu sudah kulakukan juga Ram. Bahkan aku beberapa kali menebarkan oleh-oleh dari dukun di depan toko Arya, tapi gak ada hasilnya”
“ Wah Bang Benny juga sudah melakukan hal itu bang?. Berarti bang Benny harus cari cara lain bang” Sahut Rama lagi.
“ Melakukan apa Ram?” Sahut Benny sambil mengerutkan keningnya
“ Cara halus sudah Abang lakukan, Sekarang coba cara saya bang. Abang lihatkan selain pembeli eceran, dia juga melayani pembeli grosiran dari luar kota. Serta menerima kiriman barang dari luar kota. Nah saat ada kiriman dari dan ke luar kota kita sisipin barang kirimannya dengan Narkoba bang biar dia ditangkap polisi.” Rama menjelaskan apa yang melintasi pikirannya.
“ Apa kau jamin caramu akan berhasil Ram?”
“ Mau berhasil, serahkan padaku. Dijamin akan berhasil.” Sahut rama meyakinkan
“ Okey, atur saja dan ingat jangan bawa-bawa namaku jika rencana kalian gagal ok.”
“ Okey bang” Sahut Rama lagi.
================================================================

Arya baru saja selesai makan siang, saat tiba-tiba datang serombongan polisi baik berpakain dinas maupun yang berpakain biasa. Mereka langsung menghampiri Arya.
“ Selamat siang pak. Kami membawa surat penangkapan dan penggeledahan tempat usaha bapak atas tuduhan terlibat penjualan Narkoba.” Sapa komandan polisi tersebut sambil memperlihatkan surat perintah yang dibawanya.
“ Lo pak apa tidak salah alamat pak. Saya hanyalah seorang pedagang pakain di kota ini pak. Tak lebih. Mana mungkin saya jual narkoba.”
“ Silahkan bapak buktikan nanti di kantor polisi. Sebelumnya ijinkan kami menggeledah tempat usaha bapak!”
“ Silahkan pak.” Jawab Arya yang yakin kalau dia tidak terlibat apa yang ddituduhkan polisi tersebut.
Segera beberapa polisi tersebut menggeledah ruang penyimpanan baju yang baru datang dan juga ruang untuk memaking pakain yang akan dikirim ke luar kota. Sementara Arya ditemani 2 orang karyawannya mengikuti dibelakangnya.
“ Pak ini apa?” Tanya komandan polisi tersebut saat menemukan beberapa bungkus serbuk putih yang terselip diantara karung-karung pakain kiriman dari suplier di luar kota.
“ Sa….sa…saya tidak tahu pak. Selama ini saya hanya bisnis pakain pak!’
“ Terus ini apa? Sudah jelas anda menyelendupkan narkoba melalui paket pakaain daei luar kota”
“ Kapten segera periksa semua karung kiriman pakai tersebut. Siapa tahu masih ada yang lainnya.”
“ Siap komandan” Sahut polisi berpangkat kaptem tersebut diikuti oleh beberapa orang temannya.
Arya semakin terkejut saat dari beberapa karung pakain kiriman yang baru datang 2 hari yang lalu kembali ditemukan bungkusan-bungkusan yang dicurigai sebagai narkoba. Selama ini kiriman pakain dari suplier tersbut tidak pernah bermasalah, tapi kenapa sekarang ada belasan bungkus narkoba di dalamnya. Setelah selesai memeriksa semua kiriman barang dari luar kota dan rak-rak pakain baik di gudang maupun di ruang depan, segera para polisi tersebut menggelandang Arya dan beberapa karyawannya ke kantor polisi.
Sesampainya di kantor polisi, polisi segera menimbang barang bukti yang dibawa dari toko mas Arya sambil terus menginterogasi Arya dan beberapa karyawan tokonya. Ternyata narkoba yang di dapat seberat 15 kg jenis. Arya bingung dan tak harus ngomong apa, karena selama ini memang dia tak pernah berurusan dengan barang haram tersebut. Tapi kenapa tiba-tiba sudah ada di dalam gudang tokonya.

===========================================================

Setelah melalui sidang panjang dan memakan waktu yang lama, mulai dari pengadilan negeri sampai tingkat kasasi akhirnya keputusan tetap. Arya terbukti bersalah telah memiliki benda haram tersebut. Dan akhir dari putusan pengadilan adalah hukuman mati untuk Arya seperti keputusan yang telah ditetapkan oleh pengadilan Negeri kota tersebut sedari awal.

Hal ini terjadi karena selama proses pengadilan Arya tidak mampu membuktikan kalau dia tiada bersalah. Dan sejumlah saksi baik dari pihak kepolisian maupun saksi-saksi yang tiada dikenalnya telah menguatkan tuduhan kepemilikan narkoba tersebut. Hanya karyawan dan orang dekatnya saja yang bersaksi meringankan tuduhan tersebut. Tapi semua kesaksian itu tak mampu menghindarkan Arya dari hukuman mati. Ekskusi akan dilakukan tanggal 4 februari 2011. Seperti ketetapan yang telah dibuat oleh pengadilan setempat, setelah kasasinya ditolak.

Denpasar, 08022011.0537
Masopu

NOTE: Foto ngambil disini di OKEZONE

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...