Rabu, 30 Maret 2011

Ijinkanlah



1301422484129439627
Sahabat
Ijinkanlah aku membunuh egoku
Membunuh kesombonganku
Untuk kembali menapaki jalan sunyi di padang hatimu
—-
Sahabat
Aku bukanlah manusia hebat
Yang kan selalu mengajakmu berdebat
Tentang sesuatu yang sulit diterima nalarku yang tak sehat
——-
Sahabat
Kegoanku telah membuatmu terluka
Lukamu buatku tersiksa rasa berdosa
Rasa berdosaku telah menghantui setiap langkah
——-
Sahabat
Ijinkalah aku tuk bersujud
Mengetuk pintu maafmu
Yang mungkin telah lama membeku
——-
Aku memang terlalu naif
Melukaimu dengan doktrin palsu
Yang kupaksa tuk merasuk di sucinya jiwamu
Dengan membunuh logikamu
—–
Sahabat
Ijinkanlah aku merengkuh tanganmu
Semampu yang aku beri untukmu
Karena hanya itulah yang kuharap darimu
Sekarang, esok dan selamanya
Hanyalah bersamamu
___
_____
Denpasar,29032011.0108
Note: Coretan untuk seorang sahabat terbaikku
Foto koleksi pribadi di FB

Senin, 28 Maret 2011

Bianglala Di Ujung Malam

1301324132692222172
Bianglala menyibak mendung tipis yang masih menggantung
Saat gerimis sambut sinar sang surya
Setelah malam diberangus pekatnya hujan
Indah menyibak kelam
Hadirkan rona keindahan di ujung langit
Mahakarya indah yang tiada terlupa
Menyapa mataku yang tengah memendam setumpuk rasa
Syukur Mataku masih mampu merasa indahnya
Terima kasih atas semuanya
Kuatkan hatiku untuk selalu mengingatmu dalam duka dan suka
Karena ku hanya mahluk lemah yang mudah berubah arah
Bagai buih yang terombang ambing di tengah gemuruh samudra
Kuatkan yakinku untuk selalu di jalanMU
Meski gunung batu menungguku
Dalamnya jurang menantiku
Ku ingin selalu dalam bimbinganMu
Meski aku merasa bukan mahluk terbaikMU
Yang pantas untuk mengikuti jalanMU
Tapi kuingin terus mencoba di jalanMU
———-
Denpasar.28032011
Note: Gambar minjam di blog ini

Ku Yakin Kau Bisa

13012439731924579893
Gerimis menyambut bulan yang terbelah
Memendar kelam dalam kebekuan yang merona
Saat lirih tangismu bertalu di gendang telingaku
Mengaung dalam rongga otakku
—-
Kawan
Ingatlah kala kubisikkan nada-nada indah ditelingamu
Ingatkah saat ku bakar jiwamu yang merapuh karena ragu
Ingatkah?
——-
Kawan
Bangkitlah dengan asamu yang baru
Larilah dengan semangatmu yang tiada pernah musnah
Karena itulah kuyakin kamu bisa
——
Aku tahu kawan
Dalam rapuhmu kau simpan kekuatan
Yang selalu buatku tak percaya kau masih berdaya
Melawan semua ini dengan segenap jiwa raga
——
Aku yakin kawan
Jiwamu tak henti berdo’a
Untuk tuntaskan resah yang menggoda
Tuk menantang kegagalan yang tak kau impikan
——
Bangkitlah kawan
Ku yakin kau bisa melawan
Dengan jiwa yang selalu terjaga
Dari rasa sakit dan putus asa
karena ku selalu yakin kau pasti bisa
—–
——-
Denpasar, 27032011.2324
Note: Untuk yang sedang jatuh, maaf hanya ini yang bisa kulakukan tuk semangatimu
foto minjam di blog free expression

Dead Lock

1301234434571713865
Memandang jalan panjang nan  berliku
Mata meliuk menembus tiap kelokan
Mengejar samar bayang di tiap lekukannya
Tersembunyi dalam keterbatasan
Saat langkah makin melemah
Memikul beban makin merejam
Menuju sisa-sisa kebuntuan
Yang merupakan akhir perjalanan
—–
Denpasar,270302011.2103
Note: Foto pinjam disini

tabir masa lalu

1301232259718266021
Mentari
Kenapa kini bayangmu menjelang
Saat kuingin kau lekang
Tuk hidup baruku yang telah menjelang
——-
Mentari
Kenapa kesemuan mengiringmu datang
Saat ku tak lagi mau mengenang
Karena itu hanyalah sebuah bayang
—–
Biarkan langkahku
Relakanku
Ku ingin tinggalkan kesemuanmu
Ku ingin raih oase, bukan fatamorgana
Hanya bertabur bayang sepertimu
Lepaskanlah bayangmu dariku
—-
——
Denpasar, 27032011.2019
Masopu
Note: foto minjam di blog ini

Sabtu, 26 Maret 2011

Si Baju Merah

13010869901470078016
Hai si baju merah
Sadarkah kau buatku gila
Dengan sejuta kata membuncah jiwa
Buatku lunglai terpedaya
+++
Wahai kau si baju merah
Dasar kau memang berbahaya
Bersilaf kata memutar fakta
Membuat sensasi jadi berita
Yang begitu menggoda tuk dilupa
++++
Wahai kau si baju merah
SUngguh aneh banyak yang memuja
Padahal katamu hanyalah dusta
Penebar sengsara, tuai bencana
++++
Wahai kau si baju merah
Cukuplah sekali aku terpedaya
Takkan lagi ku buka jendela jiwa
Untuk bualanmu bermandi Bahagia
Yang tak pernah menjadi nyata
Karena ku tahu itulah dusta
Yang kan selalu jadi senjata
Untuk menjerat mangsa tiada berdaya
+++++
Duhai kau si baju merah
Enyahlah kau dari pandangan mata
Agar aku tak semakin berdosa
Karenamu kutersulut amarah
++++++
Denpasar, 26032011.0347
Note: Coretan asal menjelang adzan subuh
1301086283644638476

Tentang Sebuah Nama

Aku
Di sini terbalut rindu
Di sini tak henti memujamu
Dalam barisan syair dan lagu
+
Aku yang begitu merinduimu
Dalam dekap sepi tak lekang berteman bayangmu
Dalam bisik dinginnya hembusan bayu
Menanti hadirmu dalam indahnya duniaku
++
Tiada kuingin pergi tanpamu
Karena hadirmu sempurnakanku
Tiada ingin kupejam mataku, Tanpa dekapmu
Karenamulah damai hati mampu hadir selalu
+++
Tanpamu aku lemah terkungkung bisu
Tanpamu egoku keras membatu
Karenamu kuingin bersamamu
Dalam damai selalu bersamamu
……..
Denpasar, 24032011.1237
Gambar nyomot di google

Entah

13009041992142017941
Entah bermula dari mana
Saat sejuk embun merasuk sukma
Semerbak mewangi Menyapa
Membawa nuansa sejuta rasa yang kembara
+++
Entah dari mana rasa ini tercipta
Tiba-tiba meraga sukma
Membuai angan dalam cerita
Menyeret hati pada sejuta rona
Yang menggoda asa tuk terus menyala
Dalam bingkai romansa di ujung senja
++++
Entah esok masih kah ada
Romansa indah untuk jiwa
saat gelap bertandang menyapa
Membawa seribu lukisan hitam yang tak nyata
Selimuti romansa di ujung senja
Hingga bayangnya pun tiada
Entah

                                                                               +++

++++
+++
Denpasar, 20032011.0117

Minggu, 20 Maret 2011

Amnesia

Maaf untuk semua yang tiada mampu ku ingat
Telah lama aku menjadi pelupa
Lupa bagaimana aku harus memujamu
Lupa bagaimana aku harus memperlakukanmu

Aku telah lupa
Kapan aku terakhir memujamu
Kapan Bermanis muka kepadamu

Bahkan aku telah lupa
Bagaimana aku menegur lakumu
Bagaimana aku harus berdebat dengamu
Bagaimana mereka begitu memujamu

Aku benar-benar telah lupa
Aku benar-benar tak mampu mengingatnya
Bahkan siapa dirikupun aku telah lupa

Yang kuingat hanyalah DIA
Bukan kamu
Bukan mereka
Bukan pula sesiapa
Aku benar-benar lupa semua
Entahlah aku malas mengingat semuanya
Selain DIA

Denpasar. 19032011.2036

hantaran terakhir

laki-laki
laki-laki
berdiri rapi memanggul beban
Tegap memaku dalam kebisuan
Menggembala angan mengembara
Kapankah diri akan menjalani
Tanya mereka dalam hati
+++++

Laki-laki
Berdiri rapi di kedua sisi
Menanti aba-aba membawa beban tuk pergi
Menuju penghentian terakhir kali
Tanpa pernah mengharapnya kembali

++++++++
Petuah telah diberi
Pertanda gegas langkah dimulai
Mengantar yang pergi tuk kembali
Dengan iringan bait-bait puji
menuju penghentian terakhir kali

+++++++++
Laki-laki
Memikul beban secara berganti
Tanpa komando
Tanpa iri
Berbagi beban dengan sadar diri
++++++++++

Sepanjang jalan langkah bersigegas
Beriring kesenduan yang terlihat jelas
Menghias wajah polos tanpa rias
Memancarkann sinar berteman bias
+++++++++++++

Laki-laki
Berjalan bergegas berirama
Bersenandung puji tiada henti
Hingga sampai penghentian nanti
Meski beban masih menggelayuti

+++++++++

Laki-laki
Menurunkan beban yang telah menggelayuti
Berteman tangis keluarga dan wanita mengiringi
Saat beban kembali ke asal lagi
Dari tanah pasti kan kembali
Beriring senandung suci
Untuk terakhir kali
>>>>>>
Denpasar, 20032011.0729
>> Masopu<

Sabtu, 19 Maret 2011

The Eye

ARYA
Hari masih pagi saat kicau burung mulai menyapa bumi ini.
Arya yang sudah lama bangun dari tidurnya mencoba menikmati udara pagi itu dengan berjalan-jalan di depan rumahnya.
Namun baru beberapa saat dia berjalan, tiba-tiba matanya berkunang-kunang dan akhirnya dia jatuh tak sadarkan diri.
Arya pun segera dilarikan ke rumah sakit oleh Ibu dan adiknya.
“Maafkan aku bu karena telah merahasiakan ini semua. Aku tidak ingin ibu sakit karena memikirkanku.”
“Bu, aku punya satu permintaan saat ini, ijinkan aku mendonorkan mataku untuk Ano sahabatku saat aku tak ada nanti, boleh ya bu?”, pinta Arya.
“Jangan sembarang ngomong nak, kamu pasti sembuh”, isak bu Mirna.
“Aku sudah tak kuat bu….”, kata Arya sambil menahan nafasnya yang tersengal-sengal.
Tak berapa lama kemudian Arya diam tak bergerak, tangannya yang memegang tangan ibunya perlahan terjatuh lemas.
ANO
Di pembaringan ruang operasi, secercah cahaya menyapa kornea mata Ridiano.
Hampir sebulan lamanya Ano terbaring berteman gulita di pembaringan. Lampu diskotik, tawa manja wanita dan pesta whiskey mendominasi tema sesalnya.
Serbuan tanya kini merangsek masuk ke pikiran Ano mengusir semua sesal-sesal itu.
Oh Tuhan, manusia mana yang akan Kau kirim untuk merelakan matanya untukku?
Surat bersampul biru menjawab semua tanda tanya di kepala Ano.
Tante Mirna memberikannya dengan uluran tangan yang gemetaran dan bola mata yang mengkilat seperti kaca spion yang menayangkan duka.
“Semoga nak Ano bisa menggunakan mata Arya untuk melihat indahnya dunia.”
“Tante akan selalu melihat mata ini ketika rindu kepada Arya menjamah tante.”
Sudah dua gelas air putih Ano habiskan, jarum pendek arlojinya sudah bergeser dari angka 8 ke angka 9. Entah lupa atau disengaja, Arya tidak mencantumkan nomer hape kekasihnya itu dalam surat. Hanya nama cafe Kembangapi yang ditulis untuk menjadi tempat Ano bertemu dengan wanita yang dimaksud, tepat jam 8 malam waktu yang diatur Arya dalam surat.
Sementara itu di sudut cafe itu, Putri juga merasakan hal yang sama menunggu selama satu jam lamanya dalam tanda tanya.
Setengah jam sesudahnya mereka pun berhenti menunggu dan keluar meninggalkan cafe itu.
Akhirnya di tempat parkir mereka pun dipertemukan, saat tak sengaja Ano menabrak bumper bagian belakang mobil Putri.
“Maaf mbak, saya tidak sengaja.”, ucap Ano kepada Putri.
“Oh…nggak papa mas, saya yang salah ngerem mendadak.”, jawab Putri.
Cinta Putri yang begitu besar terhadap Arya membuatnya hafal dengan sorot mata itu. Tatapan mata Ano begitu akrab di mata Putri, dia terus memandangi mata Ano, sementara itu Ano mengenali bros yang tersemat di baju Putri. Bros bergambar bunga teratai itu hanya Ano dan Arya yang mempunyainya.
PUTRI dan ARYA
1300168894984597143
Ilustrasi Ada Arya dalam Ano / doc. PED
Ah… aku tak bisa melupakanmu Arya…  Sungguh aku tak bisa…
Bagaimana mungkin aku bisa melupakanmu?
Tiap saat aku melihat dia, aku menemukanmu disana!
Sorot mata yang sama, memandangku dengan kuatir saat aku terlalu banyak kerja.
Tatapan mata yang sama, menatapku dengan mata berbinar mendukung antusiasmeku saat aku menceritakan keberhasilan pagelaran seni yang diatur olehku
Ah… Arya, apa maksudmu memberikan matamu kepadanya?
Mau membuatku terbiasa dengannya kah? Tapi dia bukan kamu!
Dia beda dengan dirimu, meski aku selalu merasa dia adalah dirimu saat dia menatapku dengan hangat.
Ah… Aku merasakan ada letupan cinta dalam tatapan itu Ar…
Aku bingung….  Itu cinta Ano atau cinta Arya?
Terkadang aku sulit melihat dengan jelas diantara kalian berdua.
Tapi satu hal yang pasti, aku mulai terbiasa dengan dirinya, terbiasa melihat dia selalu ada untukku
Aku mulai gelisah saat dia menghilang beberapa hari untuk mendaki gunung yang merupakan kesukaannya
Aku cemas membayangkan dia akan jatuh ke jurang dan meninggalkanku sendiri seperti kau meninggalkanku
Ah…. Aku asing dengan rasa ini… Apakah aku mulai jatuh cinta pada Ano?
Atau aku hanya mencintai replika sorot matamu dalam dirinya?
PUTRI dan ANO
Datanglah ke café Kembangapi jam 7 malam, aku menunggumu disana.
Sebuah sms dari Ano membawa Putri duduk di pojok yang sama waktu dulu menunggunya.
“Hai, sudah lama menunggu?”
“Nggak kok, baru saja datang. Ada apa An?”
“Aku ingin memulai sesuatu yang baru denganmu Putri. Aku bosan melihat kamu selalu melihatku sebagai Arya. Aku bukan Arya dan selamanya tidak akan menjadi dia!”
“Sengaja aku mengajakmu kesini, karena inilah tempat pertama kita bertemu. Aku ingin mengulang pertemuan pertama kita namun dengan cara yang berbeda. Aku ingin kamu melihatku sebagai Ano bukan Arya. Boleh kan Put?”
Ano meneliti wajah Putri sejenak
“Ridiano.”
“Putri.”
Dua tangan terulur, awal dari kisah yang baru, kisah antara Putri dan Ano.
-The End-
*Kolaborasi Trio Romantis Nan Kenthir ( No 30 )*

UNTUK MEMBACA TULISAN PARA PESERTA FFK YANG LAIN MAKA DIPERSILAKAN MENGUNJUNGI BLOG Kampung Fiksi sbb :  http://www.kompasiana.com/kampungfiksi

Puisi Sang Penantang

Aku ingin berteriak
Tuk meretas beban yang menerpa
Meluruhkan egoku dalam ketakberdayaan
Meringis mengais sisa asa yang masih bisa kusatukan
Lewatkan pernyataan yang ada
Melewati hati yang tak sempurna
Kadang ada riak yang tak terlihat
Namun masih terdampar dalam kegelapan…
Semua serasa tak jelas namun masih tak sama…..
Namun masih harus menjalani percobaan itu sendiri…
Aku masih berdiri disini
Menantang semua cobaan yang enggan pergi
Meski sisa tenaga dan asaku tak banyak lagi
Tapi aku tak akan pergi
Apalagi sampai harus lari
Aku tak peduli lagi
Jika aku harus berdiri menantang ini sendiri
Terkadang keras benturan hidup menampar
Telapak kaki berjalan melayang di atas kehampaan ,
TerJebak di semak belukar dari buah khayal kerap menghantui
Benturan takkan surutkan langkahku
Cercaan takkan membunuh nyaliku
Kehampaan kan menununtun khayalku mengembara
Tuk mencari jalan bahagia
Walau kesusahan harus kulalui dari awalnya
Namun itu tak akan buatku berhenti berkhayal dan tetap berdiri
Perlahan corak demi corak warna kehidupan terlukis
Kanvas kecil menari diatas polosnya kain putih ,,,
Meninggalkan bekas duka pada bathIn ,,,
Tersobek pisau tajam sang diktator kehidupan ….
Air mata gemulai menetes ,,,
Bertanda ketidak kuasaan jiwa menatap benturan realitas hidup…
Dalam lemahnya raga ketidakberdayaan ,,,
Tersirat doa dalam dinding tangisan bathin ,,,
Sandarkan raga yang lelah ,,
Lepaskan beban pada tiang kokoh..
Kini tinggal aku bersandar padaMU
Mengharap ikhlas menaungi jiwaku
Yang telah berjuang menentang coba dan goda
Sepanjang nyawa menyatu dengan raga
Aku akan ikhlas menjalaninya
Meski mungkin harap takkan sesuai nyata
Tapi itulah takdir yang telah kau cipta
Agar aku senantiasa mengingatMU adanya
Sepanjang jalan yang kan kejelajah
Antara Denpasar-Makasar,
Senin, 14032011.1435
FFK052-White lilly
Sudah Publish di Kompasiana

Prahara Harapan Dan Do'a

Hari masihlah bermandi ceria mentari

Saat gemuruh merampas hening

Memekik jerit kengerian

mengiring guncangan yang tak mampu kubayangkan



Belum lagi gedung-gedung itu berhenti berderak

Selaksa ombak menyapu susul menyusul menghantak

membahanakan kengerian dan kepiluan

Yang tiada mampu tuk dihindarkan



Sedang, diatas sana langit retak-retak

Merekam setiap hati lekat-lekat

Ada darah, ada luka

Terbasuh bulir air mata

Pedih…

Perih………Menyatu

Masih Diatas sana langit lihat-lihat

Mencari tangan mana yang terangkat

Meminta Tuhan, menerima Tuhan

Mempertanyakan inikah kemarahan?

Atau kasihNYA yang dalam?

Aku masih terpaku

Saat kulihat samudra memutar menderu

Menyeret bahtera itu bagai puing-puing layu

terseret tersaruk tiada arah menentu

Satu - satu,

Semua telah terlelap nyenyak dalam dekap Yang Kuasa

Pengharapan itu,

Kini tinggal puing - puing tak bertuan

Adakah satu yang tersisa?

Sekulum senyum atau setitik ketegaran

Di batas horizon ku lihat mereka meronta

Mengais sisa kehidupan kepada aral

Tiada lagi pengharapan

Hanya doa - doa kecil terlantun dalam kegentingan.

Dalam kungkungan ngeri, jiwaku meronta

Adakah kuasa yang akan membela

Tubuh - tubuh lemah yang tiada daya

Meskilah seluruh daya telah diupaya

Kini hanyalah do’a yang kupasrahkan pada-MU

Untuk meraih ampunan atas salah dosaku

Yang telah lama lalai dari memuja ke-AgunganMU

Meski telah banyak teguran yang menghampiriku

Tuhan Pasrahku hanya Pada-MU

Kuserahkan hidup matiku Pada-MU

Jika memang ini kutukanMU

Kan kuterima dengan ikhlasku

Denpasar, 16032011.1414

FFK028

Agung Hariyadi - Usi Fahrisa Nur

Sudah publih di FFK kompasiana

Ode buat Korban Bencana

Dari kedalaman Samudra
Ibu Alam Bangkit
Pada Dunia yang tidak curiga
Menerjang kepantai
Melenyapkan semua yang dia sentuh
Sebuah dinding besar kuda putih berderap menuju darat,
Menyapu ratusan ribu dari kaki mereka,
Ada menabrak dan berderak dan merobek,
apapun yang di laluinya…
Senandung sangkakala kematian membahana
Bercampur puing-puing yang tak berdaya
Bergoyang menari mengikuti nada amarah sang ibu yang tiada terduga
Damaiku telah musnah
Heningku telah sirna
Berganti kengerian yang begitu nyata
Menyapu semua yang masih tersisa
Dari daratan Pegunungan Terjaga
Membuncah lava merah membara
Lava mengalir di sisi-sisinya
Dan menghancurkan flora - fauna oleh banjir laharnya
Dalam kebakaran hutan dan lumpur yang merah
Udara asap dan debu sarat dengan panasnya;
Alasi Dari malapetaka yang Ibu Alam tempa
Masihkah kita akan pongah menantang dengan gagahnya
Merusak dunia semena-mena
Tanpa ada belas kasih dan cinta
Hingga kegersangan bumi semakin tersiksa
Ataukah kita kan tetap pongah berkata
Ini adalah takdirnya Yang Maha Kuasa
Tanpa andil kita untuk mencegahnya
Bukanlah bumi yang telah murka
Tapi kita yang membangunkan bencana
Dengan segala dalih yang tiada patut dipuja
Untuk memanfaatkan sumber dayanya
Tanpa ada tindakan untuk melestarikannya
Meski peringatan tiada henti menyapa
Melalui kejadian kecil berujung malapetaka
Dari Tingginya Langit Petir menggelegar..
Suara bising guntur riuh bertepuk tangan
Angin mengambil alih,mengibas daun pepohonan
Guyuran hujan, Membanjiri dataran
Air terus membasahi,
Langit terbuka
Tak ada tempat kering
Bumi banjir, memusnahkan rumah-rumah
Tangis nestapa pekakkan telinga
Sungguh jagad raya telah murka
Meluluh lantakkan segalanya
Tuhan
Cobaankah yang KAU kirimkan?
Ataukah murka-MU yang kau hadirkan?
Hingga tak pandang sesiapa dia menyapa
Menebar kengerian dan prahara
Hingga tak tahu baik ataukah jahatnya mereka
Semua musnah tersapu tanpa sisa
Aku hanya bisa meratap di sisi bumi-MU yang lain
Berharap mencari secercah cahaya lilin
Dari prahara yang mebuatku prihatin
Agar aku senantiasa mengingat-MU
Dalam suka maupun dukaku
Denpasar – Makasar, 16032011.1438
FFK052 - White Lily
Sudah publish di kompasiana

Bayangmu

Beribu bayang datang menggoda
Beribu senyum manis menyapa
Namun hanya satu yang merasuk jiwa
Wajah dan senyummu tiada terlupa
Saat sepi sendiri ataupun saat bahagia menyapa
Bayangmu selalu ada
Mendekapku dalam hangat kasih nan nyata
Membawa sejuta anganku mengembara
Tanpa nafsu hanya rasa
Tanpa birahi hanya cinta
Tanpa tanya hanya nyata
Tak hanya raga, namun juga jiwa
Yang membelengguku dalam dekap bahagia
Dari kini hingga nanti ajal memisah
Aku kan selalu menjaga asa cinta
Bersama mentari yang kan selimuti mayapada
Bersama gelap yang tersaput sinar rembulan
Rasaku tiada pernah kan musnah
Selamanya
Denpasar-Hongkong.18032011.1453
FFK159 Duet Kenthir dadakan
Note : Foto minjam di si Anu
Sudah dipublish di FFK Kompasiana

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...