Hari jum’at kemarin saya menemani dua orang kerabat yang sedang transit di Bali. Mereka berdua adalah Om dan Adik sepupu saya yang tinggal di Bogor. Sepulang dari menjenguk orang-orang tercinta di kampung halaman Banyuwangi, mereka berdua transit di Bali sebelum melanjutkan perjalanan ke Jakarta. Dengan menumpang pesawat Pelita Air Service dari Banyuwangi, jam 9.25 wita mereka mendarat di Bandara Ngurah Rai.
Berhubung pesawat yang akan membawa mereka ke Jakarta baru berangkat pada pukul 21.20 wita. Maka mereka minta tolong dicarikan mobil rental untuk berkeliling ke beberapa lokasi yang sebenarnya sudah sering mereka kunjungi setiap kali main ke Bali. Rencana awal kami ingin main ke pasar seni Sukawati untuk mencari souvenir, tapi karena hari itu menjelang perayaan hari raya nyepi, maka banyak toko yang sudah tutup.
Dengan sangat terpaksa akhirnya kami putuskan untuk pergi ke arah Ubud. Di sepanjang jalan yang kami lalui, tak henti-hentinya kedua orang saudaraku itu mengambil foto-foto ogoh-ogoh yang telah siap di pinggir jalan. Ogoh-ogoh tersebut hendak di arak menyusuri jalanan di sekitarnya mulai sore sampai malam hari. Karena keasikan mengambil foto ogoh-ogoh tersebut, tanpa terasa akhirnya kami malah sudah sampai di kawasan pura Goa gajah.
Pura Goa Gajah terletak di desa Bedulu yang berjarak sekitar 6 km dari kota Ubud. Selain keberadaan goa yang menurut riwayatnya sering digunakan untuk bertapa tersebut, di lokasi juga terdapat air suci. Di dalam goa yang tidak seberapa dalam tersebut, terdapat 3 arca. Arca-arca tersebut bernama Ratu Kompiang, Arca Trilingga dan Arca Ganesha. Selain arca-arca tersebut, di bagian dinding goa terdapat beberapa lubang yang bisa digunakan untuk bertapa / semedi.
Menurut cerita salah seorang teman yang berasal dari Bali, ada anggapan jika tangan kita mampu memegang bagian atas goa dari mulai pintu masuk sampai ke bagian dalam tanpa terputus, maka apa yang kita inginkan biasanya tercapai. Untuk kebenaran dari cerita tersebut, semua kembali kepada niatan kita dan kemurahan hati Sang Maha Pencipta.
Di bagian depan dari pintu masuk Goa Gajah terdapat kolam yang berisi 7 air mancur dan beberapa ekor ikan. Air dari kolam tersebut biasanya digunakan untuk bersuci bagi mereka yang mau bersembahyang / bersemedi di Goa Gajah. Konon ikan dan air dari kolam tersebut dari dulu tetap seperti itu baik ukuran ikannya maupun jumlah air serta ikannya.
Di sebelah kiri pintu masuk goa terdapat puing-puing candi yang rusak akibat gempa. Puing-puing tersebut tertata rapi depan kolam air suci. Puing-puing itu dibiarkan terkumpul dalam beberapa kelompok, karena sudah tidak bisa disatukan lagi untuk membentuk beberapa candi yang dulu ada.
Di sisi lain Goa gajah, tepatnya jika kita berjalan turun kita akan menemukan sebuah jembatan kecil yang menghubungkan antara komplek Goa Gajah dengan komplek Pertapaan Budha. Di sepanjang jalan turun tersebut kita bisa melihat pemandangan yang indah. Mulai dari sungai kecil yang berair jernih di sebelah kiri jembatan, serta kolam di sebelah kanannya. Di sungai tersebut terdapat dua gundukan batu besar serta sebuah reruntuhan arca yang konon jatuh dari bagian atas tebing karena gempa yang dulu melanda.
Di seberang jembatan kecil, kita akan menjumpai sebuah tempat pemujaan yang konon dulu digunakan oleh pertapa Budha. Menurut seorang nenek yang kami temui di lokasi tersebut, dulu disana ada sebuah patung utuh. Namun sekitar 10 tahun yang lalu patung tersebut hilang dicuri orang tak bertanggung jawab. Sekarang yang tersisa di komplek pertapaan Budha tersebut hanya sebuah arca kecil yang terpotong bagian kepalanya.
Sementara di sebelah lokasi pertapaan tersebut tampak sebuah tebing yang tak terlalu tinggi berdiri kokoh. Di beberapa bagian tebing tersebut tampak beberapa bentuk pahatan. Pahatan tersebut ada yang mirip babi di satu sisi. Sementara di sisi lain yang nampak adalah pahatan berupa tengkorak serta bentuk lain yang agak samar. Sayang keindahan pahatan tersebut tertutup oleh lumut yang semakin menebal.
Setelah puas melihat pemandangan di situ, kamipun kembali. Setelah melewati jembatan yang kami seberangi tadi, kami mencoba melihat-lihat keindahan di dekat kolam di sisi jembatan tersebut. Dari bagian kolam tersebut, saya sempat melihat sebuah gasebo yang telah rusak. Beberapa bagian atapnya telah jatuh dimakan usia dan tak terawat. Sementara di bagian atas kolam tampak sebuah lubang berbentuk persegi yang agak luas. Sayangnya lubang tersebut tampak dipenuhi rembesan air.
Akhirnya setelah puas melihat-lihat beberapa sisi Goa Gajah, kami berniat untuk pulang. Sebelum pulang tak lupa kami mencoba peruntungan dan keahlian kami untuk menawar souvenir khas Bali yang dijual oleh beberapa orang pedagang di stand yang ada di depan pintu masuk. Setelah melalui proses tawar menawar yang agak lama, oleh-oleh khas Bali kami dapatkan. Mulai dari beberapa celana pendek dan celana panjang khas Bali berharga lumayan murah, sebuah daster yang om belikan untuk tante di Bogor, serta dua buah lukisan.
Akhirnya kami pulang dengan hati senang. Oh ya hampir lupa untuk tiket masuk ke Goa Gajah kita cukup bayar Rp. 15000,-. Jika saat kita akan masuk Goa Gajah kita tidak menggunakan celana panjang, jangan kuatir petugas di pintu masuk akan memberi pinjaman selembar kain untuk dipakai masuk. So kalau mau kesana usahakan memakai celana panjang dan berpakain yang sopan dan rapi.
Jika belum pernah ke sana, silahkan segera ke sana ya. Jika anda tidak terikat paket wisata, Untuk enaknya sih bisa dengan jalan menyewa mobil atau motor. Masalah harga jangan khawatir dijamin murah dan terjangkau.
Selamat berwisata.
Denpasar, 08032011.0328
Masopu
Note :
- Maaf jika ada keterangan yang kurang tepat baik itu penulisan nama, asal usul cerita ataupun penggunaan istilah pada tulisan ini.
- maaf jika Kualitas foto yang kurang bagus, karena acara mendadak sehingga lupa membawa kamera yang lebih baik lagi.
Berhubung pesawat yang akan membawa mereka ke Jakarta baru berangkat pada pukul 21.20 wita. Maka mereka minta tolong dicarikan mobil rental untuk berkeliling ke beberapa lokasi yang sebenarnya sudah sering mereka kunjungi setiap kali main ke Bali. Rencana awal kami ingin main ke pasar seni Sukawati untuk mencari souvenir, tapi karena hari itu menjelang perayaan hari raya nyepi, maka banyak toko yang sudah tutup.
Dengan sangat terpaksa akhirnya kami putuskan untuk pergi ke arah Ubud. Di sepanjang jalan yang kami lalui, tak henti-hentinya kedua orang saudaraku itu mengambil foto-foto ogoh-ogoh yang telah siap di pinggir jalan. Ogoh-ogoh tersebut hendak di arak menyusuri jalanan di sekitarnya mulai sore sampai malam hari. Karena keasikan mengambil foto ogoh-ogoh tersebut, tanpa terasa akhirnya kami malah sudah sampai di kawasan pura Goa gajah.
Pura Goa Gajah terletak di desa Bedulu yang berjarak sekitar 6 km dari kota Ubud. Selain keberadaan goa yang menurut riwayatnya sering digunakan untuk bertapa tersebut, di lokasi juga terdapat air suci. Di dalam goa yang tidak seberapa dalam tersebut, terdapat 3 arca. Arca-arca tersebut bernama Ratu Kompiang, Arca Trilingga dan Arca Ganesha. Selain arca-arca tersebut, di bagian dinding goa terdapat beberapa lubang yang bisa digunakan untuk bertapa / semedi.
Menurut cerita salah seorang teman yang berasal dari Bali, ada anggapan jika tangan kita mampu memegang bagian atas goa dari mulai pintu masuk sampai ke bagian dalam tanpa terputus, maka apa yang kita inginkan biasanya tercapai. Untuk kebenaran dari cerita tersebut, semua kembali kepada niatan kita dan kemurahan hati Sang Maha Pencipta.
Di bagian depan dari pintu masuk Goa Gajah terdapat kolam yang berisi 7 air mancur dan beberapa ekor ikan. Air dari kolam tersebut biasanya digunakan untuk bersuci bagi mereka yang mau bersembahyang / bersemedi di Goa Gajah. Konon ikan dan air dari kolam tersebut dari dulu tetap seperti itu baik ukuran ikannya maupun jumlah air serta ikannya.
Di sebelah kiri pintu masuk goa terdapat puing-puing candi yang rusak akibat gempa. Puing-puing tersebut tertata rapi depan kolam air suci. Puing-puing itu dibiarkan terkumpul dalam beberapa kelompok, karena sudah tidak bisa disatukan lagi untuk membentuk beberapa candi yang dulu ada.
Di sisi lain Goa gajah, tepatnya jika kita berjalan turun kita akan menemukan sebuah jembatan kecil yang menghubungkan antara komplek Goa Gajah dengan komplek Pertapaan Budha. Di sepanjang jalan turun tersebut kita bisa melihat pemandangan yang indah. Mulai dari sungai kecil yang berair jernih di sebelah kiri jembatan, serta kolam di sebelah kanannya. Di sungai tersebut terdapat dua gundukan batu besar serta sebuah reruntuhan arca yang konon jatuh dari bagian atas tebing karena gempa yang dulu melanda.
Di seberang jembatan kecil, kita akan menjumpai sebuah tempat pemujaan yang konon dulu digunakan oleh pertapa Budha. Menurut seorang nenek yang kami temui di lokasi tersebut, dulu disana ada sebuah patung utuh. Namun sekitar 10 tahun yang lalu patung tersebut hilang dicuri orang tak bertanggung jawab. Sekarang yang tersisa di komplek pertapaan Budha tersebut hanya sebuah arca kecil yang terpotong bagian kepalanya.
Sementara di sebelah lokasi pertapaan tersebut tampak sebuah tebing yang tak terlalu tinggi berdiri kokoh. Di beberapa bagian tebing tersebut tampak beberapa bentuk pahatan. Pahatan tersebut ada yang mirip babi di satu sisi. Sementara di sisi lain yang nampak adalah pahatan berupa tengkorak serta bentuk lain yang agak samar. Sayang keindahan pahatan tersebut tertutup oleh lumut yang semakin menebal.
Setelah puas melihat pemandangan di situ, kamipun kembali. Setelah melewati jembatan yang kami seberangi tadi, kami mencoba melihat-lihat keindahan di dekat kolam di sisi jembatan tersebut. Dari bagian kolam tersebut, saya sempat melihat sebuah gasebo yang telah rusak. Beberapa bagian atapnya telah jatuh dimakan usia dan tak terawat. Sementara di bagian atas kolam tampak sebuah lubang berbentuk persegi yang agak luas. Sayangnya lubang tersebut tampak dipenuhi rembesan air.
Akhirnya setelah puas melihat-lihat beberapa sisi Goa Gajah, kami berniat untuk pulang. Sebelum pulang tak lupa kami mencoba peruntungan dan keahlian kami untuk menawar souvenir khas Bali yang dijual oleh beberapa orang pedagang di stand yang ada di depan pintu masuk. Setelah melalui proses tawar menawar yang agak lama, oleh-oleh khas Bali kami dapatkan. Mulai dari beberapa celana pendek dan celana panjang khas Bali berharga lumayan murah, sebuah daster yang om belikan untuk tante di Bogor, serta dua buah lukisan.
Akhirnya kami pulang dengan hati senang. Oh ya hampir lupa untuk tiket masuk ke Goa Gajah kita cukup bayar Rp. 15000,-. Jika saat kita akan masuk Goa Gajah kita tidak menggunakan celana panjang, jangan kuatir petugas di pintu masuk akan memberi pinjaman selembar kain untuk dipakai masuk. So kalau mau kesana usahakan memakai celana panjang dan berpakain yang sopan dan rapi.
Jika belum pernah ke sana, silahkan segera ke sana ya. Jika anda tidak terikat paket wisata, Untuk enaknya sih bisa dengan jalan menyewa mobil atau motor. Masalah harga jangan khawatir dijamin murah dan terjangkau.
Selamat berwisata.
Denpasar, 08032011.0328
Masopu
Note :
- Maaf jika ada keterangan yang kurang tepat baik itu penulisan nama, asal usul cerita ataupun penggunaan istilah pada tulisan ini.
- maaf jika Kualitas foto yang kurang bagus, karena acara mendadak sehingga lupa membawa kamera yang lebih baik lagi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar