Sabtu, 29 Juni 2013

Jalan Unik Untuk Lebih Baik

Jujur sampai hari ini aku tidak merasa dan belum merasa menjadi orang yang cukup baik. Sedari kecil aku hanya terbiasa mendengar dogma-dogma tentang baik dan buruk, tentang surga dan neraka tanpa aku pernah mempelajarinya dengan akal, menelaah dengan hati kemudian mengamalkannya sepenuh jiwa. Ya aku berbuat baik karena sesuatu, entah itu pujian ataupun embel-embel lain yang kadang lebih menonjol di hati.

Saat aku belum seperti saat ini (keadaanku sekitar 2 bulan ke belakang) aku hanya punya angan-angan untuk lebih baik, tapi tidak pernah aku implementasikan. Bahkan beberapa kali aku terperosok pada jalan yang sangat memalukan. Aib yang selama ini selalu aku simpan. Entahlah, setiap aku berusaha untuk keluar dari lingkaran aib tersebut, saat itu pula hisapan labirin "kemunafikanku" semakin kuat menjerat. Awalnya aku menganggap itu sebagai bagian dari godaan syetan, tapi semakin kesini semakin aku sadar bahwa itu bukan godaan syeatan. Itu semua semata karena aku telah jadi budak nafsu.

Kamis, 27 Juni 2013

Tiga Lelaki, Satu kata, Demonstrasi

http://setitimulya.blogspot.com/2012/03/demo-apa-katamu-tentang-demo.html



11 Maret 1966
            Barikade mahasiswa semakin merapat. Iringan mobil menteri yang akan ikut rapat kabinet tidak lagi bisa bergerak. Maju ataupun mundur, jalan telah terkunci. Mahasiswa dengan penuh semangat mengepung, meneriakkan tiga tuntutan yang semakin akrab di telinga rakyat. Kibaran bendera di tangan beberapa mahasiswa, seperti tongkat kecil di tangan dirigen orchestra, menyemangati koor menuntut adanya perubahan. Spanduk kain dan kertas ikut menari, semarakkan demonstrasi yang telah berlangsung berhari-hari.
            Di dalam mobil, menteri dan ajudannya kebingungan. Wajah pucat mereka semakin memutih, seperti mayat yang tidak lagi teraliri darah. Tarian dan paduan suara yang terdengar dari luar, ciutkan nyali. Tas kerja dan buku catatan tercengkeram erat di tangan, merapat di depan dada. Mereka semakin ketakutan, satu persatu ban mobil dikempesi demonstran. Belum lagi rasa terkejut berlalu, beberapa mahasiswa yang ada di kiri-kanan mulai menggoyang mobil. Seperti sebuah biduk di tengah badai, bergoyang menanti saat tenggelam.
            “Hentikan!” bentak sang menteri yang tidak tahan dengan aksi demonstran. Dia berteriak sambil

Minggu, 23 Juni 2013

Orkestra Luka



“Vit, maukah kau menerima cintaku?”
“Her, aku tidak mungkin menerima cintamu. Sadarlah, aku sudah berpunya.” Suaraku sedikit kukeraskan, berharap agar lelaki yang ada di depanku sadar ini. Sudah tidak terhitung lagi berapa kali aku menolak cintanya, tapi dia terus mengejarku dengan kata-kata suci itu.
“Vit, kamu akan menyesal dengan penolakanmu ini.”
            Heru berdiri. Raut sinis menghambur dari wajahnya. Tatap mata yang biasanya memandangku dengan penuh kasih, seperti menyimpan bara yang siap melahap tubuhku. Aku jerih, apalagi saat melihat bibir tipis yang kehitaman itu bergetar.
“Pulanglah! Dan jangan pernah menemuiku untuk menyatakan hal itu.” Kataku dengan suara yang sedikit aku pelankan.
“Kamu akan menyesal.”
            Heru berlalu. Dia terus berjalan dan tak sekalipun menolehkan wajah, seperti biasanya dia meninggalkanku. Langkahnya yang bergegas hanya menggemakan suara langkah yang terasa lebih keras dari biasanya.
_ _ _
“Cerai”

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...