Ibuku Adalah Batas Logikaku
Ibuku Adalah Buku Kehidupan
Ibuku Adalah Perempuan Tertangguh
Ibuku Adalah Cawan Cinta Yang Tak Habis Kureguk
Ibuku Adalah Setiap Tarikan Nafasku Ibuku Adalah Pembelajar Kehidupan Ulung
Ibuku Adalah... Dia Tak Terdefinisikan !
Kumpulan kata-kata dari grup FB Cinta Yang Halal ini membuatku teringat pada sesosok wanita yang begitu aku hormati yakni ibuku. Ibuku hanyalah seorang wanita desa yang sedari kecil terbiasa hidup dengan kesederhanaannya, dengan ketangguhannya dalam mengarungi samudera kehidupan yang kadang di mata orang lain tidak adil. Sesosok wanita yang hidup dengan jubah keikhlasannya dalam menghadapi coba dan goda. Pokoknya wanita yang istimewa menurutku.
Ibuku memang bukanlah sesosok wanita yang dinaungi keberuntungan seperti halnya Megawati yang terlahir dari trah Soekarno ataupun seperti Cici Tegal yang dengan logat medoknya, bisa menjadi modal mencari nafkah. Ibuku hanyalah wanita biasa yang sedari masih sekolah SD telah terbiasa untuk memenuhi kebutuhannya sendiri dengan cara bekerja keras memintal tetes-tetes keringatnya menjadi sesuatu yang bisa meringankan beban hidup orang tua dan saudara tuanya. Ya ibuku terbiasa berkorban untuk saudara-saudaranya, sampai terlupa bagaimana ibu harus menikmati kebahagian yang berasal dari jerih payahnya.
Ibuku yang biasanya aku panggil dengan panggilan sayang yang sederhana. Ya aku tidak malu untuk memanggilnya dengan sebutan emak, Sebagaimana dia tidak malu untuk bekerja apa saja yang penting halal demi menyekolahkan kami anak-anaknya. Ibuku sumber ilmuku, sumber inspirasiku dan juga tantangan bagiku untuk bisa setidaknya meniru ketegarannya, keikhlasannya, ketulusannya dan semua hal baik yang ada padanya.
Ibuku bukanlah tokoh besar yang akan tercatat dalam cerita hidup orang banyak. Tapi tetap dia tokoh besar yang akan mempunyai tempat tersendiri dalam hatiku. Petuah-petuahnya meski tak semuanya bisa aku jabarkan dalam perilaku yang sesuai dengan harapannya, tapi akan selalu terkenang dalam relung hatiku. Larangan-larangannya meski tak setegas undang-undang di negeri ini, akan berusaha untuk selalu aku patuhi meski ibu tak akan selalu mengawasiku dengan tatap matanya yang teduh nan tajam.
Ibuku hanyalah wanita biasa. Tapi darinya aku banyak belajar. Sikap sederhanya mampu menginspirasiku. Mampu menyemangatiku saat aku terpuruk. Bahkan sikap sederhananya mampu mendinginkanku saat aku terbakar api amarah. Ya ibuku sesosok teladan yang begitu pas untuk aku pelajari.
Ya ibuku memang sosok spesial bagiku. Sampai beberapa tahun yang lalu aku hanya menganggapnya wanita biasa, sampai suatu hari aku tahu betapa besar pengorbananya untuk saudara-saudaranya. Sebelumnya aku tak pernah tahu seberapa besar nilai pengorbanannya terhadap para saudaranya. Yang aku tahu hanyalah kebesarannya dalam berkorban untuk kami 4 orang anaknya.
Aku baru tahu cerita pengorbanan ibuku untuk para saudara tuanya dari cerita kakak perempuan tertua ibuku yang juga sangat aku hormati. Waktu itu bude bercerita bagaimana ibu mengikhlaskan dirinya untuk tidak melanjutkan sekolah dan memilih untuk bekerja demi cita-cita kakak lelakinya yang akhirnya mampu diantarkannya menjadi PNS. Bagaimana ibu sampai juga mengikhlaskan perhiasan emas yang susah payah dia peroleh dari menabung sedikit demi sedikit untuk membantu saudara tuanya tersebut. Padahal waktu itu hanya perhiasan emas itulah yang ibu punya.
Ibuku hanyalah wanita sederhana yang tidak mau berpikir rumit. Tapi dari pola pikirnya itu, beliau mampu mendidik anak-anaknya menjadi orang yang lebih baik. Saat anak-anaknya berbuat salah, ibuku tak suka sibuk mencari siapa yang salah siapa yang benar. Ibu hanya mau mempelajari kenapa kasus itu ada lalu berpikir dan bertindak bagaimana kedepannya agar tidak terulang kembali. Ahhh ibuku memang wanita istimewa yang tertutup baju kesederhanaan.
Ibuku, sesosok wanita yang sejak sekitar 10 tahun yang lalu dihinggapi hypertensi tapi masih mampu mengendalikan emosi. Sungguh aku tadinya tak percaya jika ibu terkena Hypertensi seandainya aku tak mengantarkannya untuk periksa ke bidan di desaku. Tapi ibuku tak pernah mengeluhkan penyakit itu pada kami anak-anaknya. Dia selalu menyiapkan ramuan rebusan air daun " sambung nyowo " sendiri jika merasa tensi darahnya mulai naik. Aku hanya beberapa kali seja membuatkannya, saat aku tahu hypertensinya kambuh.
Meski hypertensinya kambuh, ibu tetap bisa mengendalikan emosinya. Saat ada berita buruk yang beredar tentang kebiasaanku nongkrong sewaktu masih di rumah, dengan kepala dingin ibu menerima berita buruk tersebut tanpa emosi sama sekali. padahal waktu itu tensi darah beliau menyentuh angka 200. Dengan sabar ibu menyelidiki kebenaran itu sendiri. Saat kebenaran terungkap ibu hanya tersenyum tanpa pernah punya keinginan untuk marah terhadap si penyebar berita buruk tersebut. Bahkan saat bercerita masalah itu kepadaku, ibu mewanti-wanti aku untuk tidak mempunyai dendam dan amarah terhadap pelaku. Ahh ibuku sungguh besar hatimu ibu.
Ibu satu yang selalu terngiang di telingaku meski aku telah mengembara dari satu kota ke kota lainnya. Tantanganmu kepadaku anakmu ini untuk bisa meniru sedikit kebaikanmu saja, hal itu selalu terngiang meski telah 7 tahun aku tinggalkanmu di rumah ibu. Tantanganmu itulah yang membuatku bersemangat untuk mengurangi sikap kakuku. Sikap yang sedari kecil sangat lengket padaku. Alhamdulillah kini sikap kaku telah berkurang ibu. Semua berkat do'amu yang diijabah ALLAH ibu.
Ibu maafkan aku anakmu yang belum bisa membahagiakanmu ibu. Maafkan aku anakmu yang terlalu sering menyakitimu. Semoga rahman dan rahiim ALLAh selalu menaungi perjalananmu ibu. Do'aku untukmu ibu sumber inspirasiku. Sumber ilmuku, Sumber semangatku.
Denpasar, 28072011.0049
Masopu
Dedicate :
Untuk ibuku tercinta
Untuk calon ibu bagi anakku nanti (jika Allah mengijinkanku menemuinya dan mendampinginya di dunia ini " aku menyayangimu apa adanya dirimu. Aku mencintaimu seutuhnya. Aku hanya ingin kau menjadi dirimu sendiri. That's it."
Tidak ada komentar:
Posting Komentar