Ajisolo.wordpress.com |
Profesi wartawan sebenarnya adalah profesi yang sangat bagus dan kita butuhkan. Namun seiring berjalannya waktu, ternyata banyak kepentingan yang meracuni indepensi mereka dalam menggali dan menyampaikan berita kepada para pembaca dan pemirsanya. Karena itulah saat ini sering kali kita melihat banyaknya media baik cetak, online maupun elektronik yang terpeleset ke dalam kubangan berita yang tidak obyektif dan berimbang menyampaikan beritanya, bahkan cenderung memojokkan suatu golongan.
Belajar dari kasus yang terjadi pada pemberitaan yang dilakukan oleh TV One pada rabu malam dan kamis pagi di acara "apa kabar indonesia", kita bisa melihat bagaimana bukti indepensi wartawan dan anchor berita dalam menyampaikan suatu kabar. Saat itu terlihat jelas bagaimana sang pembaca berita begitu mudahnya untuk mencoba mengarahkan opini masyarakat dengan menghalang-halangi kemunculan second opinion dalam suatu masalah.
Dalam perbincangan yang biasa ada di acara berita tersebut, kita bisa melihat bagaimana dua pembawa acara yang berbeda bisa punya keinginan untuk mengarahkan pemirsanya untuk mempercayai suatu opini? Padahal pada acara tersebut, pihak Tv One juga mengundang dua orang narasumber yang berbeda untuk menyeimbangkan opini yang berkembang. Tetapi kedua narasumber tersebut ternyata tidak diberi kesempatan untuk menyampaikan opininya secara baik, malah seakan-akan dikebiri.
Tak salah jika pada suatu jajak pendapat, AJI ( Aliansi Jurnalis Indonesia ) menyatakan bahwa indepensi wartawan saat ini sedang berada di titik yang kurang memuaskan. Menurut hasil Survey dari mereka sekitar 65% wartawan tidak independen dalam menyampaikan suatu berita, bahkan cenderung memihak pada suatu golongan. Jika hasil survey itu benar, maka tidaklah heran jika kita tiap hari selalu disuguhi dengan berita yang cenderung tidak berimbang. Dan slogan tentang penyampain berita yang berimbang menjadi suatu yang absurd untuk diwujudkan.
Jika hasil survey yang dilakukan oleh AJI bisa dikatakan mendekati kebenaran, maka bisa dipastikan bahwa informasi yang mereka suguhkan pun tidak benar. Mengenai keberpihakan mereka dalam suatu acara, ada banyak hal yang mungkin bisa menjadi penyebabnya. Penyebab yang mungkin bisa dijadikan alasan ketidak indepenenan wartawan adalah masalah uang, masalah keterlibatan wartawan pada suatu golongan/kelompok dan juga pemilik modal yang berafiliasi pada suatu kelompok tertentu.
Sudah menjadi rahasia umum, jika ada beberapa wartawan yang pernah terlibat masalah suap-menyuap dengan sumber berita. Dalam banyak kasus ada saja wartawan yang memanfaatkan ketajaman ujung pena mereka untuk memeras pribadi maupun institusi baik umum maupun sosial bahkan pendidikan untuk memberikan sejumlah uang, agar berita yang tersampaikan kepada khalayak adalah berita yang baik-baik saja. Sementara berita yang buruknya tidak tersampaikan. Ataupun mungkin malah menenggelamkan salah satu pihak pada opini buruk.
Sementara mengenai keterlibatan wartawan ataupu pemilik media yang memihak satu golongan memang cenderung merugikan masyarakat dengan adanya berita yang memojokkan golongan lain yang tidak seideologi. Maka dari itu saya cenderung setuju dengan kebijakan manajemen Jawa Pos ( Surabaya ) yang melarang para wartawannya untuk terlibat suatu partai, untuk terus menjaga indepensinya.
Dengan adanya hasil survey dari AJI tersebut, susah bagi kita mengharapkan indepensi wartawan. Karena semua partai yang ada di Indonesia ini memiliki media cetak yang menjadi corong mereka. Sementara dua saluran televisi yang banyak menyiarkan berita, seperti kita tahu pemilik modalnya adalah orang yang dekat dengan suatu partai. Jadi Indepensi berita yang wartawan sampaikan seperti mimpi di siang bolong
Denpasar, 01102011.0719
Tidak ada komentar:
Posting Komentar