gambar dari situs save-islam.blogspot.com |
Melihat sepak terjang Tv One dalam memberitakan kasus-kasus terorisme selalu kita bisa lihat bias yang muncul di sana. Sudah bukan rahasia lagi jika selama ini Tv One selalu memanfaatkan momen-momen seperti itu untuk menaikkan rating siaran berita mereka dan juga seperti menjadi corong untuk memojokkan satu golongan tertentu.
Seperti kasus bom Solo yang terjadi minggu kemarin, Pada acara "Apa Kabar Indonesia Malam" yang tayang semalam. Pada tayangan yang menampilkan narasumber Petrus Gollose Direktur BNPT dan Mosthofa B Nahrawardaya dari ICAF ( Indonesian Crime Analysis Forum ) dan dipandu presenter Grace Nathalie, Tv One menampakkan wajah aslinya. Pada acara tersebut, terlihat jelas mimik muka Grace yang menampakkan raut muka ketidak senangannya saat Musthofa sebagai salah seorang nara sumber mencoba melihat kasus ini dari sudut pandang lain.
Menurut Musthofa B Nahrawardaya Setiap kelompok muslin telah dipepet oleh intelejen. Dan Musthofa menengarai adanya infiltrasi intelejen dalam kejadian pemboman di Solo. Mendengar statement tersebut, Grace langsung menampkan raut muka tidak senang dan tak lama kemudian pihak Tv One menyela acara tersebut dengan iklan.
Setelah iklan, jika memang pihak Tv One dan Grace bertujuan meyampaikan berita yang berimbang harusnya pihak Tv One mencoba menelisik lebih dalam apa maksud dari perkataan Musthofa. Dengan begitu masyarakat akan tahu jika ada pandangan lain yang bisa dipastikan jika ungkapan tersebut bukan sekedar ungkapan yang asal bunyi, tetapa melalui penelitian dan pendalaman dari kasus tersebut. Setelah itu baru biarkan masyarakat yang menilai apakah yang disampaikan oleh narasumber benar atau hanya praduga tak berdasar.
Ini bukanlah kasus pertama yang terjadi di Tv One. Sudah berulang kali Tv One menyampaikan berita atau suatu opini masyarakat seperti hendak memojokkan suatu kelompok. Dalam sebuah tulisannya yang berjudul Antara Gazza, Grace, Tv One dan Karni Ilyas yang ditayangkan di halaman muslimdaily dibeberkan berbagai bukti tentang usaha Karni Ilyas dan Grace Nathalie dalam menggiring Opini masyarakat dari opini yang lebih mendekati kebenaran yang nyata.
Kesalahan pada Rabu malam tersebut ternyata bukanlah yang terakhir karena kamis pagi tanggal 29 sepetember, Tv One melalui program acara Apa Kabar Indonesia Pagi kembali menebarkan luka. Kali ini dengan dipandu presenter mereka Indy Racjmawati, Tv One kedatangan dua orang narasumber. Nara Sumber acara tersebut adalah seorang perwakilan Gerakan Anti Maksiat dan Sri Yunanto dari BNPT yang katanya juga alumni Afghanistan.
Saat narasumber dari Gerakan Anti Maksiat mempertanyakan kenapa kasus bom selalu muncul berbarengan dengan sorotan yang dialami oleh Presiden dan jajaran Menterinya?. Indy dengan santainya menjawab " Ah itu hanya dugaan saja ". Pernyataan ini seakan mementahkan pendapat yang mengajak masyarakat untuk mengkritisi setiap kejadian yang terjadi dan mencoba menelaah ada apa dibalik itu semua.
Begitu mewawancara Sri Yunanto,Indy begitu bersemangat menelisik semua cerita tentang alumni Afghanistan. " Kok bisa sih gak ikut-ikutan jasi teroris?" " Apa saja yang diplejari di Afghanistan? " " Ada berapa mantan Afghanistan di Indonesia " Dan bla....bla...bla.... Begitu mudahnya mereka bertanya tentang sesuatu yang terkesan memojokkan suatu golongan, tetapi ketika diajak berpikir secara berimbang begitu cepat mereka mengalihkan arah pembicaraan dan juga jadwal tayang iklan.
Setelah iklan yang tampil, Tv One kembali menayangkan ulang wawancara semalam. Tetapi tetap seperti yang semalam kali ini mereka tetap tidak menampilkan perkataan Musthofa B Nahrawardaya. Yang ditampilkan hanyalah wawancara dengan Peter Gollese. Sehingga pemberitaan yang menurut tagline mereka berimbang ternyata hanya untuk memojokkan satu golongan lainnya.
Jika kita runut ke belakang, apa yang pernah Grace katakan? Apa yang Karni Ilyas lakukan di masa lalu? Dan juga bagaimana TV One dalam memberitakan sesuatu, pasti kita semua mahfum dengan apa yang mereka lakukan saat ini. Mereka selalu mencoba memberikan berita yang bias tentang suatu masalah.
Grace Nathalie pada suatu kunjungan ke Palembang sempat singgah ke suatu pondok pesantren. Di pondok pesantren tersebut, Grace hanya bertemu dengan 10 orang santri saja. Dengan enteng dia memberi komentar " Pondok pesantren yang aneh" hanya karena hal tersebut. Sementara dia tidak tahu pondok pesantren tersebut bermurid sedikit karena apa? Karena biasanya di daerah terpencil banyak pesantren rintisan yang telah berusia lama pun hanya dihuni beberapa orang murid. Bukan karena tempat pelatihan teroris seperti yang diduga oleh Grace.
Sementara Karni Ilyas yang saat ini menjadi Host tetap Jakarta Lawyers Club dulunya merupakan Pemred SCTV dan Anteve. Saat penangkapan Amrozi Cs, dia yang sudah jadi pemred SCTV bisa melaporkan langsung dari lokasi penangkapan. Kemudian saat penggerebekan lokasi persembunyian dr Azhari di Batu, Karni Ilyas telah menjadi pemred berita di Anteve. Tetapi dia masih bisa melaporkan langsung dari lokasi kejadian. Semua itu ditengarai karena kedekatannya dengan Gorries Mere yang merupakan danjen Densus 88, jadi tak heran jika dia selalu mendapat info terupdate rencana operasi densus 88.
Sementara TV One sendiri mayoritas sahamnya dimiliki oleh grup Star Media. Star Media merupakan perusahan milik taipan media Amerika keturunan Yahudi Rupert Murdoch. Jadi tidak heran jika selama ini terlihat jelas jika TV One terlihat seperti corong untuk memojokkan muslim di Indonesia dengan berita-berita yang cenderung bias.
Belajar dari kasus ini, ada baiknya kita lebih bijak dalam menerima segala berita yang beredar. Bukan hanya dari Tv One, tetapi dari semua media baik cetak, online maupun elektronik agar kita tidak terjebak dalam opini yang kadang terlihat benar tetapi sesungguhnya sesat. Cenderung memojokkan suatu golongan.
Denpasar, 29092011.0224
Masopu
Sumber Rujukan :
http://save-islam.blogspot.com/2011/09/tv-one-lakukan-ketidakadilan-dalam.html
Sumber Rujukan :
http://save-islam.blogspot.com/2011/09/tv-one-lakukan-ketidakadilan-dalam.html
http://azzamalqitall.wordpress.com/2011/09/29/dalam-dua-hari-tvone-melakukan-dua-ketidakadilan-dalam-pemberitaan-terorisme/
http://www.muslimdaily.net/jurnalis/2527/antara-gazagracetv-one-dan-karni-ilyas
Betul Pak....saya setuju dg pendapat Bapak. TV one jelas-jelas tidak kredibel. Saya menonton acara Apa Kabar Indonesia Padi yang dipandu Indy, mereka mengundang seorang Ibu dari Medan yang anaknya(2 org)dilaporkan meninggal di kantor polisi karena bunih diri. Acara itu dibuka oleh Indy dengan tertawa-tawa tanpa ada empaty walaupun dihadapannya ada sang Ibu yang demikian berduka atas terjadinya peristiwa tersebut.
BalasHapusHal serupa terjadi ketika Tina Talisa meliput di Padang atas terjadinya gempa disana. Background live di sekitarnya adalah orang2 yang menangis karena mencari-cari keluarganya diantara ratusan mayat yang bergelimpangan, namun Tina Talisa dengan muka yang tersenyum-senyum bahkan sesekali tertawa terus menyampaikan berita, tanpa ada rasa empaty pada sikap dan air mukanya. Mengapa bisa seperti ini ya...apakah hatinya tidak tersentuh melihat kejadian yang langsung di depan matanya..sedangkan gambar di layar kaca saja sudah cukup membuat kita demikian berduka....?? Astagfirullahh.....
Itulah yang bikin saya eneg lihat TV one
BalasHapusTerdepan mangabarkan, tapi dari satu sisi saja
Tak ada cover booth side.
Terus masalah empati dan simpati, bagi mereka tak ada
yang penting berita bisa menaikkan rating mereka
TV One, malas bahas lebih panjang