http://nairachand.blogspot.com/ |
Sehari kemarin aku dengan beberapa orang teman membahas penipuan pulsa yang dilakukan oleh pihak operator terhadap konsumen. Diskusi via twitter itu berlangsung menarik selama hampir 2 jam dan melibatkan setidaknya 5 orang teman yang demi privasi mereka sengaja tidak saya sebutkan di sini. Diskusi di mulai oleh bunyi twitt seorang teman yang mengeluhkan kejanggalan pada kartu yang dia pakai. Teman tersebut mengaku baru mengiisi sejumlah pulsa ke nomer hp-nya, tetapi baru dipakai 10 kali sms, pulsanya sudah habis. Dia heran dan meminta tanggapan rekan-rekan.
Aku akhirnya ikut terjun ke diskusi tersebut dengan menceritakan peristiwa yang pernah aku alami dulu. Kemudian untuk menghentikan kenakalan pihak operator tersebut, aku telepon ke customer service mereka minta agar nomer hp saya tidak dikirimi lagi sms yang bersifat spam ataupun jebakan yang menggiring konsumen untuk menjawabnya. Sekali dua kali tidak ada tanggapan, akhirnya dengan nada penuh kejengkelan, kembali saya menelepon costumer service operator bersangkutan dan memaki-maki mereka serta berkeinginan untuk menggalang dukungan untuk diadakannya class action terhadap kejahatan tersebut. Barulah setelah itu sms senada berkurang dan pulsa saya aman dari gangguan spammer tersebut.
Dalam diskusi tersebut juga dibahas mengenai trik-trik jika memang usaha kita menelepon costumer service tidak digubris, ada baiknya kita memuat suatu tulisan yang berisi keluhan baik di media online maupun di media cetak semisal kompasiana, detik.com, liputan 6.com ataupun media online lainnya, biasanya hal seperti ini langsung mendapat perhatian dari sang operator.
Langkah lain yang bisa dilakukan adalah dengan menghubungi YLKI ( Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia ) di nomer telepon YLKI 021 – 798 1858. Biasanya dengan begitu juga pihak operator akan segera mengambil tindakan untuk mengatasi masalah tersebut. Seandainya masih belum puas, pelanggan bisa mengadukannya langsung ke BRTI dan Menkominfo agar melakukan teguran terhadap provider nakal tersebut.
Diskusi akhirnya berlanjut ke operator mana yang tingkat penipuannya terhadap pelanggan lebih minim dibandingkan dengan yang lain. Dari situ saya baru tahu jika operator merah yang masih semi BUMN ternyata tingkat penipuannya terhadap konsumen lebih rendah. Sementara salah satu operator yang paling sering memberikan fasilitas telepon or sms gratisan sampai ribuan, merupakan opertaor seluler dengan tingkat kerentanan terhadap penipuan yang paling besar.
Operator merah menurut salah seorang peserta yang memang lebih banyak bekerjasama dengan berbagai operator tersebut, ternyata mempunyai costumer service dan dirut yang paling tanggap dengan keluhan konsumennya. Bahkan seringkali mereka mengadakan rapat mendadak hanya untuk membahas sebuah keluhan yang telah terbit di media cetak ataupun media online. Bahkan mereka tak segan-segan memutuskan kerjasamanya dengan penyedia layanan sms konten yang bermasalah dan merongrong pulsa konsumen.
Sementara operator biru selaku yang tingkat kemanannya paling buruk, menurutnya adalah yang tercanggih dalam memanipulasi konsumen, hingga tidak merasakan jika pulsanya habis disedot oleh mereka. Dengan mengirimkan berbagai sms yang bersifat jebakan alias spam, operator tersebut mengeruk pulsa pelanggan. Selain itu tarif pulsa murah yang mereka tawarkan ternyata seringkali hanya akal-akalan saja untuk menambah jumlah pelangganya.
Dari hasil diskusi tersebut maka saya dapat mengambil kesimpulan, untuk menghindari masalah tersebut ada baiknya kita lebih hati-hati dalam menanggapi sms konten yang rekanan provider kirimkan. Karena sadar atau tidak, sekali kita menjawab sms tersebut maka bersiaplah kita untuk terus menerus kehilangan pulsa percuma. Jika sudah terlanjur mengalaminya, ada baiknya segera adukan hal tersebut ek YLKI/BRTI?menkominfo. Kalau perlu segera buat surat pengaduan yang dikirimkan ke berbagai media cetak dan media online.
Denpasar, 03102011.0954
Masopu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar