Kamis, 27 Oktober 2011

Hati Yang Terpikat

angle16
Malam semakin mengelam. Hitam memekat. Nyaring suara serangga makin asyik menyanyikan lagu-lagu berbiramanya. Lukisan kegelisahan terlihat jelas membayang di wajah Iqbal. Detak gemerisik jarum jam yang terus berrotasi pada sumbunya bersahutan dengan suara serangga di luar rumah. Perlahan jarum jam merangkak makin naik, tetapi mata Iqbal tak jua mau terpicingkan.

Bayang-bayang kejadian tadi siang terus mengembara di benaknya. Otaknya yang berdaya ingat kuat terus menerus merewind kejadian tersebut. Semakin sering otaknya merewind kejadian tersebut, semakin tersiksa dirinya dengan semua itu. Entah sudah berapa kali dia memutar dan membalikkan badannya. Entah sudah  berapa kali dia menutupi wajahnya dengan bantal ataupun selimut yang dia pakai, namun tak jua matanya tunduk pada maunya untuk terpejam.

Bayangan wanita bernama Xixi begitu mengodanya. Bayangannya selalu hadir bergantian dengan keinginannya untuk segera memejamkan matanya. Mulai dari pertemuan tak sengajanya dua hari yang lalu saat pulang berlari pagi. Pertemuannya tadi siang. Serta perpisahannya dengan cara yang kurang enak, ternyata begitu membekas dalam hatinya.


" Siapakah dia? Siapakah wanita bernama Xixi tersebut? Kenapa aku tak bisa melupakan dirinya? Siapa pula lelaki yang tadi sempat memukulku? " Barisan tanya itu terus membayang di otaknya. Udara malam yang terasa sejuk, tak mampu membuat Iqbal merasa tenang. T-shirt hitamnya agak basah oleh keringat. Sementara tubuhnya yang mulai lepek karena keringat makin menyatu dengan t-shirtnya tersebut.

Iqbal segera bangkit dari tempatnya tidur. Beberapa saat dia terduduk di bibir ranjang jati berukir peninggalan mendiang kakeknya tercinta. Tempat tidur itu kini tak lagi terlihat rapi. Tubuhnya yang terus bergerak membuat susunan sprei dan bantal yang tergeletak di atasnya jadi berantakan.

Lama Iqbal terduduk dalam lamunannya. Matanya tersentak saat dilihatnya jam sudah menunjuk angka 1. Segera dia berdiri dan berjalan menuju kamar mandi. Diambilnya air wudlu. Setelah itu dia segera berjalan menuju musholla yang kebetulan berada di depan rumahnya. Dibenamkannya dirinya dalam khusyu'nya sholat sunnah untuk menenangkan galau dan gelisah yang datang menyapa. Setelah sholat dan Dzikir Iqbal sempatkan dirinya untuk membaca beberapa lembar ayat Al-Qur'an. Setelah merasa tenang segera dirinya melangkah kembali masuk ke rumah dan merebahkan tubuhnya di shofa ruang tamu.

Tak lama setelah tergeletak di shofa, mata Iqbal perlahan terpejam. Tak sampai lima menit, tubuhnya sudah lelap dalam tidurnya yang tenang. Abah dan Uminya yang terbangun untuk melaksanakan sholat tahajjud tersenyum melihat anaknya yang esok pagi akan kembali ke Jakarta untuk bekerja. 

" Anak kita ternyata cepat sekali besarnya ya Umi. Sepertinya sudah waktunya dia untuk berkeluarga" kata sang Abah.

" Iya Bah. Tapi biar dia saja yang memilih calon istrinya. Kita hanya kasih masukan saja." jawab Uminya dengan tenang.

" Benar Umi. Abah hanya bisa support saja semua pilihannya." jawab sang Abah sambil menggamit tangan istrinya untuk segera beranjak ke musholla.

Sementara Iqbal semakin lelap dalam tidurnya. Tampak seulas senyum terus menghiasi wajahnya yang tampan. Wajah putih berbalut kumis tipis tersebut terlihat sangat tampan. Kulit putihnya bersinar temaram memantulkan sisa-sisa sinar yang menerobos masuk ke ruangan tersebut. Terlihat jelas dari sorotan lampu yang masuk, bibir pemuda berusia 24 tahun tersebut merah merekah. Tak kalah dengan bibir cewek-cewek masa kini yang selalu berbalut dengan lipstick.

Waktu terus berlalu. Sayup-sayup suara adzan subuh menyapa telinga Iqbal yang tengah terlelap. Begitu suara tersebut semakin lama menyapa telinganya, Iqbal segera terbangun. Dia termenung sesaat di shofa tempatnya tertidur tadi. Dicubitnya tangan kirinya.
http://huxleyi.wordpress.com

" Ya Allah aku tadi hanya bermimpi saja toh" gumam Iqbal sambil mengingat-ingat mimpinya barusan.

Dalam tidurnya Iqbal bermimpi bertemu dengan Xixi kembali. Mereka bertemu di taman tempat Iqbal beristirahat saat lari pagi. Mereka ngobrol banyak hal. Mulai masalah pribadi sampai masalah di sekitar mereka. Obrolan dalam mimpi tersebut sangat menyenangkan Iqbal.
habibmaulana.com

" Bal cepet sana sholat. Adzan subuh sudah berlalu dari tadi loh. " tegur suara Uminya yang sedari tadi melihat anaknya yang tadi duduk termenung.

" Iya Umi" jawab Iqbal sambil melangkah menuju kamar mandi.

" Andai saja semua itu benar, alangkah bahagianya aku saat ini. Xixi kenapa aku selalu terkenang dirimu?" gumam Iqbal sambil terus melangkah.


Denpasar.27102011.0137

Masopu

Note :
  • Untuk membaca tulisan sebelumnya Silahkan baca di bagian 1, 2, 3, 4, 5, 6                        
  • Maaf jika ada kesamaan nama tokoh dan cerita. Ini hanya fiksi belaka.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...