http://cahayareformasi.com/berita/2013/banjir-jakarta-bukan-karena-hujan-deras/ |
Tiba
kita di simpang Jalan
Kala
kerontang berhenti berdentang
Terlipat
oleh air cucuran
Temani
sajak sedih yang kembali berdentang
Sampah
menggenang sumbat alur cerita
Tangis
menggenang memaki ketidak berdayaan
Terlupa
salah walau hanya seucap kata
Semena-mena
bunuh sesalan
Kita
merasa tak pernah salah
Ketika
bah datang menerpa
Menunjuk
sesama sambil berkata “Merekalah yang bersalah, tak bisa mengatasi masalah”
Atau
“kita hanya menerima kiriman bencana dari kawan nun jauh di sana”
Terlupakah
kita semua?
Alam
yang teraniaya, menanti waktu bicara
Ungkap
sakit yang selalu kita timpakan padanya
Tanpa
terpikir balasnya kan tiba
Tak
pernahkah kita belajar dari musibah?
Saat
dia datang, kita sibuk menghiba
Mengharap
kasih pada sesama
Sementara
adat kitalah sesungguhnya sumber bencana
Kita
serakah menimbun indahnya karsa dan karya
Tanpa
peduli menutup jalan mereka
Kita
sibuk bersihkan sampah di rumah kita
Lemparkannya
ke segala arah, tanpa takut sumbat arus pulangnya
Kita
terlalu buta
Meminta
sesuatu berubah seketika
Sementara
kita merusaknya bertahun lamanya
Kita
terlalu tuli
Hanya
bisa kritik sana kritik sini
Tanpa
mau perbaiki diri
Kawan,
musibah ini bukan murka sang alam
Inilah
kreasi kita
Merusak
keserasian hidup sang alam
Hingga
bencana ketuk rumah kita
Agar
kembali bersahabat dengannya
Denpasar.20.21012013.1125
Masopu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar