http://felinophobia.wordpress.com/category/phobia/ |
Telapak tangannya memegang pundakku. Seperti berusaha menahan nyala lilin yang hampir padam, matanya menghujam pusaran korneaku.
Dia tahu saat ini aku terseret di nadir. Dia tahu aku butuh tongkat kecil untuk menopang langkah yang mulai goyah. Karena itu dia berusaha menjadi penopangku.
"Tidak....?"
Aku melotot, melawan tatapannya.
"Apa kamu tahu betapa sakitnya aku? Aku serupa remah-remah roti di antara serbuan ribuan semut. Mereka mencari sisi terlemahku, untuk mencabik dan menyeretnya sepanjang jalan. Aku seperti sosok tidak berguna di mata mereka, selain persembahan untuk sang ratu yang siap bertelur, usai mencerna tubuhku."
Aku berusaha melepaskan tangan Tsiefana dari pundak. Sambil membuang muka, aku memalingkan wajah. Bukan aku tidak mencintainya, tapi serombongan semut merah yang bebaris menarik mangsa, buatku muak.
"Hei kemana perginya Joey, si karang pelindung pantai? Bukankah selama ini dia tegar meski sapuan ombak tak henti menghajar? Adakah dia telah runtuh, tergerus angkuh lidah pembunuh?"