Senin, 27 Agustus 2012

Kendang Kempul


               Kendang Kempul adalah sebutan untuk musik etnik yang lahir dan berkembang di Banywangi, Jawa Timur. Menurut sejarahnya, cikal bakal kendang kempul telah ada dan berkembang sekitar tahun 1920-an akhir. Lagu ( Gending = bahasa Using ) yang diciptakan saat itu untuk mengiringi kesenian seblang / gandrung Blambangan. Lagu awal yang diciptakan saat itu antara lain “ keriping sawi “ dan “ keok-keok “.
            Ada beberapa pendapat yang menjadi rujukan untuk awal mula berkembangnya musik Kendang Kempul. Ada pendapat yang menyatakan seperti di paragraf pertama. Ada pula yang menyatakan bahwa musik kendang kempul naru berkembang di sekitar tahun 1960-an, menjelang peristiwa G3S/PKI. Pendapat ini diperkuat dengan adanya salah satu lagu kendang kempul “ Genjer-genjer “ yang fenomenal di masa itu dinyanyikan oleh underbow partai ( LEKRA ). Ada pula yang menyebutkan perkembangan kendang kempul di mulai tahun 1980-an. Tapi menilik adanya instruksi bupati Banyuwangi 1966-1978  Djoko Supaat Slamet di tahun 1970 untuk membangkitkan musik Banyuwangi yang sempat mati suri, penulis lebih condong saama pendapat yang ada di paragraf pertama.
            Perkembangan kendang kempul semakin baik saat unsur musik angklung ikut masuk. Kendang kempul yang tadinya hanya dimainkan dengan alat : Gendang/Kendang, Kempul/Gong Besar, Kluncing ( Triangle dari kawat besi dan pemukul besi, seukuran beton neser lebih tebal sedikit ),  serta beberapa perangkat gamelan yang biasanya digunakan untuk mengiringi pementasan gandrung.
Seiring perkembangan jaman, kendang kempul terus berbenah. Tahun 1980-1990-an akhir, kendang kempul didominasi oleh penampilan Emilia Contessa, Sumiati, Alip S, Cahyono ( pelawak Jayakarta Group ) Suliana dan masih banyak lagi. Musik kendang kempul pada masa ini masih bisa dikatakan sebagai kendang kempul versi aslli, karena lebih mengandalkan perangkat gamelan untuk pengiringnya. Pada masa ini yang menjadi superstarnya adalah Sumiati dengan lagu fenomenalnya “ gelang alit” Bahkan seorang Sudjiwo Tedjo di akun twitternya menyatakan lagu ini “ penuh daya magis “.
Selepas 1990-an, musik kendang kempul semakin baik perkembangannya. Banyak unsur yang mempengaruhi perkembangannya. Sejak tahun 2000-an, beberapa musisi mulai berani mengkolaborasikan musik kendang kempul dengan beberapa aliran musik lain, baik tradisional maupun modern. Unsur musik patrol ( kesenian Banyuwangi ), musik keroncong, musik melayu, dangdut koplo hingga pop rock pun ikut mewarnai perkembangan kendang kempul.
Kolaborasi Kendang kempul – Patrol – Keroncong pertama kali diperkenalkan oleh grup musik Patrol Orkestra Banyuwangi ( POB ) yang dikomandani oleh Catur Arum. Kolaborasi ini muncul di tahun 2003-2004. Lagu-lagu yang terkenal dari grup POB ( Bukan POD – People On Death, grup metal amerika ) antara lain layangan, Telung segoro dan masih banyak lagi. Dari album mereka lagu yang penulis paling suka adalah Semebyar yang dinyanyikan Adistya mayasari. Silahkan menikmati lagu dan videonya ini
Kolaborasi selanjutnya adalah antara kendang kempul dengan musik dangdut, terutama dangdut koplo. Lagu-lagu yang dihasilkan sebenarnya cukup bagus, namun saya memasukkan unsur dangut koplo menurut penulis malah merusak jiwa musik kendang kempulnya. Musisi kendang kempul yang menyanyikan lagu dengan versi koplo antara lain Dian Ratih, Reny Farida, Ratna Antika ( warga Malang ) serta beberapa lain. Tidak hanya musik koplonya saja yang dimasukkan, tapi budaya di aliran koplo pun dimasukkan. Tampilan artiis jadi menor, goyangan seronok dan juga pemakain bahasa yang sedikit vulgar membuat penulis kurang menyukai kreatifitas mereka yang membawakan lagu ke versi koplo.
Musik hasil kolaborasi kendang kempul – koplo ini banyak dibawakan grup musik melayi yang bertebaran di Jawa Timur. Lagu-lagu seperti Dicokot Nyokot ( Reny Farida ), Kepingin Turu nang Dadane ( Reny Farida, bahkan di Youtube sampai diplesetkan dengan hal tak senonoh / alat kelamin cewek versi jawa ) serta masih banyak lagu lainnya adalah langganan grup Orkes Melayu ( OM ) Sera, Palappa, New Palappa dan banyak lainnya untuk dibawakan. Karena perihatin dengan hal itu, maka beberapa pencipta lagu senior di Banyuwangi tidak mau lagu karya mereka dibawakan oleh penyanyi-penyayi di atas.
Sekitar 2009-2010 muncul lagi kreativitas baru dalam membawakan gending kendang kempul. Pada masa ini, gending kendang kempul dinyanyikan dengan iringan gitar, seperangkat alat musik angklung ditambah alat musik tabuh yang terbuat dari sekumpulan paralon.Paralon berbagai ukuran dipotong dengan panjang berbeda kemudian ditutup pakai karet ban dalam. Alat ini untuk menggantikan fungsi kendang. Musik yang ditampilkan jika didengarkan sepintas lebih mirip dengan keroncong, terutama karena beatnya yang pelan dan mendayu-dayu. Saat ini baru musisi Yopi yang membawakannya dengan lagu yang cukup terkenal di Banyuwangi berjudul “ Mentolo “. Videonya baru diupload di You Tube tahun 2012 ini.
Kreasi baru lainnya adalah perpaduan kendang kempul dan musik Rock. Dua pioner dari aliran ini adalah Andera Rock ethnic dan OmpRock ( Osing Music Pop Rock ). Hasil kolaborasi ini penulis suka banget. Rancaknya gebukan drum dipadu dengan bunyi kendang, angklung. Bunyi gitar yang berpadu dengan gesekan biola benar-benar lebih menghasilkan sensasi bagi telinga, dibandingkan kolaborasi dengan dangdut koplo.
            Yang lebih enak lagi dari kreasi OmpRock adalah range suara sang vokalis ( terutama untuk Chy Chy Viana ) yang tinggi, membuat musik gending kendang kempul lebih hidup. Vokal tinggi dan penghayatan yang lebih baik, membuat suara musik lebih hidup dan enak didengarkan. Lagu-lagu yang terkenal dari kreasi ini adalah: Alum, mawar putih, bentet cingkire, Kabeh Sing Podo ( Kaspo ), Laskar blambangan, Lintang Lontar.
           
            Lintang Lontar ( artinya Bintang Terbuang ) adalah lagu khusus OmpRock yang didekikasikan untuk mantan penari gandrung bernama Mak Onah. Tokoh dalam lagu adalah seorang mantan penari gandrung yang saat ini berusia senja. Di usia yang renta dia harus mencari nafkah sendiri, tinggal sendiri di gubuk bambu di tengah kebun. Usia yang seharusnya hidup tenang dengan anak dan cucu serta tinggal di rumah. Tapi 2 orang anak yang dilahirkan daro rahimnya tak ada yang mau mengurusi. Pun dengan warga sekitar. Padahal dulu, sewaktu di masa jaya tetangga kiri kanan ( terutama ) lelaki berlomba mendekatinya. Kini semua tak ada yang menoleh kepadanya.
           
            Di lagu ( Kesuwun Bain ), Chy Chy Viana benar-benar menunjukkan kualitas vokal yang benar-benar bagus. Bermain di vokal-vokal tinggi, dia tidak kedodoran sama. Semua dinyanyikan dengan lancar. Mungkin jika kemarin ikut Indonesia Idol setidaknya dia bisa tembus sampai 4 besar, ( Menurut penulis yang tiba–tiba jadi fans dadakannya sejak denger lagu ini plus ditambah ternyata adik kelas penulis waktu di SMP yang sama ). Lagu lain yang begitu bagus dibawakannya adalah “Benthet Cingkire” Lagu ini bercerita tentang cinta segetiga.
            Jika selama ini lagu Banyuwangi diidentikkan dengan lagu cengeng dan mendayu-dayu, itu tidak bisa disalahkan dari banyaknya lagu Kendang Kempul yang memang bercerita tentang kegagalan daln cinta, rumah tangga dan sejenisnya. Padahal ada banyak lagu yang bertema religi ataupun penuh semangat serta berisi nasehat. Untuk lagu religi ada lagu yang dibawakan Candra banyu dengan judul Kunfayakun, Catur Arum pun pernah membawakan lagu religi. Di tahun 1990, saat penulis masih kecil pernah dengar lagu bertema nasehat, tapi sekarang sudah tak pernah dengar lagi.
            Lagu-lagu penyemangat yang pernah ada seperti lagu Umbul-umbul Blambangan. Lagu ini diciptakan untuk menyemangati warga Banyuwangi dalam membangun daerahnya. Ada lagu Laskar Blambangan yang diciptakan khusus untuk mendukung Persewangi ( Persatuan Sepakbola Banyuwangi ) dalam mengarungi kompetisi sepakbola.
            Ada yang hampir penulis lupa yakni mengenai lagu Genjer-genjer. Lagu yang identik dengan G30S/PKI itu sebenarnya bukan lagu yang diciptakan untuk partai tersebut. Lagu ini menurut sejarahnya diciptakan M Arief pada jaman penjajahan Jepang untuk menyemangati warga Banyuwangi yang berjuang melawan pendudukan Jepang. Jadi jika ada anggapan lagu ini berkaitan dengan PKI, penulis tidak setuju.  Dan beberapa waktu lalu dimainkan lagi oleh anak-anak OmpRock dengan versi barunya.
           
Salam
Masopu

2 komentar:

  1. om minta alamatnya atau cp omp rock dong

    BalasHapus
  2. saya menyimak disini ya kang, tulisan nya lengkap sekali, terima kasih


    salam dari muncar

    BalasHapus

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...