POV-DevianArt |
Mataku tak mampu beralih dari bulatan hitam kornea matamu. Ada binar-binar kemarahan memancar di sana. Tidak biasanya aku melihat hal itu. Silang-kata, biasa menjadi penyedap persahabatan kita. Kamu dengan kacamata plus-mu dan aku dengan kacamata silinderku.
"Kamu telah sesat pikir. Sudah jelas kalau hal itu salah, tidak sesuai tuntunan dan ajaran yang sama-sama kita anut, kenapa kamu tidak bersikap tegas untuk menolaknya?" serbuan tanyamu seperti muntahan peluru AK-47, tidak kenal ngadat, meski panas semakin menyengat.
"Aku sesat pikir?" tanyaku kebingungan. Telunjuk kananku mengarah ke dada.