Selasa, 25 Desember 2012

Resensi " Xixi, Diary Sang Rising Star"

Tanggal 18 Desember kemarin, untuk pertama kalinya kabar yang aku tunggu selama 1 bulan setengah datang menyapa. Naskah " Xixi Diary Sang Rising Star " yang aku kirimkan ke Leutika prio untuk diterbitkan secara Indie tanggal 30 Oktober kemarin akhirnya telah siap terbit. Buku ini merupakan versi lengkap dari cerita bersambung dengan judul sama yang aku tayangkan di blog ini mulai bulan Oktober 2011-Sekitar Mei 2012. Setelah melalui beberapa proses editing, akhirnya aku coba mengirimkannya ke penerbit major, tapi belum ada jawaban hingga akhirnya aku putuskan untuk publish secara indie.
 
"Xixi, Diary sang Rising Star" terinspirasi dari kisah seorang pramuria kelas kakap asal Surabaya. Beberapa waktu yang lalu saya mendengar kisah tentang dirinya yang berjuang ke sana ke mari untuk meraih kesembuhan. ( bukan untuk mencari alamat palsunya Ayu Thing-thing ya.)Virus HIV yang diakibatkan kesalahannya dalam bergaul sempat membuatnya terpukul, tapi saat kesadaraan berhasil diraihnya, dia berubah 180 derajat. Dia bernadzar, andai Allah masih memberinya kesembuhan, dia akan mengabdikan sisa hidupnya untuk agama. Allah mengabulkan nadzarnya. Melalui perantara seseorang, dia diperkenalkan dengan seorang tabib yang tinggal di lereng sebelah barat gunung Raung. Melalui perantaraan Tabib itu pulalah Allah mengirimkan kesembuhan padanya.
 
Dari kisah itu, ditambah dengan kisah salah seorang yang aku kenal sewaktu tinggal di Bogor, kisah ini mulai aku tuliskan. Seorang teman yang kenali di Bogor itu adalah seorang aktifis dan penyuluh di LSM penanggulangan HIV/AIDS yang Omku urus bersama salah seorang temannya yang juga merupakan HRD di PT Intrasari Raya Bogor. Temanku itu bernama Irfan dan berasal dari tegal. Dia terjangkit HIV karena keisengannya mengikuti kemauan temannya. Dia tak pernah terlibat seks bebas ataupun sejenisnya. Dia terserang HIV karena penyalahgunaan narkoba dengan menggunakan jarum suntik.

 
 
Pertama tayang di Blog, tulisan ini langsung mendapat tanggapan dari salah seorang teman FB-ku yang tinggal di Bandung. Hal itu baru aku ketahui saat aku libur menuliskan kisah ini selama beberapa waktu, dia menulis di link terakhir yang aku bagikan di FB-ku. Katanya dia rindu membaca tulisanku ini. Dan sejak saat itu, setiap kali aku mempublish kelanjutan cerita ini, aku selalu mentag-nya di FB.
 
" Xixi Diary sang Rising Star" Memotret kehidupan kelam seorang gadis cantik. Xifana Adestya Maharani adalah nama asli tokoh utama yang kemudian lebih dikenal dengan nama panggilan Xixi. Dia adalah seorang gadis cantik yang berasal dari kota di ujung timur pulau Jawa. Dia ke Surabaya untuk menuntut ilmu seperti yang diamanatkan oleh kedua orang tuanya. Untung tak dapat diraih, malang tak dapat ditolak. Perkenalannya dengan Ferdy menjadi awal petaka untuknya. Bujuk rayu dari ferdy hingga akhirnya keperawanannya terenggut tak banyak memberinya pelajaran. Bahkan saat dirinya dikhianati oleh pacarnya itu, dia tak bisa mengambil pelajaran dari itu semua.
 
Selepas dari pelukan Ferdy, Xixi yang telah jatuh ke lembah hitam menjadi budak kesenangan dan kekayaan. Dan untuk memenuhi kebutuhannya untuk bersenang-senang, dia harus menjalani profesi yang tak pernah dibayanggkan sebelumnya. Hari-harinya dilalui dengan kisah berpindah pelukan dari satu lelaki ke lelaki lain. Meminjam istilah dari band Jamrud, Xixi kini menjadi wiraswasta tubuh.
 
Di sisi lain, sosok lelaki yang sempat mengenalnya secara tak sengaja di suatu pagi, selalu terkenang akan dirinya. Sosok lelaki bernama Iqbal Fathoni, seorang anak pemuka agama yang harus tinggal di Jakarta untuk mengabdikan dirinya di perusahaan nasional. Kenangan-kenangan pertemuan dengan Xixi yang hanya dua kali begitu membekas di hatinya, meski kedua pertemuan itu bukanlah pertemuan ideal untuk diukir dalam lipatan kenangannya. Upayanya untuk melupakan Xixi malah membuatnya semakin terkenang. Beruntung ada teman yang selalu menemaninya di kala senang dan duka.

Sementara Xixi yang telah berwiraswasta bodi semakin menancapkan namanya sebagai wanita panggilan kelas atas. Secara tak sengaja dia berkenalan dengan seorang produser film laga dari Jakarta. Perkenalan yang terjadi sewaktu menemani lelaki bernama Daniel itu bertemu dengan calon sutradara untuk proyek film berikutnya. Dari perkenalan itu akhirnya Dia mendapat tawaran untuk bermain di salah satu film yang Daniel produseri. Filmnya meledak di pasaran. Namanya langsung menjulang sebagai bintang baru dengan talenta yang laur biasa.

Daniel memanfaatkan hutang budi Xixi yang telah mengenalkannya ke dunianya yang baru. Dengan hutang budi itu akhirnya Xixi mau dan bersedia menjadi simpanan Daniel yang tak segan juga menyertakannya sebagai salah satu alat untuk menggolkan proyek filmnya. Setelah beberapa film dibintangi, nama Xixi semakin berkibar. Petaka datang di saat premiere film barunya, tiba-tiba dia jatuh sakit. Dokter memvonis dirinya terinfeksi HIV. Merasa tidak yakin dengan apa yang dikatakan dokter, dia mencoba mencari pendapat lain. Dari satu dokter ke dokter lainnya dia dan Daniel terus mencoba meyakinkan diri jika itu hanyalah kebohongan, tapi harapan tinggal harapan. Dokter-dokter yang telah didatangi sepakat menyatakan mereka berdua positif HIV. 

Tak kuat menerima vonis itu, Daniel mati bunuh diri dengan melompat dari salah satu bangunan hotel. Tubuhnya ditemukan berantakan di halaman hotel. Sementara Xixi yang terpukul dengan kematian Daniel merasa sendiri. Dia terpuruk dalam sesal. Suatu pagi, saat dia terbangun lamat-lamat suara ceramah dari masjid menyapa telinganya. Bagai mendapat siraman embun, dia menyimak ceramah itu. Begitu ceramah selesai, dengan diantar pembantunya dia menghadap sang Kiai dan menyatakan taubatnya.

Setelah bertaubat, Xixi semakin giat mempelajari ajaran agama. Di sela-sela waktunya dia terus berusaha mencari obat untuk kesembuhannya dan tak lupa juga menghadiri seminra-seminar penanggulangan HIV yang dia tahu. Melihat kegigihan Xixi untuk berubah, kiai yang membimbingnya terenyuh. Dia kemudian memberikan satu alamat seorang tabib yang tak lain adalah kakak kelasnya sewaktu di pesantren. Sebelum berangkat Kiai meminta Xixi untuk memohon ampunan pada kedua orang tua yang tekah disakitinya. Xixi mengiyakan permintaan pak Kiai.

Usai mendapat ampunan kedua orang tuanya, Xixi berkunjung ke alamat yang diberikan Kiai. Di sana dia mendapatka wejangan baru dari sang tabib. Menurut sang tabib, kesembuhan adalah hal utama, tapi mengisi sisa waktu yang masih Allah berikan itu jauh lebih utama, agar seandainya kesembuhan tak mampu diraih, kita sudah punya bekal untuk menghadap-Nya.

Berbekal restu dan nasehat dari orang tuanya yang sebenarnya keberatan ditinggal balik ke Surabaya, Xixi kembali. Kembali Xixi ke Surabaya dengan tujuan ingin memulai hidup baru dari titik dimana dia terjerumus. Godaan dan cobaan semakin akrab menerpanya. Pertemuannya yang tak sengaja dengan Iqbal, kembali hadirnya Ferdy dalam kehidupannya membuat pandangan sinis orang-orang padanya semakin menjadi. Bahkan saat Iqbal menginginkan dia menjadi istrinya, hinaan semakin dalam menerpa. Umi-nya Iqbal akhirnya ikutan memusuhinya. Hingga suatu kejadian merubah semuanya.

Itulah sekilas cerita "Xixi Diary sang Rising Star". Ada hikmah yang bisa kita petik dari sana, mengenai pentingnya usaha dan doa serta berserah diri. 

Ps : Buku ini sudah bisa dipesan sekarang via website www.leutikaprio.com, inbox Fb dengan subjek PESAN BUKU, atau SMS ke 0819 0422 1928. Untuk pembelian minimal Rp 90.000,- GRATIS ONGKIR seluruh Indonesia. Met Order, all!!
 
Denpasar, 25122012.0305
 
Masopu
 

2 komentar:

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...