Indira Gandhi tewas ditembak oleh dua pengawalnya 25 tahun lalu, tepatnya tanggal 31 Oktober 1984, lalu apa warisan politisi paling terkenal dan kontroversial India ini bagi negara itu? Pertengahan tahun 1965, Indira Gandhi sedang mempertimbangkan pindah dari Delhi ke London. Saat itu dia menjabat sebagai menteri muda di kabinet Lal Bahadur Shastri, yang menggantikan ayahnya Jawaharlal Nehru sebagai perdana menteri India. Saat itu masa depan politiknya kelam dan dia tertarik pindah ke Inggris karena alasan pribadi. Kedua putranya, Rajiv dan Sanjay, bersekolah di negara itu; dan dengan pindah ke London Indira bisa memuaskan diri menikmati kebudayaan dan seni. Pada akhirnya, nyonya Gandhi memutuskan untuk tetap tinggal di India dan meraih hadiah besar yang tidak diduga. Ketika Shastri meninggal karena serangan jantung di bulan Januari 1966, Indira Gandhi diminta menggantikannya sebagai perdana menteri. Keputusan itu diambil oleh "Sindikat", satu kelompok orang berusia lanjut yang menjalankan partai Congress. Awal meragukan Kelompok ini memperhitungkan kenaikan putri Nehru itu akan menenangkan warga yang secara berturut-turut kehilangan dua perdana menteri dengan mendadak. Selain itu sebagai pemula di dunia politik dia bisa dengan mudah dimanipulasi. Setelah melalui awal yang meragukan sebagai perdana menteri, kepercayaan diri Indira Gandhi terus bertambah.
Tahun 1969 dia memutuskan hubungan dengan "Sindikat" dengan menggambarkan mereka sebagai sekelompok pejuang di era penjajahan, sementara dirinya mewakili kubu berpandangan maju dalam sejarah perkembangan India. Dia menasionalisasikan bank, perusahaan pertambangan dan minyak; mencabut gelar dan fasilitas para mantan maharaja; dan dengan mutlak memenangkan pemilihan umum tahun 1971 setelah membuat slogan menarik "Garibi Hatao" (Entaskan Kemiskinan). Pemilihan umum dilangsungkan bulan Januari; di bulan terakhir tahun itu, Gandhi memainkan peran penting dalam kemenangan militer India atas Pakistan, yang berakhir dengan pemecahan negara itu dan pembentukan Bangladesh yang merdeka. Di kalangan sebagian masyarakat kelas menengah, Gandhi hingga saat ini masih sangat populer. Dalam jajak pendapat yang dilakukan oleh majalah berbahasa Inggris, dia selalu terpilih sebagai "perdana menteri terbaik India". Kekaguman itu secara prinsip didasarkan pada prestasinya saat perang tahun 1971, satu perbedaan mencolok dengan kegagalam kepemimpinan ayahnya saat terjadi perang perbatasan dengan Cina tahun 1962. Tak puas Sebagian kalangan mengaguminya karena dia mengidentifikasikan diri sebagai warga India secara keseluruhan (meski lahir dan memiliki latar belakang keluarga asal utara dia memiliki kecintaan khusus dengan India bagian selatan). Kaum sosialis bersimpati dengan pernyataannya yang pro kaum miskin.
Di lain pihak masih banyak warga India yang tidak puas dengan peninggalan Gandhi itu. Mereka menunjuk pada kecenderungannya untuk bersikap otoriter, yang semakin menjadi setelah tahun kejayaannya: 1971. Saat itu dia meminta satu "birokrasi yang berkomitmen" dan "sistem hukum yang berkomitmen", untuk memastikan badan-badan yang sebelumnya memiliki otonomi sendiri menjadi bahan garapan para politisi yang berkuasa. Tahun 1974, politisi sekutu Gandhi yang dihormati Jayaprakash Narayan, meluncurkan gerakan nasional memerangi korupsi di pemerintahan. Bulan Juni 1975 Pengadilan Tingi Allahabad menyatakan perdana menteri bersalah karena melakukan pelanggaran pemilihan umum. Tanggapan Indira Gandhi terhadap dua masalah ini, politik dan hukum, adalah menyatakan keadaan darurat, mensensor media serta memenjarakan ratusan politisi oposisi. Keadaan darurat berlangsung hingga bulan Januari 1977. Dalam pemilu bulan Maret, partai Kongres dikalahkan partai Janata yang merupakan koalisi empat partai yang sebelumnya tidak terkenal. Akan tetapi, pemerintah baru ini hanya bertahan tiga tahun dan tersingkir karena pertentangan di dalam koalisi itu sendiri. Tahun 1980 Indira Gandhi dan Partai Congress kembali berkuasa dengan menjual slogan "stabilitas". Masalah dibiarkan Dua tahun masa jabatan keempat Indira Gandhi ini berlangsung tanpa ada satu peristiwa besar, namun kemudian dia menghadapi rasa tidak puas di negara bagian Andhra Pradesh, gerakan memisahkan diri di wilayah timur laut dan aksi pemberontakan di Punjab.
Saat itu dilaporkan bahwa perdana menteri memang sengaja membiarkan masalah di Punjab, sehingga saat pemilu diadakan tahun 1985 dia bisa membuktikan diri sebagai seorang tokoh yang bisa mengatasi anarki di India. Bulan Juni 1984 dia memerintahkan tentara menyerbu Kuil Emas tempat persembunyian sekelompok ekstrimis Sikh. Mereka tewas dalam serangan itu, namun aksi penyerbuan ini juga menyebabkan gedung paling suci kedua di kompleks itu hancur. Lima bulan kemudian, dua pengawal perdana menteri suku Sikh menembak Gandhi sebagai aksi balas dendam. Saat melihat Taj Mahal Aldous Huxley mengatakan: "Saya melihat batu marmer menutupi dosa-dosa besar". Penilaian ini bisa berlaku pada Indira Gandhi. Hanya karena dia meninggal sebagai seorang martir - dan setelah berulang kali menolak nasehat untuk mengganti staf suku Sikh - evaluasi terhadap Indira Gandhi setelah itu sering kali melupakan atau tidak menyentuh berbagai kesealahannya. Bahwa dia memang seorang patrioat adalah fakta yang tidak diragukan; dan dia memimpin India dengan baik saat krisis pengungsi tahun 1971 (ketika itu sembilan juta warga Paksitan Timur pindah ke India) dan juga perang yang kemudian terjadi. Namun, pakar sejarah juga wajib mencatat kegagalannya. Yang utama adalah penganiayaan institusi pemerintah. Saat Nehru berkuasa, birokrasi dan sistem yudisial terlindungi dari campur tangan politik; penerimaan, penempatan dan promosi pegawai didasarkan pada kerajinan dan kompetensi. Tradisi yang merusak Indira Gandhi memperkenalkan tradisi yang sama sekali berbeda (dan sangat merusak), dimana menteri, menteri utama negara bagian dan perdana menteri memutuskan penempatan pegawai negeri berdasarkan kekeluargaan atau kesetiaan.
Salah satu institusi yang rusak akibat tradisi ini adalah partai Kongres Nasional India. Di jaman Nehru, partai ini merupakan partai yang ter-desentralisasi dan demokratis, dimana komite distrik dan negara bagian dipilih lewat pemilihan internal partai. Seorang menteri utama negara bagian dipilih oleh anggota dewan negara bagian, dan saat berkuasa Indira Gandhi berusaha tanpa henti untuk membuat partai Kongres sebagai kepanjangan tangannya. Pemilihan internal partai dihapus dan menteri utama negara bagian dipilih oleh dirinya sendiri. Dan ini tidak berhenti di situ. Sejak Indira Gandhi sadar dia tidak akan terus hidup, dan sejak tidak tidak bisa mempercayai orang yang tidak memiliki hubungan keluarga, dia membawa kedua puteranya ke dalam politik. Keluarga politik Dari tahun 1976 Sanjay Gandhi bekerja dengan ibunya, dan dia diperkirakan akan menggantikan Indria jika sudah berhenti dari dunia politik atau meninggal. Ketika Sanjay meninggal dengan tiba-tiba tahun 1980, kakaknya Rajiv ditarik ke dunia politik dengan tujuan yang sama. Kritik ini tidak hanya dilancarkan sekarang, tetapi juga saat dia masih berkuasa. Kebijakan ekonomi Indira Gandhi juga mendapat kritik tajam.
Di akhir tahun 1960 an, India berhasil memiliki satu kapasitas industri dan basis teknologi lewat pertumbuhan ekonomi yang ditopang oleh pasar dalam negeri. Pakar ekonomi terkenal seperti Jagdish Bhagwati mendesak agar sistem lisensi industri dicabut dan perdagangan internasional diperkenalkan. Akan tetapi Indira Gandhi malah semakin meningkatkan cengkraman pemerintah terhadap perekonomian, bukannya membebaskannya dari kendali pemerintah. Dan langkah ini menyebabkan korupsi dan ekonomi yang tidak efisien. Meski akhirnya perekonomian dibebaskan tahun 1991, India kehilangan kesempatan selama dua dekade akibat ajaran ideologi dan kepentingan pribadi. Seorang patriot yang hebat, namun demokrat yang cacat - demikian sejarah harus mengingat Indira Gandhi, perdana menteri India dari tahun 1966 hingga 1977 dan kemudian dari tahun 1980 hingga 1984. | |||||||||||||||||||
Tempatku Belajar Menuangkan Ide, Merangkai kata dan Peristiwa menjadi sebuah cerita.
Sabtu, 06 November 2010
Indira Gandhi: patriot otoriter
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar