Hari-hari terus berjalan dengan konstannya. Perlahan namun pasti Xixi terbiasa dengan keadaan dirinya sekarang. Setelah kasus perselingkuhan Ferdy yang terbongkar di pagi buta tersebut, Xixi langsung kembali ke kehidupannya. Berlari dari satu pelukan lelaki jalang ke lelaki hidung belang lainnya. Hampir bisa dikatakan tak ada lagi tempat untuknya bersedih mengenang pengkhianatan tersebut.
Yang sedikit berbeda hanyalah kini dirinya menjalankan semuanya sendirian. Mulai dari mencari laki-laki penikmat kehangatan yang dia tawarkan, Menentukan lokasi pertemuan dan transaksi juga dihandlenya sendiri. Namun itu semua tak membuatnya berkeinginan untuk kembali ke pelukan lelaki yang telah memanfaatkan dirinya untuk memenuhi kebutuhannya sendiri.
Tiap kali terlintas nama dan wajah Ferdy di benaknya, Xixi langsung merasakan kebencian yang membuncah. Kebencian yang semakin lama semakin membesar. Kebencian tersebut jika terus diperturutkannya, pasti akan membuatnya terlelap dalam dendam kesumat yang tak berakhir. Demi melupakan wajah dan nama Ferdy, Xixi berusaha memperoleh order lebih banyak. Tapi jika lagi sepi, Xixi lebih memilih menikmati sesloki demi sesloki minuman-minuman beralkohol yang telah terbiasa membasahi tenggorokannya.
Hari demi hari terus berlalu. Seiring makin samarnya wajah Ferdy dari ingatannya, semakin berkibarlah nama Xixi sebagai salah satu nama wanita panggilan berkelas di kota Surabaya. Hal itu tak lepas dari wajahnya yang tak kalah dibandingkan dengan wajah-wajah artis dan foto model ngetop ibukota. Bukan itu saja yang membuat namanya berkibar, keahlian dia dalam memuaskan laki-laki yang membayarnya membuat namanya tak tertandingi sebegai wanita panggilan terbaik di kota tersebut.
Melambungnya nama Xixi juga tak terlepas dari jaringan pemakai jasanya. Jika sewaktu masih dibawah kendali Ferdy, Xixi hanya mau menemani laki-laki hidung belang keliling ke seputaran kota-kota di jawa timur, Kini Xixi tak keberatan untuk menemani para lelaki hidung belang tersebut sampai ke luar pulau bahkan juga ke luar negeri. Hal ini tentu saja mengerek biaya booking untuknya. Dan tentu saja namanya sudah dikenal beberapa agen penyedia wanita-wanita panggilan kelas atas.
Hari ini, genap setahun enam bulan dirinya terlepas dari cengkeraman tangan Ferdy. Hari ini pula dia genap 2 tahun menekuni profesinya sebagai wanita panggilan. Dengan bantuan seorang agen dari Jakarta, Xixi mendapatkan order untuk menemani seorang produser executive sebuah rumah produksi terbesar di Indonesia. Lelaki tambun berkulit agak kecoklatan dengan hidung mancung melengkung seperti burung betet minta ditemaninya selama 2 hari meeting dengan rekanannya yang berasal dari Amerika. Meeting yang diadakan di sebuah hotel berbintang di Bali tersebut hendak membahas rencana produksi sebuah film laga.
Setelah tiba di bandara Ngurah Rai Bali, Xixi yang datang dengan balutan blazer hitam dan rok selutut dengan warna senada tersebut segera menuju hotel yang disebutkan sang agen. Di hotel yang baru di bangun dan terletak di bibir pantai Kuta tersebut, Xixi akan menginap satu kamar dengan lelaki pemesannya. Mereka menempati sebuah kamar suite dengan panorama menghadap pantai Kuta yang eksotis dengan pemandangannya.
Setibanya di hotel yang dituju, ternyata Xixi sudah ditunggu lelaki tersebut di lobi hotel. Begitu melihat Xixi yang anggun berjalan layaknya peragawati, lelaki tersebut terkesiap takjub. Apalagi saat matanya melihat paha putih mulus Xixi yang tersembul dari belahan roknya, makin terksiap saja mata jalang lelaki tersebut. Lelaki tersebut benar-benar tidak menyangka jika wanita berusia mendekati 23 tahun tersebut ternyata lebih cantik dibanding foto yang sang agen tunjukkan kepadanya.
" Selamat siang pak Daniel " sapa Xixi dengan suara lemah lembutnya.
" Selamat siang. " jawab pak Daniel dengan mata tak berkedip. Matanya terus memandangi wajah Xixi. Sorot mata itu terus nakal memandang setiap lekuku tubuh Xixi. Matanya sempat terhenti, saat melihat bagian dada Xixi yang padat berisi sedikit tersembul dari balik bajunya.
" Maaf pak, jangan memandangi Xixi seperti itu pak. Tak enak dilihat banyak orang di sini" kata Xixi menyadari jika mata lelaki bernama Daniel tersebut serasa hendak menguluti setiap helai pakaian yang dikenakannya.
" Ehhhh iya. maaf. " kata pak Daniel yang berusia sekitar 40 tahunan tersebut tergagap. " Kamu sudah makan siang belum Xi? Kalau belum kita makan dulu saja" lanjut pak Daniel.
" Kebetulan belum pak. Tapi kalau kita makan sekarang apa tidak mengganggu jadwal meeting bapak dengan klien bapak? " tanya Xixi sambil membungkuk mengambil tas tangannya yang terjatuh dari meja. Pak Daniel tak menyia-nyiakan kesempatan itu, dengan sigap dia berpura-pura hendak mengambil tas tangan Xixi yang terjatuh tersebut. Saat itulah secara tak sengaja hidung pak Daniel mencium aroma tubuh Xixi yang wangi. Sejenak pikiran nakal lelaki keturunan India-Jawa tersebut melayang-layang.
" Maaf pak. Mana tas saya" tanya Xixi meminta tas tangan yang kini ada digenggaman tangan lelaki seumuran pamannya tersebut.
" Eehhh i.... ini tasmu Xi. Ayo ikut aku makan di luar hotel. Kebetulan meetingku nanti jam 6 sore. Masih ada waktu 5 jam lebih untuk kita berjalan-jalan. " jawab pak Daniel.
Setelah meminta room boy untuk mengantar kopernya ke kamar yang ditempati pak Daniel, Xixi dan pak Daniel melangkah meninggalkan hotel tersebut. Pak Daniel yang melihat Xixi mengikutinya dari belakang, segera menarik tangannya untuk berjalan beriringan dengan dirinya. Dengan mengendarai sebuah taxi, mereka menuju restoran favoritnya setiap berkunjung ke Bali. Restoran Seafood tersebut menyediakan aneka olahan ikan laut. Namun menu favorit pak Daniel adalah sup sirip ikan Hiu.
" Xi dengan kelebihan fisik yang kamu miliki, sebenarnya kamu punya potensi untuk menjadi aktris ataupun juga penyanyi. " kata pak Daniel beberapa saat setelah mereka duduk di kursi restoran tersebut.
" Hahahaha bapak gak usah memberi saya pujian seperti itu pak. Yang bisa saya lakukan hanyalah sekedar bernyanyi untuk menghibur diri pak." jawab Xixi dengan sorot mata lurus memperhatikan bunga-bunga beraneka warna betebaran di halaman restoran tersebut.
" Aku gak memujimu Xi. Seseorang yang merekomnedasikan aku untuk memakai jasamu memberiku rekaman waktu kalian karaoke bareng di Surabaya." potong pak Daniel.
" Ah itu kebetulan saja pak. Kalau pas lagi bagus yang bagus, kalau pas lagi ancur ya ancur deh suara saya." kata Xixi merendah. Wajah putihnya sedikit memerah mendengar kata-kata pak Daniel tadi.
lemaricinta.blogspot.com |
" Hahahaha benar kata temanku tersebut. Kamu orangnya suka merendah. Kamu tinggal dipoles sedikit olah vokalnya, setelah itu dijamin kamu akan mengalahkan kemampuan vokal penyanyi-penyanyi karbitan yang sekarang lagi menguasai pasar musik dengan lipsinc mereka. Percaya padaku Xi" pak Daniel mencoba meyakinkan Xixi. Sorot matanya terus memandang ke wajah Xixi. Sementara Xixi terus memperhatikan satu persatu bungan yang bermekaran di halaman restoran tersebut.
Obrolan mereka terus berlanjut. Obrolan seputar tentang cerita teman-teman pak Daniel yang pernah ditemani Xixi sewaktu ke Surabaya. Dan dengan usaha yang gigih, pak Daniel terus membujuk Xixi agar mau menjadi penyanyi ataupun aktris di Jakarta nanti. Perlahan namun pasti, Xixi tertarik dengan tawaran tersebut. Apalagi setelah pak Daniel memberinya kebebasan untuk tetap tinggal di Surabaya, meski nantinya telah menjadi artis besar.
Tanpa mereka sadari, obrolan sambil makan tersebut telah berlangsung hampir 1 jam. Ketika jarum jam menunjukkan pukul 3 sore, mereka berdua sepakat untuk kembali ke hotel dan beristirahat. Mereka berdua telah bersepakat untuk melanjutkan obrolannya nanti sesampainya di hotel dan sesudah meeting dengan seorang bule dari Amerika bernama Bruce Wheldon yang akan menjadi sutradara untuk film yang akan dibuat oleh pak Daniel.
Denpasar, 03112011.0313
Masopu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar