Cinta untuk Wintha

31 juli 2010

Hari sudah beranjak malam. Gemintang genit menyapu birunya langit. Kerdipannya begitu menggoda mata tuk terus bertahan menatapnya di kejauhan sana. Sudah hampir 30 menit aku terpaku di sini. Menatap hampa dengan sejuta tanya yang masih mengambang.

” Hi Ar, maaf telat. Jalanan tadi macet. dah lama kamu di sini? ” Sapa sebuah suara yang begitu aku kenal.
Aku belum sempat menjawab saat sosok yang aku nanti itu menghenyakkan pantatnya di pasir pantai  tepat di sampingku. ” Akhirnya kau datang juga” gumamku dalam hati.

” Enggak kok Win. Baru sekitar 15 menitan.” Jawabku.


” Apa yang mau kita bicarakan sih Ar? Wintha gak ngerti nih? ” Tanyamu

Aku tersentak. Aku tak menyangka jika dia gak ingin berbasa-basi dulu. Kembali ragu itu menyapaku. Siapkah aku untuk menerima kemungkinan terburuk untuk menyatakannya. Benarkah dia merasakan hal yang sama denganku?. Ah kenapa ragu itu masih menghantuiku. Aku harus bisa menyatakannya sekarang.

” Ar… Kok diam saja sih? Wintha bingung nih? “

Kembali aku termenung. Kucoba mengumpulkan sisa keberanianku. Begini ini ya pengalaman pertama menembak cewek. Bathinku menggerutu.

” Wintha aku cinta kamu ” Tiba-tiba saja kata itu meluncur dari bibirku.

” What’s?……..” Pekiknya.

” Yups aku cinta kamu Win. Dan aku ingin jadi pacarmu.” Jawabku meyakinkanmu.

” Kenapa baru sekarang kamu mengatakannya Ar? ”

” Aku ragu Win, Aku takut. kamu menolakku kah?” Tanyaku setengah bingung.

” Gak Ar. Aku dah lama ingin mendengarnya, Karena aku juga cinta kamu.”

” Benar nih? ” Tanyaku tak percaya.

” Iya Ar.”

Malam terus merangsek jauh. Udara dingin dan kerlingan gemintang di langit menjadi saksi keakraban itu. Deru ombak yang bersinggungan dengan kibasan bayu membuat malam itu terasa semakin syahdu.
Waktu terus beranjak menjauh. Tiada terasa sudah hampir 3 jam aku dan Wintha duduk menikmatinya. Saat sepi semakin kami rasakan, aku mengajak Wintha untuk pulang. Aku antarkan dia sampai di depan pintu rumahnya yang begitu asri di pinggiran kota.

—–

2 Januari 2011

Aku terhenyak. Bunyi hp-ku berdering terus sejak tadi. Segera kuangkat hp-ku.

” Met pagi “

” Nak Arya segera ke rumah sakit ya. Wintha kecelakaan sejam yang lalu nak.” Kata suara di seberang dengan nada buru-buru.

” Yang benar bu? ” Tanyaku meyakinkan.

” Iya nak. Ibu sedang menunggu proses operasinya sekarang. sudah ya, kamu harus cepat ke rumah sakit kasih ibu.”

” Ok Bu “

Segera aku bergerak ke RS yang ibunya Wintha sebutkan. Tak sampai 30 menit aku sudah sampai tujuan. Aku melihat bunda Rita duduk terpaku ditemani oleh suaminya.

Setelah aku memberi salam dan mencium tangan kedua orang tuanya Wintha, aku segera bertanya kronologis kejadiannya. Dengan runut mereka bercerita semuanya. Mulai dari kejadian sampai operasi yang baru saja Wintha jalani. Aku terdiam. Harap dan Cemas menyapa. Lidahku keluh tak mampu bicara.

————-

Januari 27 januari 2011

” Met Pagi Winthaku sayang.” Sapaku sabil mencium tanganmu.

” Met pagi Arya Cintaku ” jawabnya dengan senyuman yang masih manis seperti sebelum terjadi kecelakaan.

” Sayang kita jalan-jalan pakai kursi roda ya. Aku ingin mengajakmu menikmati sejuknya udara pagi ini. Sekalian menikmati merdu kicauan sang penguasa pagi yang.” Kataku sambil mendorong kursi roda ke dekat pembaringannya.

Segera kamu mencoba pindah ke kursi roda tersebut. Aku membantumu dengan sabar pindah ke kursi roda tersebut. Tak lama berselang kamu sudah duduk nyaman di atas kursi roda tersebut. Kerudung biru kesayanganmu segera aku pasangkan untuk menutupi rambutmu yang pagi itu tergerai. Tak lama aku mendorong kursi tersebut menyusuri koridor rumah sakit tersebut.

” Cintaku boleh aku nanya sesuatu kepadamu? ” tanyamu membuka percakapan kita di koridor RS.

” Boleh dong sayang. emang ada apa sih? “

” Cintaku, aku ragu untuk terus mendampingimu. dengan kondisiku saat ini hampir mustahil aku bisa kembali normal. ” Katamu pelan.

” Janganlah kau meragu sayang. Aku kan tetap mencintaimu. Apapun adanya dirimu. Dengar ya puisi ini spontanitas aku buat untukmu. “

Cinta

Bukanlah rupa

Bukan pula tahta

Cinta

Adalah tautan jiwa

Apa adanya

Tanpa syarat

Ku tautkan rasa

Ku pujakan kata

Apa adanya

Karena ku cinta

” Kau tidak sedang menghiburku kan Cin? ” tanyamu masih meragu.

” Tidak sayangku. Apapun yang terjadi denganmu, aku tetap cinta kamu. Aku sudah bicara dengan ibu-bapakmu. Nati sekeluarnya dari rumah sakit, aku ingin menikahimu. “

” Tapi kemungkinan aku pulih seperti semula kecil sayang. Aku paling hanya bisa jalan dengan bantuan tongkat penyanggah nantinya. Tidak malukah kau dengan kecacatanku? ” Tanyamu

” Tidak sayang. aku tak akan malu dengan keadaanmu. Sudah ah ayo kita nikmati pemandangan di sayap kiri rumah sakit ini Yang. Kita bisa melihat indahnya pemandangan bukit di samping RS ini yang.” Kataku sambil mendorong kursi rodamu kembali.

———–

5 mei 2011

Seperti yang telah aku janjikan kepada Wintha, hari ini aku datang bersama ibu-bapakku. Dengan restu keduanya aku semakin mantab untuk membicarakan kelanjutan jalinan rasaku dengan cintaku Wintha. setelah lama mengobrol sekedar berbasa-basi akhirnya bapak-ibu menyampaikan maksud kedatangan kami ke rumah orang tua Wintha.

Melalui beberapa kali penjelasan, akhirnya bapak-ibu Wintha menyetujui permintaan orang tuaku untuk menikahkan aku dan Wintha. Beberapa kali pertanyaan orang tua Wintha menghampiriku. Bukan untuk melemahkanku, hanya untuk meyakinkanku keadaan Wintha yang sekarang. Sementara Wintha hanya duduk di sebelah ibu-bapaknya dengan mata yang berkaca-kaca. Sesekali tangan kanannta memegang tongkat penyanggahnya yang tersandar di sampingnya.

Tiba-tiba Wintha berkata pelan, bait-bait kata yang mencoba meyakinkan aku dan dirimu tentang rasa ini.

Ingatkah janjimu tempo hari

Di bangsal putih berbau anyir darah dan obat nan sunyi

Kau genggam tanganku

Luruhkanku dengan janjimu

Bahwa aku wanitamu

Tapi…

Ragu ini semakin menjadi

Setelah apa yang ku alami

Masih hangatkah janji itu sayangku

kenapa aku masih meragui janjimu.

Aku tidak sempurna untukmu

Aku malu

Aku pun menoba meyakinkan Wintha tentang rasaku kepadanya.

Janjiku tak berubah sayang

Kan membara untukmu seorang

Tiada pernah kuingin bagikan

Meski ragamu tiada sesempurna yang terbayangkan

Tak kan lari ku darimu

Kuingin selalu bersisian denganmu

Menggamitmu dengan selaksa rasa yang kupuja

Menemanimu dengan baris puisi yang kucipta

Kuingin mendekapmu kala dingin menyapa

Menaungimu dari panas yang menerpa

Hingga waktu memisahkan kita

” terima kasih sayang atas Cintamu ” Jawabmu sambil menyeka air matamu.

” Aku tetap mencintamu seperti saat kuucap pertama kali sayang ” Jawabku menggapai tanganmu

Setelah pembicaraan dianggap cukup dan selesai, segera ibu-bapakku pamit. 2 bulan dari hari ini aku akan resmi menikahi Wintha kekasihku.

—————

Denpasar, 09052011.1512

Note : Inpspirasi dari inbokan IIN AIY AIY di FB