Hari telah beranjak sore. Matahari pun telah menggelinding ke sisi barat. Sementara bayanganpun semakin memanjang, mencoba bersembunyi dari tatapan nanar matahari. Di ruang putih itu Ratna masih terus terpaku menatapi sesosok tubuh yang telah diam membisu. Bisu dalam bungkusan tubuh yang membiru. Bermandi dengan warna merah di beberapa bagian tubuhnya yang telah bercerai-berai.
Isak tangis Ratna begitu menyayat hati. Buliran kristal yang menghiasi pipi pualamnya gambarkan kesedihannya yang begitu nyata. Sesekali jilbab biru yang menggantung menutupi ujung rambut sampai dada digunakan untuk menyeka tetesan air matanya yang deras mengalir. Sementara tangan kanannya masih memegang sepucuk kertas biru yang telah kumal.
To Ratna
Assalamualaikum wr. wb.
Na maafin aku. Jalan kita kini telah beda. Kurelakan kau melangkah dengan yakinmu. Begitupun aku, relakanlah aku pergi dengan yakinku.
Cinta yang begitu indah itu telah memanggilku. Bukan cinta seperti cintaku padamu yang membuatku memutuskan hal ini. Cintaku pada_NYA yang telah memisahkan kita.
Aku tahu hatiku masih mencintamu. Begitupun hatimu masihlah untukku. Tapi kini aku harus memilih Na. Dan keputusanku telah bulat untuk memilihnya.
Relakan aku. Biarkan aku berbulan madu dengannya. Carilah yang terbaik untukmu. Aku rela Na
Wassalam. wr. wb
Arya
kembali mata Ratna tertuju ke tulisan Arya kekasihnya. Surat yang sebulan lalu diberikannya kepada Ratna sehari sebelum Arya menghilang tanpa kabar. Dan kabar kematiannya sebagai pelaku bom bunuh diri kemarin telah memukul hati dan perasaan Ratna. Meski akhirnya Ratna tetap berusaha tegar untuk menghantar orang tua Arya mengambil jasadnya.
++++++++++++
6 Bulan sebelumnya
Ratna termangu. Kembali bimbang hati menyapanya. Baru tadi sore Arya memberi tahu jika dia akan menyusup masuk ke dalam suatu kelompok yang selama ini terkesan eksklusif. Menurut beberapa orang temannya, kelompok tersebut ingin mendirikan suatu negara sendiri.
“ Na aku hanya minta do’amu dan kepercayaanmu. Yakinlah aku pasti bisa menjaga diriku Na. Selama ini kan kita selalu bersama belajar untuk memperbaiki diri. Dan keputusanku untuk melakukan investigasi tentang gerakan ini murni untuk sekedar tahu saja dan mencari berita untuk majalah kampus kita Na” Kembali kata-kata Arya terngiang di telinga Ratna.
Arya dan Ratna baru 6 bulan berpacaran. Dalam tempo yang terhitung singkat tersebut, Ratna tahu siapa Arya sesungguhnya. Dia hanya mahasiswa cerdas, tapi pengetahuan agamanya minim. Dan yang sering bikin Ratna ngeri adalah kebiasaan Arya yang mudah terpengaruh oleh hal yang baru dipelajarinya.
Sekarang saat Arya ingin melakukan investigasi tentang NII, terus terang kekhwatirannya muncul kembali. Bagaimanapun dia tahu jika orang yang sudah masuk gerakan ini cenderung tercuci otaknya. Dan Ratna takut hal itu terjadi pada Arya.
+++++++++++++
5 Bulan sebelumnya
“ Dengan ini saya menyatakan kerelaan hati untuk bergabung dalam perjuangan ini. Akan saya serahkan seluruh harta dan hidup saya untuk tegaknya cita-cita pergerakan ini” Sumpah Arya saat pembacaan baiat untuk masuk ke organisasi tersebut.
“ Kamu sudah tahu bahwa dengan bergabungnya kamu kepada gerakan ini, berarti kamu harus meninggalkan duniamu sebelumnya. Termasuk keluarga, pacar dan teman yang tidak sejalan dengan ideologi perjuangan kita. Apakah kamu siap Arya? “ Tanya seorang petinggi gerakan yang membawahi daerah sekitaran kampus tempat Arya kuliah.
“ Saya mengerti” Arya menjawab mantab.
“ Ok jika begitu. Berarti mulai sekarang kamu harus aktif terlibat dalam semua kegiatan yang kita adakan. Mulai perekrutan kader, pendidikan kader serta semua kegiatan yang telah kita susun. Termasuk juga upaya kita mengumpulkan dana dan juga ekskusi untuk rencana kegiatan kita. Apakah kamu siap?”
“ Saya siap “
++++
3 Bulan Sebelumnya
Ratna duduk termangu di teras rumahnya. Sejak pulang kuliah tadi sore dia termangu. Kembali wajah Arya menari dalam bingkai ingatannya. Entah sudah berapa lama dia tidak lagi bersua dengan Arya. Sejak keputusan Arya untuk melakukan investigasi tentang Pergerakan bawah tanah tersebut, mereka semakin jarang bertemu. Saat bertemu pun, keakraban mereka sebagai seorang kekasih telah luntur. Arya telah jauh berubah.
“Arya apa yang terjadi pada dirimu? Kenapa kau sekarang nampak asing di mataku? Apakah dirimu telah terpengaruh mereka? Hingga kau anggap aku seperti najis di matamu? Yang harus kau hindari?” beragam tanya dalam benak Ratna menyapa silih berganti.
Kembali kenangan itu berlabuh di benak Ratna. Saat indah kebersamaan meraka. Saat di mana mereka saling bertukar pikiran. Saat mana saling berargumen. Semua tak pernah Ratna rasakan lagi sekarang. Arya telah berubah drastis. Wajahnya sekarang terlihat semakin tirus dengan garis dagu yang menonjol. Ratna tak mampu lagi memikirkannya.
++++++++++
1 Bulan sebelumnya
Seperti yang telah Arya sampaikan lewat seorang teman dekatnya, hari ini Arya dan Ratna akan bertemu di taman dekat kampus mereka sepulang kuliah. Sore itu Ratna duduk menanti di depan serambi masjid yang terletak di sudut taman. Tempat itu biasa mereka gunakan untuk berdiskusi banyak hal, mulai masalah di kampus sampai beberapa hal penting mengenai ajaran agama yang kebetulan Arya kurang tahu. Dengan telaten dulu Ratna selalu mengajari Arya.
Waktu bergulir terasa sangat lama. Detak jarum jam tangan mungil Ratna begitu keras terasa, bersaing dengan detak jantungnya yang semakin kencang. Entahlah debar apa yang Ratna rasakan, yang jelas kali ini terasa beda dari dulu saat sebelum Arya terlibat kegiatan gerakan tersebut.
Sudah berulang kali Ratna berusaha menyadarkan Arya. Namun tak pernah bisa. Tujuan awal untuk Investigasi, ternyata malah menjerumuskan Arya ke dalam kelompok ini. Semakin hari keadaan semakin memburuk Setiap mereka bertemu, di situ pula pertengkaran kerap terjadi. Tak jarang Ratna harus merelakan dirinya dihardik sebagai golongan Kafir. Entah sudah berapa kali Arya mengatakan hal itu.
“ Na aku mengajak ketemu hanya untuk menyerahkan surat ini. Aku dah muak dengan pertengkaran kita. Mulai kini kita tak akan bertemu lagi.” Kata Arya menyodorkan sepucuk surat bersampul biru yang mengagetkan Ratna yang sedang termenung.
“ Apa ni Ar? “
“ Tak perlu banyak tanya lagi. Sekarang aku harus pergi “ Jawab Arya dengan mimik dinginnya.
Ratna hanya termangu melihat Arya pergi begitu saja setelah menyerahkan surat itu.
++++++++
2 Hari sebelumnya
Sore itu Ratna nampak gelisah. Saat kuliah tadi pagi, Ratna mendengar adanya berita peledakan bom bunuh diri di sebuah diskotek. Pelaku meledakkan bom yang dililitkan ditubuhnya saat pengunjung ramai berdesakan menikmati dentuman house music yang begitu menggema semalam. Tercatat puluhan orang terluka parah akibat ledakan bom tersebut. Sementara pelaku dan 11 orang lainnya meninggal dalam ledakan yang terjadi pas malam pergantian hari tersebut.
Beberapa kali Ratna terpaku memandang layar telivisi 21 inchi di depannya. Hampir setiap jam update laopran peristiwa tersebut. Hal itu membuat Ratna semakin gelisah. Entah mengapa pikirannya selalu teringat kepada Arya.
Hatinya makin dag-dig-dug saat breaking news di chanel berita memberitakan jika polisi telah berhasil mengidentifikasi identitas pelaku bom bunuh diri. Mata Ratna berkaca-kaca saat pembaca berita menyebut nama DIMAS ARYA sebagai pelaku. Dengan ciri-ciri yang sesuai dengan ciri Arya, Ratna semakin yakin dengan berita tersebut.
“ Nak Ratna, Ibu dapat kabar Arya terlibat pemboman bunuh diri. Temani ibu dan bapak besok untuk melihat jasad pelaku di RS ya.” Bunyi sms yang baru saja Ratna terima dari Ibunda Arya.
———-
Penulis : NO: 10 Agung Hariyadi + Rianty Indah Ayuri
NB : Untuk membaca hasil karya para peserta Malam Prosa Kolaborasi yang lain maka dipersilahkan berkunjung ke sini : Hasil Karya Malam Prosa Kolaborasi.
Wah, ini hasil kolaborasi yo?
BalasHapusEh, jangan ke blogku dulu, blogku masih ancur hehehehe...
Ini pengalaman siapa atau ngubek beritanya di mana? :D
Bukan pengalaman siapa-siapa mbak Anazkia
BalasHapushanya berdasar berita yang ada, diolah jadi begini mbak.
salam