Sabtu, 13 Agustus 2011

( FSC ) Mata Air Untuk Galuh Eka

Teruntuk Galuh Eka
Dalam buai sajak kerinduan

Galuh...........
Pertama kita berkenalan, aku merasa laksana tetes gerimis yang membasahi bumi yang terpanggang kemarau. Kering dan penuh kegersangan. Aku datang hanyalah ingin membasahi bumimu yang telah lama mengering, agar tak lagi pecah dalam derai kekeringan yang menggantang.
Kuingin menjaga kesucian cintaku seperti tetes air ini

Tapi............
Menemani putaran jarum jam yang berlari meninggalkan debu-debu menutupi arca-arca kenangan yang terpenggal masa, tetes-tetes gerimis itu meresapi pori-porimu yang mulai merekahkan harapan akan munculnya tunas baru. Tunas yang akan mengerami kuncup-kuncup bunga keindahan. Semerbak-mewangi. 

Galuh............
Meski Tetes-tetes airku yang sempat tercampur warna coklat yang meracuni, tapi kini telah tersucikan seiring makin dalamnya tetesku meresapi pori-porimu. Menyaringnya hingga murni seperti awal aku membasahi bumi.

Galuh............
Kini tetes-tetes air kita tersembul di satu titik impian. Memancar menjadi mata air yang terus
akan kita jaga dari kibasan racun yang menyilaukan dan melayukan apa saja yang kan dilewatinya. Hingga nanti samudera menantikannya di ujung muara.

Galuh............
Tetes air yang tersembul telah mengalir menjauh. Membelah hijaunya hutan yang bermahkota kiicauan beburungan. Menari dalam liukan batu-batu cadas yang setia menjaga kokohnya ngarai dari keruntuhan. Meneteskan bagian-bagian kecil tetesan kita tuk bersatu menari berlari menuju samudera hati..

Galuh.............
Semakin jauh kita menari menghindari hadangan bebatuan yang menghalangi kita menuju samudera hidup penuh tantangan. Semakin besar masa yang terbawa dalam langkah kita ini. Menyatu dari butir-butir kecil yang melambangkan kesucian. Melambangkan perjuangan kita menjaga rasa kita tetap suci. Menggapaimu dalam bingkai indahnya kesucian rasa yang bermahkota keikhlasan.

Galuh............
Biarkanlah tetes ini meresapi pori-pori. Menyelusup hingga ke relung jiwa kita yang terdalam, agar tersapih kegersangan yang sempat bertahta di sana. Agar tiada lagi terpanggang mati kumpulan bunga-bunga di taman jiwa kita. Biarkan mereka indah, berseri dan bersemi mewarnai hari-hari kita. Semerbak mewangi dalam tiap hembusan nafas kita, hingga sang pencipta berkehendak memanggil kita menghadapnya.

Galuh............
Bait-bait rinduku tiada seindah fatwa para pujangga. Tapi olah rasa terindahku akan selalu kupersembahkan untukmu. Bukan untuk memujamu, hanya untuk memuliakanmu dalam puja keikhlasan. Selamanya.

Denpasar, 13082011.0506

Masopu


Note : 


Kutulis untuk menyemarakkan Festival Surat Cinta Kompasiana.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...