Di piala AFF tahun ini Timnas Indonesia kembali masuk final untuk yang ke-4 kalinya sepanjang keikutsertaan tim ini di pentas sepakbola tertinggi di kawasan Asia Tenggara. Tahun ini Indonesia akan bertemu dengan Timnas Malaysia yang menembus final setelah mengalahkan juara bertahan kejuaraan ini sebelumnya. Mereka mengalahakn Vietnam dengan skor agregat 2-0 ( 2-0, o-o ).
Keberhasilan Timnas Indonesia tahun ini serasa lengkap dengan keberhasilan tim ini menjadi tim yang paling produktif selama turnamen dengan torehan 15 gol sekaligus sebagai tim dengan pertahanan terbaik sejauh ini dengan kebobolan hanya 2 gol. Selain itu kita juga patut berbangga, karena sejauh ini tim kita telah menempatkan seorang pemain yakni Cristian Gonzales sebagai top skor dengan koleksi 3 gol. Disusul oleh Bambang, Irfan Bachdim, Arief Suyono, M Ridwan, dan Firman utina dengan koleksi sama 2 gol.
Kebehasilan para pemain Timnas melangkah sampai final sejauh ini mungkin di luar ekspektasi kita sebagai insan bola tanah air yang sudah tahu bagaimana kualitas pemain kita selama ini. Sejauh yang kita tahu memang Timnas kita dihuni oleh banyak pemain dengan skill dan talenta yang cukup baik. Bahkan seorang Boaz Salosa beberapa tahun yang lalu skillnya sempat membuat pelatih tim yunior Barcelona menyatakan kekagumannya. Tapi selain bakat yang mumpuni tersebut, ada beberapa pemain Timnas dan kebanyakan pemain yang merumput di liga Indonesia terkendala oleh kedisiplinan. Mereka merasa dengan skill yang mereka miliki, mereka bisa bermain bagus terus menerus tanpa harus menjaga apalagi mengasahnya agar bisa lebih baik.
Kita tentu tidak bisa melupakan bagaimana nasib pemain-pemain top dunia yang hancur karena sikapnya yang tidak disiplin. Siapa yang tahu nama Ronadinho, mantan pemain terbaik dunia ini karirnya seakan mandeg begitu dia tidak bisa disiplin berlatih, menjaga kondisi tubuhnya. Hampir tiap malam dia keluyuran ke klub malam ataupun pesta minum. Perlahan tapi pasti karirnya mandeg karena hal itu. Di saat usianya baru menginjak 28 tahun dia sudah di depak dari tim Barcelona. Di Ac Milan dia kembali bermasalah dengan disiplin, sehingga jarang mendapatkan tempat di starting eleven tim. Padahal skill pemain ini merupakan salah satu yang terbaik, tapi karena kedisiplinannya yang buruk lama-lama skillnyapun tergerus oleh kondisi fisik yang kurang prima. Selain Ronaldinho ada Paul Gascoigne yang bermasalah dengan Alkohol, Maradona dengan Narkotika ataupu El Hadji Diouf dengan temperamennya. Padahal skill mereka jauh diatas pemain yang kita punya.
Sadar bahwa kelemahan para pemain timnas adalah masalah fisik, kedisiplinan dan beberapa masalah lainnya. Maka pelatih Timna Alfred Riedl sejak hari pertama menangani timnas mulai menerapkan skala prioritas untuk memperbaiki para pemain timnas. Untuk itu Riedl menganggap bahwa pemain timnas perlu diajari dan dididik tentang kedisiplinan baik itu di dalam maupun di luar lapangan. Setiap pemain di timnas dilarang untuk pergi dugem ataupun keluyuran di malam hari. setiap hari pemain harus istirahat minimal 8 jam sehari. Oleh karena itu Riedle menerapkan jam malam saat pemain menjalankan pemusatan latihan. Minimal jam 11 malam para pemain harus sudah tidur. Siang hari pun pemain harus tidur minimal 2 jam.
Untuk membiasakan para pemain disiplin, dia tidak segan-segan untuk menindak pemain yang melanggar peraturan yang dibuatnya dengan hukuman denda uang. Menurut beberapa sumber besarnya uang bervariasi. Ada yang mengatakan uang denda rp 50000,100000 bahkan 200000. Semua uang yang terkumpul dari hasil denda tersebut oleh Riedl disumbangkan untuk kegiatana sosial. Dengan diberlakukannya aturan ini, awalnya banyak pemain yang merasa berat menjalankannya. Tapi seiring berjalannya waktu, akhirnya mereka bisa mengerti dan menyadari bahwa itu semua untuk kebaiakn para pemain di masa yang akan datang.
Kedisiplinan yang diterpakan oleh riedl bukan hanya dalam urusan jam tidur, tapi juga dalam berbagai aspek keseharian para pemain timnas. Okto Maniani pemain termuda timnas asal Papua mengungkapkan bahwa riedl juga menerapkan kedisiplinan tersebut saat jam makan. Setiap pemain harus bersiap di tempat makan di waktu yang telah ditetapkan. tidak boleh terlambat. Begitupun saat berlatih, mereka harus datang tepat waktu, jika terlambat meraka akan dijatuhi denda. Denda yang berlaku adalah permenit. Menurut asisten pelatih Wolfgang Pikal, setiap satu menit keterlambatan maka pemain akan dikenai denda sebesar 50,000. Jadi bisa dibayangkan jika pemain terlambat lebih dari 5 menit silahkan dikalikan 50.000 denda yang harus didapatkannya.
Dengan disiplin dalam istirahat dan makan tersebut, kita bisa lihat selama pertandingan piala AFF tahun ini, terlihat sekali kondisi pemain kita yang jauh lebih fit dibanding masa-masa sebelumnya. Jika di masa lalu para pemain seringkali kalau kita lihat saat pertandingan memasuki kisaran menit 60-an terlihat lelah dan sudah kehabisan tenaga. Di piala AFF tahun ini mereka terlihat terus bermain spartan selama hampir 90 menit pertandingan. Saat bermain pun pemain kita tidak mudah terprovokasi untuk bermain kasar seperti ciri khas permainan timnas kita selama 20 tahun terakhir ini. Jadi dengan kondisi fisik yang baik, sangat mudah bagi para pemain untuk mengontrol permainan agar tetap enak dilihat, sekaligus menjaga emosi agar tidak mudah terprovokasi oleh tindakan kasar lawan.
Sampai sejauh ini hanya dua kali saya melihat para pemain kita agak terprovokasi saat bermain. Kebetulan kedua kejadian terjadi di leg kedua babak semifinal melawan Philipina. Kedua pemain yang terprovokasi adalah Ahmad Bustomi dan M. Ridwan. Dan buntut dari kelalaian mereka mengontrol emosi adalah diberikannya hukuman kartu kuning oleh sang wasit.
Selain kedisiplinan, Riedl selalu menjaga anak asuhnya untuk tidak selalu melayani ajakan wawancara yang dilakukan oleh media baik media elektronik maupun media cetak tanpa seijin dan sepengetahuan sang pelatih. Hal ini tentu untuk menjaga kondisi fisik dan konsentrasi pemain kita dari hal-hal yang bisa merusak mood mereka bertanding.
Masih ada juga sikap low profile sang pelatih saat menerima pujian ataupun sanjungan sangat berdampak juga terhadap pemainnya. Kita tentu masih ingat saat pers mengelu-elukan Cristian Gonzales saat menjadi man of the match 2 partai semifinal, dengan sikap rendah hati dia mengatakan itu adalah kerjasama tim dan dia tidak ada apa-apanya tanpa bantuan dari rekan-rekan di tim. Saat ditanya tentang peluang timnas mengalahkan Malaysia pun, hampir semua pemain timnas menyatakan jika mereka jauh lebih baik dibandingkan saat dikalahkan dengan skor 5-1 di penyisihan grup yang lalu.
Di dalam tubuh Timnas sekarang hampir bisa dikatakan tidak ada lagi pemain yang menjadi anak emas seperti yang lalu-lalu. Bagi Riedl tidak ada pemain bintang, jika dia bisa bermain bagus dalam tim dan membawa dampak yang baik untuk tim, maka tak segan-segan dia mempertahannkannya. Tapi jika dia tidak berdampak baik untuk timnas dan keberadaannya di timnas hanya merusak suasana tim yang sudah terjalin, maka tak segan-segan dia tuk mencoretnya. Itulah mengapa saat ini para pemain begitu terlihat kompak baik di dalam dan di luar lapangan. Tidak ada lagi pemain yang merasa dianak emaskan, pemain yang dititipkan oleh oknum PSSI. Semua berjuang untuk tim.
Semoga dengan metode kepelatihan yang sudah diterapkan dengan baik, Timnas mampu meraih kemenangan dan menjadi JUARA AFF tahun ini. Apapun yang terjadi salut untuk pelatih yang berani merubah kebiasaan pemain yang selama ini memang bermasalah dengan rendahnya kedisplinan. Dan juga mampu menaikkan kondisi fisik dan kerjasama tim ini dalam waktu yang relatif singkat.
Untuk pengurus PSSI apapun hasil yang diperoleh di piala AFF tahun ini, beri kepercayaan pelatih untuk terus menangani Timnas sampai beberapa tahun mendatang. Prestasi tidak dapat diraih hanya dalam waktu 1 atau dua tahun. Kita bisa mencontoh bagaimana Ferguson membangun kekuatan MU menjadi salah satu tim terbaik di dunia saat ini. Dia butuh waktu 5 tahun untuk meraih piala pertamanya dengan memanfaatkan pemain muda binaannya. Begitupun Riedl, dia butuh waktu untuk merubah kebiasaan pemain agar bisa berprestasi di masa yang akan datang. Ingat prestasi tidak ada yang instan. perlu waktu dan proses untuk mendapatkannya.
berikut biodata Alfred Riedl dan karir kepelatihannya
Nama: Alfred Riedl
Kelahiran: Vienna, Austria/2 November 1949 (60)
Tinggi: 184 cm
Posisi: striker
Profesi saat ini: Pelatih
Karier kepelatihan klub Alfred Riedl
1. Melatih klub asal Maroko, Olympique Khouribga pada tahun 1993-1994
2. Melatih klub asal Mesir Al-Zamalek tahun 1994-1995
3. Melatih Al Salmiya klub asal Kuwait tahun 2001-03
Karier kepelatihan Tim Nasional Alfred Riedl
Berikut daftar Kepelatihan Alfred Riedl mengawali karier sebagai pelatih
1. Austria pada tahun 1990-1992
2. Liechtenstein tahun 1997-1998
3. Palestina tahun 2004-05
4. Vietnam tahun (1998-2001, 2003-04, 2005-2007)
5. Laos (2009)
6. Indonesia 2010 sampai sekarang
Bravo sepakbola Indonesia
Jayalah Negeriku
SAY NO TO NURDIN HALID
Tidak ada komentar:
Posting Komentar