Senin, 16 Januari 2012

Cahaya Kasih Seorang Ayah

http://redsuitee.wordpress.com/2010/11/05/jadilah-pelita/
" Xi bapak turut prihatin atas semua yang kamu alami saat ini. Sejujurnya bapak tak mengharapkan hal ini menimpamu. Di sisi lain bapak juga merasa bersyukur atas semua yang kamu jalani. Dengan semua kejadian ini, Allah mengembalikanmu kepada kami. Bapak bersyukur kamu masih bisa diberi kesempatan bertaubat, meski harus dicambuk dulu untuk itu. " Pak Ismail terdiam sebentar. Sorot mata teduh lelaki paruh baya tersebut lurus memandang Xixi yang duduk terdiam di kursinya. Tak lama kemudian tangan kirinya mengambil gelas air putih yang ada di depannya. Diminumnya air tersebut perlahan. " Bagaimana dengan rencanamu untuk berobat ke rumah pak Haji Rahmat Xi? " tanyanya sesaat setelah menaruh gelas air minumnya.



" Rencananya besok pagi saya ke sana pak. " jawab Xixi singkat. 

" Bapak akan antar kamu ke sana. Sekalian bapak ingin bersilaturrahmi sama beliau. Sudah hampir 2 tahun bapak tidak pernah ke sana. " 

" Benarkah bapak akan mengantar Xixi ke sana? " tanya Xixi sambil mendongakkan kepala. " Apakah bapak tidak malu nantinya? "

" Malu? Untuk apa Xi? "

" Untuk semua kebodohan Xixi di masa lalu Pak.?"

" Xi kesalahanmu di masa lalu adalah benar suatu kebodohan. Tapi alangkah lebih bodohnya lagi jika kita dalam hal ini kamu dan bapak tidak bisa mengambil pelajaran dari sana. Kamu salah, bapak juga salah. Tapi jika kita terus terpaku dengan kesalahan di masa lalu dan meratapinya, kita tak akan pernah bisa memperbaiki kebodohan itu. Biarkan yang sudah terjadi. Mari kita tatap hari-hari yang akan datang. Kita siapkan diri agar tidak mengulangi lagi kesalahan itu. Karena hanya itulah yang bisa kita lakukan saat ini. " teduh kata-kata pak Ismail membanjiri setiap relung hati Xixi. Tak ada kata-kata pernghakiman di sana. Hanya sebuah kebijaksanaan yang tergambar.

" Xi semakin malu dengan Bapak, Ibu dan Almarhum mas Rizal. Xi telah membuang kotoran di rumah ini " sorot mata Xixi semakin dalam tenggelam. Wajahnya tertunduk dengan rasa sesal yang semakin membuncah. Andai dulu dia tekun kuliah. Andai dulu dia tak terjerumus dalam pergaulan bebas. Andai dia...... Dan andai-andai yang lain terus melintasi lingkaran-lingkaran otaknya yang dipenuhi rasa sesal.

" Xi kamu tak perlu malu. Ada andil bapak dan ibu atas semua kesalahanmu. Bapak-Ibumu ini telah lalai menjagamu. Kami hanya membekali dirimu dengan sedikit sekali ilmu agama. Kami tidak membekalimu dengan pemahaman dan pengamalan yang baik. Kami hanya mementingkan kelancaranmu dalam membaca Al-Qur'an tanpa pemahaman yang baik untuk bekalmu di kehidupan luar sana. Itulah sebabnya saat kamu terbentur suatu masalah dan tidak menemukan jawabnya di ajaran agama yang kami berikan, kamu ambil jalan pintas sesuai dengan nalarmu. " 

" Tidak pak. Bapak dan Ibu tidaklah salah. Xixi saja yang kurang belajar sehingga cukup puas dengan apa yang telah Xi tahu tentang ajaran agama. Padahal itu tak ada setetespun dari luasnya pengetahuan yang harus Xi pelajari. Jika........" 

" Xi sudah gak usah dibicarakan lagi kesalahan masa lalumu. Sekarang kamu siapkan dirimu untuk kehidupanmu selanjutnya. Masih banyak yang bisa kita lakukan, agar hidup lebih baik. Selain rencanamu berobat, apalagi yang akan kamu lakukan selama di sini? " 
http://riemetalui.wordpress.com/2010/11/02/hello-world/

" Xi ingin mendalami ilmu agama pak. Ya sambil menjalani proses pengobatan, Xi ingin belajar di pesantrennya Pak Kiai Muntoha pak. Tapi Xi ragu apa Kiai mau menerima? " jawan Xixi dengan nada penuh keraguan.
" Xixi gak usah ragu. Meski beliau sudah tahu apa yang kamu jalani dulu, insya Allah beliau mau menerimamu belajar di sana untuk beberapa saat lamanya. Yang penting kamu benar-benar berubah. " Pak Ismail menyemangati anaknya yang tersaput keraguan.
" Apa nanti tidak akan menimbulkan cibiran di mata warga sekitar pak? Jangan hanya karena kehadiran saya, nantinya pak Kiai dan pesantrennya malah tercemar? ' tanya Xixi meyakinkan bapaknya.

" Insya Allah tidak Xi. Jika selama ini orang menganggap orang yang bermasalah di masa lalu tak pantas belajar di sana, anggapan itu kurang tepat. Kalau memang ada yang mau bertobat, kenapa tidak diberi kesempatan? Apakah harus orang yang lurus-lurus saja yang belajar ke pesantren? Enggak kan? " tanya pak Ismail.

" Memang enggak sih pak. Tapi......" 

" Sudahlah kamu gak usah banyak berpikir seperti itu. Sekarang kamu percaya saja, di mana ada kemaun di situ ada jalan. Jangan banyak berpikir tentang segala kemungkinan ke depannya bagaimana? Yang penting kita berusaha. itu saja. " potong pak Ismail.

" Baik pak. " jawab Xixi.

Perbincangan pun akhirnya terhenti saat terdengar adzan dhuhur dari masjid di sebelah rumah. Bersama mereka berdua berjalan menuju masjid untuk sholat berjamaah. Warga sekitar yang melihat hal itu terus menatap langkah sepasang bapak dan anak tersebut. Ada tatap mata keprihatinan. Ada tatp mata bahagia melihat keduanya berjalan beriringan. Namun tak sedikit tatap mata mencibir kehadiran Xixi.

Xixi yang menyadari hal itu kikuk. Langkah kakinya yang tadi mantab, sekarang dipenuhin kebimbangan. Beberapa warga yang coba disapanya membalas sapaanya dengan lenguhan dan tatap mata sinis. Beruntung pas Ismail tanggap dan terus menyemangati sang anak agar tak sakit hati mendapati perlakuan itu.

Denpasar.16012012.0703

Masopu

Note :

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...