Sabtu, 28 Januari 2012

Kesempatan Ke Dua

http://budiuzie.wordpress.com/2008/12/01/sunset-atau-sunrise/
Matahari sudah semakin dekat menyentuh nadirnya. Di dalam ruang sekretariat masjid terlihat 10 orang tengah duduk berhadap-hadapan. Mereka terlibat pembicaraan serius membahas mengenai beberapa permasalahan yang ada di kepengurusan masjid. Rapat tersebut telah berhasil membuat beberapa keputusan yang akan dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut.

" Saudara-saudara sekalian, semua masalah sekarang sudah berhasil kita putuskan. Tinggal satu masalah lagi yang perlu kita bicarakan yakni masalah tenaga pengajar untuk anak-anak TPQ yang ada di masjid ini. Adakah usulan yang ingin saudara-saudara sampaikan? " tanya pak Kiai kepada para peserta rapat.


" Saya sendiri juga bingung pak Kiai. Sudah beberapa orang saya tawari untuk menjadi tenaga pengajar di sini, tapi mereka semua menolak dengan berbagai alasan. Mungkin teman-teman yang lain ada usulan? " Pak Ahmad yang duduk di sebelah kanan pak Kiai berkata sambil melihat ke arah anggota pengurus masjid. 

" Sebenarnya saya ingin membantu mengajar di sini pak, tapi kesibukan saya membatasi waktu saya pak. " pak Rudi yang duduk di ujung kanan menjawab.

Keadaan sejenak hening. Anggota pengurus masjid saling bertatapan. Kembali ingatan mereka berputar sekitar 4 bulan yang lalu, saat Bu Marwah yang biasa mengajar anak-anak di TPQ meninggal dunia karena kecelakaan. Sejak saat itu anak-anak TPQ langsung dididik oleh pak Kiai, namun dengan waktunya yang banyak tersita untuk berceramah di tempat lain, seringkali dia harus meliburkan anak-anak tersebut.

" Kalau memang tidak ada yang bisa memberi usulan, saya mmau mengusulkan seseorang untuk menangani anak-anak. Dia tadi pagi sudah menawarkan diri untuk membantu mengajar di sini. " kata pak Kiai sambil melihat ke arah para pengurus. Tatapan matanya yang memperhatikan satu persatu raut muka pengurus masjid membuat mereka sedikit kikuk. Tidak biasanya pak Kiai melakukan hal seperti itu saat rapat pengurus rutin mingguan seperti saat ini.

" Kenapa pak Kia melihat kami seperti itu? Adakah yang aneh dengan kami? Terus siapakah orang yang bersedia mengajar di sini? " pak Ahmad bertanya ke pak Kiai.

" Tapi sebelumnya jangan kaget saat saya menyebutkan namanya. Bagaimanapun saat ini hanya dia yang mau membantu menangani anak-anak di sini. " kata Pak Kiai sambil merapikan letak kertas yang sedikit acak-acakan. Kemudian tatapan matanya kembali melihat ke arah pengurus masjid secara bergantian. Persis seperti yang tadi beliau lakukan.

" Siapa dia pak? " Tanya Pak Ahmad penasaran.

" Xixi " jawab pak Kiai singkat. Matanya terus memperhatikan raut muka para pengurus masjid yang tersentak kaget. Mereka sama sekali tidak menyangka jika orang yang dimaksud adalah Xixi. Xixi wanita yang dulu berprofesi wanita penghibur kelas atas, kemudian menjadi artis. Dan terakhir yang mereka tahu wanita tersebut terjangkit virus HIV.

Para pengurus masjid saling beratatap mata. Rasa tidak percaya tergambar jelas di raut mereka. Mereka saling pandang sejenak. Bisik-bisik sebentar terdengar antar beberapa orang. Pak Kiai hanya melihat saja apa yang mereka lakukan.

" Pak Kiai tidak salah ucapkan? " tanya pak Ahmad meyakinkan diri.

" Tidak pak. Dia sendiri tadi pagi yang menawarkan diri ke saya untuk membantu mengajar di sini. " 

" Pak Kiai kan tahu masa lalunya bagaimana, apa pak Kiai siap menerima konsukuensi jika kita menerimanya mengajar di sini? " tanya pak Ahmad dengan nada suara sedikit meninggi.

" Iya saya tahu pak. Tapi dia kan sudah berubah. Dia sudah bertaubat dan bertekad memperbaiki diri. Kenapa tidak kita kasih kesempatan saja? " tanya pak Kiai.

" Tidak adakah orang lain lagi pak? Saya khawatir masa lalunya akan membuat orang tua santri tidak mau anaknya dididik mantan wanita penghibur yang terjangkit virus terkutuk tersebut pak. " kata pak Rudi.

" Bapak-bapak sekalian, saya mengusulkan dia bukan semata-mata karena ketidak adaan calon lain. Namun ada hal lain lagi yang menggerakkan hati saya untuk menerimanya mengajar di sini, yakni keinginan dia yang begitu kuat untuk memperbaiki diri. " jawab pak Kiai masih dengan sorot mata yang terus memperhatikan satu persatu pengurus masjid.

" Apa pak Kiai yakin kalau dia benar-benar bertaubat dan bertekad untuk memperbaiki dirinya? " tanya pak Saleh yang sedari awal lebih banyak diam mendengarkan.

" Insya ALLAH saya yakin pak. Kebetulan beberapa hari yang lalu saya bertemu dengan salah seorang Kiai yang berasal dari kampung halaman Xixi. Awalnya saya bercerita tentang kisahnya, kemudian pak Kiai Muntoha menceritakan pula perjuangan Xixi untuk belajar memperbaiki pemahaman agamanya. Sambil menjalani terapi pengobatan, dia rutin hadir di pengajian yang ada di pesantren pak Kiai Muntoha. Dan beberapa kali dia menyatakan penyesalannya dan keinginannya untuk benar-benar bertaubat. Bahkan dia sampai menyumbangkan sebagian besar hartanya yang tersisa ke pesantren beliau. Apa ini belum membuktikan kebulatan tekadnya? " tanya pak Kiai.

" Tapi pak......" 

" Pak Ahmad keberatan ya? " tanya pak Kiai.

" Iya pak. "

" Pak Ahmad pasti pernah dengar kisah tentang seorang wanita penghibur yang ingin bertaubat. Dalam kisah tersebut diceritakan bagaimana kebulatan tekadnya untuk bertaubat. Karena tekadnya yang begitu besar, dia nekad berjalan kaki menuju Madinah untuk menemui Nabi Muhammad SAW. Sayang di tengah jalan dia mati kehausan saat berada di gurun. Kemudian Allah Memerintahkan malaikat Jibril untuk menyampaikan kisah tersebut ke Nabi. Dan ALLAH menegaskan bahwa DIA telah mengampuni dosa wanita tersebut. Dari kisah ini kita bisa ambil kesimpulan: alangkah somobongnya kita ini, jika kita tidak memberi kesempatan kepada orang yang berniat taubat. Xixi sudah bertaubat dan ingin memperbaiki diri, kenap tidak kita kasih kesempatan saja dia. Bukankah itu lebih baik untuknya dan untuk kita. "

"  Apa pak Kiai tidak khawatir jika nantinya dia akan kembali ke dunianya yang lama saat sudah sembuh? Saya khawatir nantinya akan jadi contoh buruk untuk anak-anak pak jika sampai itu terjadi. " Pak Ahmad berusaha mengutarakan keraguannya.

" Pak Ahmad tidak usah memikirkan apa yang terjadi di masa yang akan datang. Itu semua rahasianya ALLAH. Kita jalani saja apa yang menjadi ketetapan-NYA. Tentang masa lalunya jika kita melihatnya dari sisi negatifnya memang berdampak buruk. Coba kita lihat dari sudut positifnya, masa lalu dia yang kelam bisa menjadi cerminan untuk anak-anak agar ke depannya jangan terjerumus ke jalan yang salah. Akibat yang ditimbulkannya juga bisa diceritakan dengan  benar, bukan hanya cerita tanpa bukti pak. Jadi mari hilangkan keraguan itu untuk saat ini. Kita beri kesempatan XIxi untuk memperbaiki hidupnya. Bisakan bapak-bapak memberi kesempatan? " tanya pak Kiai sambil memandangi satu persatu anggota pengurus masjid.

" Baiklah pak. Kami akan mengikuti saran pak Kiai untuk memberinya kesempatan. Tapi kami tetap memohon pada pak Kiai untuk terus mengawasinya, agar tidak membuat nama baik jamaah masjid ini tercoreng pak. " kata pak Rudi menyampaikan usulan.

" InsyaALLAH saya akan terus mengawasinya pak. Terima kasih atas kesempatannya. Apakah masih ada hal yang mau dibahas lagi? " tanya pak Kiai.

Para pengurus masjid hanya menggelengkan kepala saja. Melihat hal itu akhirnya pak Kiai memutuskan untuk mengakhiri rapat mingguan itu. Sebelum menutup rapat, pak kiai berjanji akan terus mengevaluasi kinerja Xixi dalam mengajar anak-anak di TPQ. Setelah itu rapat ditutup dengan bacaan hamdalah.

Denpasar, 28012012.1009

Masopu


Note :

2 komentar:

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...