Senin, 18 Juli 2011

( Bagian 8 ) Terjebak Kerusuhan

Seperti yang telah dibicarakan bareng Joni 2 hari yang lalu, hari ini Arya berangkat menuju Mojokerto. Dengan mengendarai bus umum dia berangkat ke sana. Selang sekitar sejam dia sudah sampai di tempat tujuan. Berjalan kaki Arya menuju ke tempat yang dibicarakannya bareng Joni. Waktu masih kurang dari 1 jam dari jadwal yang telah dijanjikan Joni. Arya mencari warung kopi yang terletak di dekat alun-alun untuk melepas lelah sambil menunggu Joni.


Sambil menikmati kopi yang ada di depannya asyik ngobrol dengan pemilik warung yang kebetulan berasal dari daerah asal istrinya Ane. Saking asyiknya ngobrol dengan pemilik warung, Arya tidak begitu memperhatikan jika di sekitar warung tersebut telah bergerombol beberapa orang yang datang secara bergelombang.

Entah dari mana datangnya mereka, kurang dari setengah jam semenjak Arya duduk di warung tersebut, dalam radius 20 meter darinya nampak orang-orang yang datang bergerombol tadi asyik berkumpul dalam kelompok-kelompok kecil yang berjumlah sekitar 10-15 orang. Tak kurang ada sekitar 10-15 kelompok kecil di sana.

Arya terus saja asyik berbincang dengan pemilik warung tersebut. Sesekali bibirnya asyik mengunyah pisang goreng yang tersedia di sana. Di lain waktu tawa kecil berderai diantara mereka. Seakan-akan Arya terlupa jika saat itu dia ke Mojokerto untuk mencari kerjaan baru, setelah hampir 3 minggu dia menjadi pengangguran.

Keasyikan Arya berbincang dengan Arpan sang pemilik warung tersebut terhenti, saat bunyi nada dering tanda sms masuk terdengar dari Hpnya.

" Arya, maaf aku gak bisa menemuimu di kantor pemasaranku yang baru. Tiba-tiba bos di Jakarta memintaku untuk melakukan Audit di kantor Surabaya sekarang." Bunyi sms dari nomor Hp Joni tersebut.

Segera Arya menutup sms yang baru diterimanya tersebut. Segera tangannya lincah menari mencari nomor HPnya Joni. Tak lama tangannya sudah terangkat menempelkan Hp tersebut ke telinganya. Setelah sekian lama menunggu, akhirnya panggilannya tersambung.

" Halo, selamat siang Joni "

" Selamat siang Ar. Sory ya aku gak bisa menemuimu di kantor pemasaran yang baru buka tersebut. "

"Gak apa-apa Ar. kamu lanjutin saja tugasmu di sana ya. Aku cuma mau nanya kantormu yang sebelah mana?"

" Ooo itu. Kantorku yang berada di dekat supermaket di depan alun-alun Ar. Bangunan bercat merah ya."

" Bangunan merah Jon? "

" Iya Ar. kenapa? "

" Aku lagi ada di depannya sekarang. Di warung kopi depan bangunan tersebut. "

" Di depan bangunan bercat merah?"

" Yang merah kan? "

Berbarengan dengan kalimat tanya terakhir dari Arya untuk Joni  tersebut, terjadi pergerakan gerombolan orang-orang yang tadi berkelompok dalam grup-grup kecil di sekitar warung. Mereka bergerak cepat menuju bangunan bercat merah tersebut sambil berteriak-teriak seperti orang sedang berdemo. Tak lama rombongan yang tadi terpecah dalam kelompok-kelompok kecil tersebut telah menyatu menjadi satu kelompok besar yang merangsek maju.

Arya terkejut dengan pergerakan tersebut. Nampak di seberang jalan banguna bercat merah tersebut dijaga oleh sejumlah aparat kepolisian. Sejak tadi Arya tak sempat melihat jika gedung tersebut dijaga oleh aparat kepolisian. Arya baru menydari saat melihat massa bergerak maju.

Semakin lama massa yang berkumpul semakin besar jumlahnya. Jika tadi massa hanya berkisar antara 150 - 200an orang, kini jumlahnya telah mencapai hampir seribu setelah pergerakan tersebut beralngsung hampir 15 menit. Suasana nampak semakin memanas, saat  beberapa orang dalam kerumunan tersebut mulai melemparkan benda-benda keras yang tak tahu dari mana asalnya.

Petugas polisi yang tadi hanya berjaga di sekitar gedung, terdesak oleh rangsekan massa tersebut. Tak mau tinggal diam, komandan polisi yang sedang berjaga tersebut mencoba terus berdialog untuk menenangkan massa yang mulai memanas. Dialog berlangsung dengan cukup alot. Massa terus merangsek maju. Sedang polisi yang lain sibuk bertahan sambil terus berkoorodinasi dengan markas mereka untuk segera mengirim tenaga bantuan.

Arya tak tahu harus berbuat apa. Matanya terus mengawasi pergerakan massa tersebut dari depan warung tersebut. Sementara pemilik warung buru-buru menutup warungnya. Segera setelah itu dia berlalu menjauh dari kerumunan massa tersebut. Sesekali tampak lemparan bom molotov beterbangan dari tengah-tengah kerumunan massa tersebut menyasar bangunan merah dan bangunan di sekitarnya yang langsung membara terbakar.

Keadaan makin lama makin memanas. Saat iring-iringan tenaga bantuan dari markas kepolisian datang, polisi yang tadi bertahan dari rangsekan massa mulai bergerak maju sambil menembakkan peluru karet dan juga gas air mata untuk memecah kerumunan massa. Massa tercerai berai sambil terus berusaha melemparkan batu dan kayu ke barisan polisi tersebut.

Berangsur-angsur polisi mampu menguasai keadan yang telah berlangsung cukup lama tersebut. Tampak massa semakin terdesak mundur meninggalkan lokasi yang sempat memanas dengan meninggalkan batu, kayu dan pecahan kaca serta pot berserakan. Sementara beberapa gedung tampak mengalami kerusakan parah baik akibat lemparan batu maupun bom molotov yang dilemparkan dari kerumunan massa.

Arya yang tadi sempat bingung melihat kejadian yang begitu cepat, telah lama meninggalkan lokasi sesaat setelah polisi bantuan datang ke lokasi. Dengan berlari-lari dia terus menjauh dari lokasi kejadian. Saat di rasa sudah mencapai lokasi yang aman, Arya berhenti melihat situasi. Arya galau karena tak menyangka bahwa dia akan terjebak di dalam kerumunan kerusahan tersebut.

Akhirnya Arya sampai di tempat dia tadi turun dari bus. Tapi dia bingung mau naik bus apa, karena ternyata di situ tidak ada bus yang berhenti. Setelah bertanya pada seseorang yang ada di situ, akhirnya Arya memutuskan untuk naik ojek untuk menuju terminal yang agak di pinggiran kota. Saat ada bus yang berhenti, Arya Segera dia naik bus untuk pelang ke Surabaya. Tak dihiraukan lagi niatnya mencari kerja. Yang terpenting baginya dia cepat sampai rumah dan beristirahat. Tak lama bus pun bergerak menuju Surabaya.

Denpasar, 18072011.437
Masopu

Note : Cerbung sebelumnya 
baca di sini : 1, 2 , 3, 4, 5, 6, 7
Terima kasih D A T tuk tantangannya ya. Kucoba terus selesaiin ini
Gambar minjam dari blog Last Man Standing

1 komentar:

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...