Selasa, 11 Januari 2011

Akhir Kesabaranku

Aku tak menyangka kau akan perlakukan aku seperti ini. Dengan nafas memburu kau terus menyerangku, memojokkanku yang sudah tergeletak. Dengan begitu bernafsu kau terus melucuti pakaianku. Dalam posisi terjepit, tanganku terus berusaha menggapai sebilah golok yang terjatuh dari tempat aku biasa menggantungnya. Meski terus kau ikuti tiap gerakanku dengan cabikan-cabikanmu yang membuat badanku hampir telanjang. Aku terus mencoba meraih golok tersebut. Dengan sekali tarik golok keluar dari sarungnya dan menampakkan kilatan angker yang membuatku bergidik. Belum sempat aku gerakkan golok tersebut, dengan cekatan menghambur pergi dari tempat kita bergumul tadi.

Dengan tergesa segera aku mengganti baju dan mengobati bekas-bekas cabikan kukumu. Cukup sudah semua yang kamu lakukan terhadapku. Jika selama ini aku hanya diam seribu bahasa melihatmu bertingkah seenaknya di depan mataku, bahkan aku selalu membelamu dari cercaan dan juga keinginan orang-orang untuk menghabisimu, kini semua itu tak akan pernah aku lakukan lagi. Kamu telah membuatku kecewa. Kamu telah memancing amarahku seperti halnya mereka yang telah mengungkapkan api amarahnya kepadamu.

Bergegas aku ambil senapan berburu peninggalan almarhum ayah yang telah lama menganggur di sudut rumah. Segera kusiapkan semua butir peluru yang aku punya. Tak lupa golok yang tadi hampir menebasmu kugantungkan di pinggangku. Setelah semuanya siap, saat itu juga aku bergerak mengejar dirimu yang telah lari. Sambil berjalan mengejarmu aku terus mengingat semua kejadian yang telah menimpaku karena ulahmu. Pertama kau ambil kambing-kambingku dari kandangnya. Tak puas dengan itu, sapi peninggalan orang tuaku pun kau embat habis. Ternyata hal itu tidak membuatmu berhenti, tadi kau hampir cabik-cabik tubuhku. Untung tanganku masih sempat meraih golok .

Setelah sekian lama aku berjalan mencarimu, akhirnya aku temukanmu di sana di bawah pohon sono keling. Terlihat kau sedang menelanjangi tubuh seorang gadis remaja yang sudah nampak tak berdaya. Kau terus menggumuli dia yang nyaris telanjang karena ulahmu. Darah telah banyak mengalir akibat cabikanmu. Tanpa pikir panjang segera aku bidik dirimu yang tiada menyadari kehadiranku. Kuarahkan moncong senapan usang tersebut diantara dua matamu yang tengah bernafsu memandang gadis tersebut. Dorrrr…….

Akhirnya tubuhmu rebah setelah tembakanku tadi tepat mengenai sasaran yang aku inginkan. Secepat kilat kuhunus golok yang telah kupersiapkan. Tanpa ba-bi-bu lagi kutelanjangi tubuhmu dengan golok tersebut dan tak lupa kukuliti juga wajahmu. setelah puas aku tinggalkan dirimu mati dengan tubuh telanjang tak tertutup apapun di tempat mana aku menembakmu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...