Kuterbujur menatap langit-langit pekat
Berselimut hitam yang semakin melekat
Tanpa bisa bertindak selain mataku tercekat
Menatap sosok tiada kukenal mendekat
Berwajah kemarahan yang mengkilat
Sudutkan aku dalam nada tak berlafadz
Aku yang selalu pongah dengan egoku yang membara
Lemah tiada daya laksana butiran kapas di udara
Aku yang bangga dengan harta dan wanita yang selalu kupuja
Kini lemah sendiri tiada lagi berdaya
Terhimpit karang sesal yang tiada guna
Terlambat langkah tuk kusurutkan
Karena kini mataku tak lagi mampu menoleh kenangan
Tak mungkin lagi kuatur langkah kedepan
Karena kini ku tiada lagi berhaluan
Himpitan dinding dingin ini membuatku terasa membeku
Sementara aku tergolek tak berdaya melawan tatapanmu
Tatapan penuh amarah yang tak pernah kusangka
Menegur aku dengan sejuta tanya yang tak mampu kujawab
Ya aku tak mampu bersuara untuk semua tanya yang pernah aku lakukan
Aku tersedu dalam kesendirian dan ketidak berdayaanku
Aku tergagap lepas dari pongah yang dulu begitu kubanggakan
Sementara aku kini tiada lagi berdaya
Bahkan hanya untuk menangis dengan ratapan sesalpun kini aku terlupa caranya
Tuhan………………….
Ku tiada sanggup mengharap kemulyaan yang pernah kau janjikan
Tapi……………………….
Ku tak jua sanggup menerima kehinaan akibat lalai yang aku lakukan
Tuhan…………………….
Masih pantaskah aku mengharap belas kasihmu
Sementara ragaku kini terpisah dari jiwaku
Sementara nafas pun kini telah berlalu dari jantungku
Tuhan……………………………….
Sesalku telah terlambat aku lakukan
Karena tak mungkin kau beriku kesempatan kini
Selain menghadapi siksa atas apa yang aku perbuat selama ini
Ohhhhhhh Tuhanku
Hanyalah rintihan ini yang mampu aku ucapkan
Karena semua waktu yang kau beri telah terlewatkan
Tanpa sempat aku manfaatkan untuk mengabdi padamu dengan keikhlasanku
Denpasar, 26012011.1344
Masopu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar