Tempatku Belajar Menuangkan Ide, Merangkai kata dan Peristiwa menjadi sebuah cerita.
Minggu, 23 Januari 2011
Horor Malam Minggu
Aku termangu di lantai dasar rumah mewah ini. Dari bayangan sinar matahari yang menerobos masuk lewat sela-sela korden, ujung mataku dapat menangkap keadaan rumah mewah ini. Ruang tamu seluas 4 X 6 meter ini tampak berantakan. Meja, kursi dan perabot rumah yang lainnya sudah tergelatak tak berarutaran. Padahal semalam saat kami datang ruangan ini begitu bersih, rapi dan elok dipandang mata. Sekarang, begitu rusuh, kotor dan tak beraturan. Tampak 2 mayat yang tak utuh lagi tergelatak tak beraturan dengan darah menggenang hampir di semua ruangan ini. Mulai dari lantai di sekitar ke dua mayat tersebut, sampai yang berceceran di dinding dan mengotori lukisan-lukisan yang jadi hiasan rumah mewah ini.
Saat sinar mentari semakin banyak menerobos masuk, bulu kudukku semakin merinding saat melihat kenyataan yang lebih memilukan dari saat tadi aku melihatnya. Keadaan ini semakin membuat tubuhku makin lemah. Sementara tubuhku makin terasa perih karena luka-luka itu begitu menyiksaku. Beberapa bagian tubuhku mengalami luka akibat terkena sabetan golok dari penyerang misterius itu. Sementara di sudut ruangan, Rudi terbujur kaku dengan tubuh telah membiru dan darah yang mulai mengering. Tampak beberapa bagian tubuhnya mengalami luka serius, bahkan tangannya nyaris lepas.
Tak berapa lama aku mendengar suara sirine mobil polisi mendekat. Segera mereka masuk dan mengamankan rumah mewah keluarga Rudi yang telah menjadi ajang pembantain manusia misterius tersebut. Sementara seorang polisi wanita yang ikut ke lokasi segera membawaku ke ambulance yang baru datang untuk diserahkan ke petugas medis yang akan merawat luka-luka yang aku derita.
============================================================================
Jam dua belas malam akhirnya aku tiba di rumah Rudi. Hari ini aku, Rudi dan Lano memang sedang berlibur di rumah ini. Setelah membersihkan diri dan memakan nasi yang kami bungkus dari restoran di pintu masuk ke daerah ini tadi, kami pun beranjak masuk ke kamar masing-masing. Karena terjebak kemacetan yang panjang, akhirnya kami terlambat hampir 6 jam dari jadwal seharusnya kami tiba. Hal ini membuat kami capek dan memutuskan untuk langsung tidur agar esok hari bisa berkeliling ke lokasi wisata di dekat situ.
Baru saja mata kami mau terpejam, tiba-tiba seluruh listrik di rumah tersebut padam. Dari celah-celah korden, aku melihat lampu penerangan jalan masih menyala. Berarti lampu rumah ini sedang mengalami gangguan, gumamku dalam hati. Segera aku keluar dari kamarku untuk mencari lokasi meteran listrik di rumah ini. Ketika ku buka pintu kamar, aku lihat Rudi sudah berada di depan kamarku. Seegera aku dan dia menuju meteran listrik dan box sekring yang menurut rudi letaknya bersebelahan di dekat pintu masuk.
Belum lagi langkah kami mencapai posisi box sekring dan meteran berada, kami dikejutkan oleh suara dari kamar Lano berada.
” Tolong….. tolong…. tolong” Suara Lano berteriak minta tolong diiringi suara-suara gaduh dari kamar tersebut. Segera Aku dan Rudi berlari ke kamar Lano. Bermodalkan cahaya senter dari hp Rudi, kami mencoba menerangi kamar tersebut ketika telah sampai. Alangkah terkejutnya saat kami menemukan tubuh Lano telah terduduk dengan luka-luka yang cukup parah. Sementara tampak jendela kamarnya terbuka lebar. Perabotan rumah di kamar tersebut juga berantakan tak tentu arah.
” Rud ada apa ini? Kenapa Lano Rud?” tanyaku kepada Rudi dengan sedikit berteriak
” Gak tahu aku Ben. Selama ini lingkungan ini begitu aman. Hampir setiap pekan aku selalu berlibur kesini dan menikmati hari minggu bersama di sini dan selama ini selalu aman. Tak pernah terjadi apa-apa.” Jawab Rudi
” Tapi kenapa ini terjadi? ” Tanyaku lagi
” aku gak tahu Ben.” jawab Rudi pendek
” Rudi awas di belakangmu!” kataku sambil menarik tangan Rudi saat aku lihat sesosok tubuh tiba-tiba muncul dari balik jendela kamar yang terbuka tersebut. Segera aku seret Rudi keluar dari kamar tersebut. Setelah sampai di luar kamar, aku berusaha sesegera mungkin mencapai lokasi meteran listrik dan box sekring yang ada di dekat pintu masuk. Tapi belum sempat aku mencapainya, aku dengar suara gaduh di belakangku yang aku yakini berasal dari perkelahian antara Rudi dan penyerang misterius tersebut.
Meski bertubuh kurus, aku yakin Rudi mampu melawan orang tersebut karena dia merupakan juara karate se kampus. Aku putuskan untuk terus berlari menuju meteran listrik dan box sekring. Sesampainya di sana, aku terkejut sekali. Meteran listrik tidak bermasalah, tapi sekring di dalam box sudah tidak ada semuanya. Ya ada yang melepas sekringnya.Setelah beberapa saat aku mencari sekringnya dan ternyata tak kudapatkan.
Segera aku berlari ke arah kegaduhan di belakangku tadi, saat aku sadar ternyata padamnya listrik ini ulah pelaku penyerang yang telah membunuh Lano dan sekarang lagi berkelahi dengan Rudi. Aku yakin Rudi pasti butuh bantuan untuk menghadapi penyerang miterius tadi. Dan benar saja saat aku tiba disana, ternyata Rudi telah terdesak dan mengalami banyak luka akibat sabetan golok penyerang tersebut.
Segera aku mengambil stik golf yang aku lihat sewaktu tiba tadi. Dengan bersenjatakan stik tersebut segera aku membantu Rudi, tapi terlambat saat aku datang berbarengan dengan itu tebasan senjata penyerang terbut tepat mengenai bagian perut Rudi yang terhuyung setelah sebelumnya kaki Rudi tersangkut kaki meja di dekatnya. Tak ayal tubuhnya terjatuh bersimbah darah di pojok ruangan. Dia mencoba bangkit berdiri lagi dengan bantuan stik bisbol yang dia gunakan sebagai senjata tadi, meski akhirnya dia tergeletak kembali.
Sekarang tinggal aku berdua sama penyerang tersebut. Segera saja penyerang tersebut menyerang aku dengan golok yang telah membunuh dua orang sahabatku tadi. Dengan bekal ilmu silat yang aku kuasai, aku mecoba bertahan dan sesekali membalas serangan dari penyerang tersebut. Ternyata laki-laki tersebut cukup lihai juga memainkan senjata di tangannya. Dan kemampuan yang dimilikinya ternyata hampir berimbang denganku. Maka tak heran jika beberapa kali pukulan stikku mampu dibalasnya dengan sabetannya yang menerpa beberapa bagian tubuhku.
Setelah cukup lama berkelahi, akhirnya aku berhasil mendesak orang misterius tersebut dengan pukulan-pukulan stikku. Hingga akhirnya tanpa dia mampu tahan, golok di tangannya berhasil aku pukul hingga terlepas dari genggamannya. Setelah goloknya lepas, Seranganku kepadanya semakin gencar dan membuat dia terpojok. Dan tanpa sengaja pukulan stik besi ditanganku membentur tengkuknya. Tak ayal tubuhnya terpelanting ke lantai dengan cukup kerasnya. Saat di mencoba berdiri, kembali pukulan stik di tanganku menerpa tubuhnya. kali ini batok kepalanya tersambar dengan keras dan memaksa dia untuk terjerembab tak bangun lagi berbarengan dengan suara kokok ayam jantan yang terdengar dari perumahan warga sekitar yang berlokasi agak jauh dari rumah Rudi.
Setelah aku yakin penyerang tersebut telah mati, segera aku mencari hpku yang terlempar saat berkelahi dengan penyerang tersebut. Saat aku temukan tersangkut di atas sofa yang telah terbalik, segera aku menghubungi petugas kepolisian terdekat.
Denpasar, 22012011.0135
Masopu
NOTE : Gambar dapat pinjam di blog ini http://ansel-boto.blogspot.com/2010/12/sd_5818.html
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar