Sabtu, 23 Oktober 2010

IRONI DUNIA PERTELIVISIAN ONDONESIA

 Beberapa waktu yang lalu saya sempat tersenyum kecut melihat acar news di salah satu stasiun tv nasional kita. Saat itu sedang berita tentang kerusuhan yang melihatkan kerusuhan yang terjadi di suatu daerah. 
     Dalam tayangan itu berkali-kali muncul tulisan "STOP KEKERASAN" di pojok kiri atas dan tulisannya agak kecil. Yang bikin saya tersenyum kecut bukan hanya karena melihat kerusuhan yang makin marak, tapi membaca tulisan "STOP KEKERASAN", tapi stasiun TV tersebut tetap menayangkan bagaimana masa yang sedang terlibat tawuran saling kejar-kejaran dengan membawa senjata tajam, senjata api dan pentungan.
    Hal yang membuat saya semakin terpukul dengan himbaun tersebut adalah kenyataan saat lihat korban kerusuha yang terjatuh dengan tubuh  bersinbah darah, tapi tidak ada yang mau menolong. Padahal saya melihat beberapa wartawan lagi asyik mengambil foto dan merekamnya dengan handycam. Apakah dalam hal ini lebih mendahulukan tuntutan profesi ataukah rasa kemanusian?
    Beberapa tahun yang lalu saya juga melihat kejadian saat tragedi pembagian zakat di pasuruan terjadi, beberapa wartawan memang membantu warga yang tergenjet barisan warga yang saling dorong, tap[i disisi lain, beberapa wartawan tetap asik menshoot momen tersebut. Saat ditanya, mereka dengan tenang menjawab itu sebagai tuntutan profeis mereka sebagai jurnalis.
   Dalam hal ini yang ingin saya pertanyakan adalah :  LEBIH penting mana tuntutan PROFESI ATAU RASA KEMANUSIAN? Coba anda bayangkan jika dalam kerusuha tersebut ada anggota keluarga, sanak family, saudara atau teman dekat anda yang jadi korban? Apakah anda akan tetap mengikuti itu tuntutan profesi atau anda memilih menyelamakannya.
   Jika anda menyelamatkan mereka yang terkait dengan anda dan anda rela kehilangan pekerjaan atau nyawa sekalipun untuk itu, kenapakah anda tidak berani untuk melakukannya terhadap orang lain?
   kembali lagi tentang anjuran mengenai "STOP KEKERASAN" alangkah baiknya jika semua stasiun TV tidak lagi menayangkan bagaimana kerusuhan itu terjadi, andai menyangkan kan bisa dikaburkan gambarnya, agar tidak jadi tontonan yang terkesan bertolak belakang dengan anjuran tersebut. 
   Jika memang pihak TV mau konsisten dengan anjuran STOP Kekerasan, apakah tidak sebaiknya yang sering diputar atau ditayangkan adalah dampak buruk dari kerusuhan itu. Bukannya mempertontonkan massa yang berlarian mebawa senjata tajam, lempar batu dan membakar berbagai fasilitas.
  Untuk tayangan berita kriminalpun tolong pihak TV dalam menayangkan lebih selektif lagi. Jangan sampai saat investigasi kasus kejahatan ditunjukkan secara detail bagaimana proses kejahatan itu terjadi, meski itu hanya reka ulang. saya kuatir akan berpengaruh buruk kepada anak-anak yang masih kecil dan belum bisa berpikir jernih. 
  Maaf saya mengkritisi ini bukan karena saya lebih pintar, tapi ini hanya suara keprihatinan saya pribadi yang merasa tingkat kerusuhan dan kejahatan dengan berbagai motif dan modus baru semakin merajalela.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...